ANALISIS PERBANDINGAN PARTISIPASI MASYARAKAT KAWASAN PERUMAHAN DENGAN KAWASAN PERKAMPUNGAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

PERAN KEPALA DESA SEBAGAI ADMINISTRATOR PEMBANGUNAN DI DESA MONCONGLOE KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (studi dalam Penyelenggaraan Musrenbangdes di Desa Grenden Kecamatan Puger Kabupaten Jember)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015)

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN (Suatu Studi di Desa Kuma Selatan Kecamatan Essang Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud) 1

PERAN MASYARAKAT DESA LANDUNGSARI KABUPATEN MALANG DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Des) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENGELOLA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi reformasi yang mengakibatkan pergantian sistem sentralisasi dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan otonomi daerah telah berlangsung. dasawarsa sejak pemberlakuan otonomi daerah di tahun 1999.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBANGUNAN DESA DI KAMPUNG MESYAM DISTRIK AIFAT TIMUR JAUH

PERANAN MASYARAKAT DALAM KEMANDIRIAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA (Studi Di Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA (PROGRAM ALOKASI DANA DESA DI DESA BUNTONGI KECAMATAN AMPANA KOTA)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang positif, tercapainya pelaksanaan infrastruktur,

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI DESA SANGGRAHAN KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATEN

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang

ANALISIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG PARTISIPATIF (STUDI KASUS DI DESA DOLOK MERAWAN) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan, akhirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan

BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGELOLAAN OBJEK PARIWISATA PANTAI LAMPUUK KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA. Oleh

HEPRI CANDRA & FEBRI YULIANI

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

JURNAL ILMU PEMERINTAHAN Volume: Nomer: Tahun 2014 Halaman Http//:

SOCIAL PARTICIPATION IN ROAD CONSTRUCTION IN THE BOJAKAN VILLAGE OF NORTH SIBERUT DISTRICT MENTAWAI ISLANDS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA PEMERINTAH KELURAHAN DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN PELAYANAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

dari sumber-sumber non-manusia. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan model inter-aktif yang dikemukakan oleh Milles dan

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan

BAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

ANALISIS PAJAK HOTEL DALAM PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BATU

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (Studi Dalam Penyelenggaraan Musrenbangdes di Desa Grenden Kecamatan Puger Kabupaten Jember)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

MOTIVASI WARGA YANG MENCALONKAN DIRI SEBAGAI KEPALA DESA DI DESA RANDUAGUNG, KECAMATAN SINGOSARI, KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG DESA DENGAN MODEL EDWARD III DI DESA LANDUNGSARI KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

BAB III METODE PENELITIAN. bahasa Arab di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Ponorogo.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MUSYAWARAH ERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) KABUPATEN SUMENEP

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. terus berubah. Untuk itu, manusia dituntut untuk mempunyai skill atau

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I KETENTUAN UMUM

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

BAB III METODE PENELITIAN

PERENCANAAN PARTISIPATIF

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan elit. Dengan demikian maka pembangunan sebagai continuously

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata

Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Good Governance. Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan selama orde baru yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sangat bernuansa top-down karena

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN PARTISIPASI MASYARAKAT KAWASAN PERUMAHAN DENGAN KAWASAN PERKAMPUNGAN DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Winfrit Kasse, Willy Tri Hardianto, Dewi Citra Larasati Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Email: winfrit_kasse@yahoo.co.id Abstract : Participatory development planning is an important issue of development that become demand of the people. This is related to the result of the evaluation that the approach of the development that is top-down rated less answer the basic issues and the needs of the community. The type of research is qualitative research with data collection technique by interview, observation and documentation, while the informants in this study is the Village Authorities and the Communities with Snowball sampling. The public participation of the housing area with the township area in the perspective of development in the Village of Landungsari, Sub-district of Dau, Malang Regency as follows: Planning of development through Musrenbangdes participation or level of community participation residential/housing area in development planning is still low, this is happening because in general people of the housing area have activities or work either as an entrepreneur, lecturer, teacher as well as Government Employee. While the level of participation of the people live in the township area in development planning through Musrenbangdes is larger both involved as an object or as a subject. Factors that affect the role of community participation in the housing area and the township/village area in the development planning in the Village of Landungsari: education, awareness, level of income. Keywords: Participation, People/Community, Development Abstrak : Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan isu penting pembangunan yang menjadi tuntutan masyarakat. Hal ini terkait dengan hasil evaluasi bahwa pendekatan pembangunan yang bersifat top-down dinilai kurang menjawab persoalan dasar dan kebutuhan masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan informan dalam penelitian ini adalah Pemerintah Desa dan Masyarakat dengan penarikan sampel secara snowbal sampling. Peran serta masyarakat kawasan perumahan dengan perkampungan dalam perspektif pembangunan di Desa Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang sebagai berikut: Perencanaan pembangunan melalui Musrenbangdes peran serta atau tingkat partisipasi masyarakat kawasan perumahan dalam perencanaan pembangunan masih rendah, hal ini terjadi dikarenakan pada umumnya masyarakat perumahan mempunyai pekerjaan sebagai pengusaha, dosen, guru, wiraswasta serta Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggal di perkampungan dalam perencanaan pembangunan melalui Musrenbangdes lebih besar baik terlibat sebagai obyek maupun sebagai subyek. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran partisipasi masyarakat kawasan perumahan dengan perkampungan dalam perencanaan pembangunan di Desa Landungsari: pendidikan, kesadaran, tingkat pendapatan. Kata kunci: Partisipasi, Pembangunan Pendahuluan Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan isu penting pembangunan yang menjadi tuntutan masyarakat. Hal ini terkait dengan hasil evaluasi bahwa pendekatan pembangunan yang bersifat top-down dinilai kurang menjawab persoalan dasar dan kebutuhan masyarakat. Temuan tersebut melahirkan pemikiran tentang model pembangunan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai subyek keseluruhan proses kegiatan. Perencanaan partisipatif merupakan usaha yang sistematis, dimana 52

masyarakat dapat terlibat aktif memecahkan masalah yang dihadapi agar mencapai kondisi berdasarkan kebutuhannya. Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan yang sesuai dengan hakikat Otonomi Daerah yang meletakan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat (Sumaryadi, 2005:87). Melalui program-program pembangunan partisipatif tersebut diharapkan semua elemen masyarakat dapat secara bersama-sama berpartisipasi dengan cara mencurahkan pemikiran dan sumberdaya yang dimiliki guna memenuhi kebutuhannya sendiri. Theresia, et all (2014:196) mengartikan partisipasi sebagai tindakan untuk mengambil bagian yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud memperoleh manfaat. Sedang di dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa, partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Dasar hukum keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran daerah dijamin oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, meletakan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, menciptakan rasa memiliki masyarakat dalam pengelolaan pemerintahan daerah, menjamin adanya transparansi, akuntabilitas, dan kepentingan umum, perumusan program dan pelayanan umum yang memenuhi aspirasi masyarakat. Desentralisasi dalam hal ini juga diminati karena didalamnya terkandung semangat demokrasi untuk mendekatkan partisipasi masyarakat dalam menjalankan sebuah pembanguanan pada perkembangan yang lebih jauh, desentralisasi lalu menjadi semangat utama bagi Negara-negara yang menyepakati demokrasi sebagai landasan gerak utamanya. Kesamaan orientasi desentralisasi dan demokratisasi inilah yang membuat sebuah Pemerintahan di massa kini tidak lagi bisa memerintah secara sentralistik. Terdapat kesadaran baru di kalangan para penyelenggara Pemerintahan bahwa masyarakat merupakan pilar utama yang harus dilibatkan dalam berbagai proyek pembangunan. Sjafrizal (2015:24) Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan kondisi Negara atau daerah bersangkutan. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, juga melambangkan musrenbang di semua tingkatan Pemerintahan dan perencanaan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan. Di dalamnya juga terkandung pentingnya sinkronisasi lima pendekatan perencanaan yaitu, pendekatan politik, partisipatif, teknokratis, bottom-up dan top-down dalam perencanaan pembangunan Daerah. Perangkat Daerah dan musyawarah perencanaan kota. Musrenbangkel maupun musrenbangcam mengutamakan partisipasi dan peran serta warga daerah dalam proses perencanaan dan penetapan suatu rancangan pembangunan di Daerah mereka. Dengan adanya musyawarah-musyawarah yang melibatkan partisipasi aktif warga daerah tersebut diharapkan selain pembangunan yang akan dilaksanakan benar-banar merupakan aspirasi warga dan aparat daerah, selain itu masyarakat juga mendapat pendidikan politik di tingkat dasar dan lebih diberdayakan dalam artian ikut berpartisipasi aktif tidak hanya sebagai pelaksana saja. Musyawarah penentuan arah pembangunan tersebut bisa dikatakan sangat penting bagi warga daerah terkait. Tetapi fakta di lapangan partisipasi warga daerah sangat kecil. Faktor kurangnya sosialisasi dan keacuhan dari warga adalah dua hal utama yang menyebabkan hal tersebut. Untuk melaksanakan 53

pembangunan daerah secara tepat, efektif dan efisien, dibutuhkan kredibilitas sumberdaya manusia masyarakat itu sendiri, dan kualitas aparatur pemerintahan. Musrenbang adalah forum publik perencanaan (program) yang diselenggarakan oleh lembaga publik yaitu Pemerintah Desa bekerja sama dengan warga dan para pemangku kepentingan. Penyelenggaraan musrenbang merupakan salah satu tugas Pemerintah Desa untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata Pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, musrenbang juga merupakan forum pendidikan warga agar menjadi bagian aktif dari tata Pemerintahan dan pembangunan. Inti dari musrenbang adalah partisipasi aktif warga. Dalam realitasnya, tidak semua anggota masyarakat ikut berpartisipasi, dengan berbagai macam alasan. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya masyarakat tidak ikut berperan serta jika hasil peran sertanya tidak berpengaruh pada hasil akhir, masyarakat tidak mau berperan serta dalam kegiatan yang tidak menarik minat mereka atau aktifitas yang tidak berpengaruh langsung yang dapat mereka rasakan, tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, kurangnya sosialisasi dari pemerintah, masyarakat tidak mau ikut terlibat jikalau fasilitas dari pemerintah kurang memadai, disini diperlukan upaya untuk meyakinkan masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam perencanaan pembangunan, yaitu adanya komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat atau sebaliknya. Keadaan seperti ini akan merubah sikap serta tindakan masyarakat yang selanjutnya menjadi dukungan untuk berpartisipasi. Dengan demikian kita sadari bersama bahwa tujuan utama dalam penyelenggaraan perencanaan pembangunan adalah demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sehingga dalam pelaksanaan pembangunan, penyaluran aspirasi masyarakat dengan segenap stakeholder harus jelas bagaimana bentuk serta mekanismenya, karena semakin tinggi partisipasi masyarakat maka akan semakin meningkatkan kinerja pembangunannya. Sehingga peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan karena pada akhirnya hasil pembangunan adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana partisipasi masyarakat Desa Landungsari dalam perencanaan pembangunan?, Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Landungsari dalam perencanaan pembangunan? Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: Untuk mendeskripsikan dan menganalisis partisipasi masyarakat Desa Landungsari dalam perencanaan pembangunan serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Desa Landungsari dalam perencanaan pembangunan. Metode Peneitian Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif, dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Landungsari. Adapun yang menjadi alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini yaitu dikarenakan peneliti ingin mengetahui sejauh mana peran masyarakat perumahan dan masyarakat perkampungan dalam perencanaan pembangunan. Pada penelitian ini peneliti memperoleh data dari data sekunder dan data primer dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengambilan Sampel pada penelitian ini dilakukan dengan penarikan sampel secara Snowbal sampling, dan yang menjadi instrument pada penelitian ini yaitu peneliti sendiri, daftar pertanyaan, camera hand 54

phone, dan alat tulis. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi teknik, yaitu melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Miles and Huberman (dalam Sugiono 2011:247) yaitu dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Partisipasi Masyarakat Kawasan Perumahan dengan Perkampungan dalam Perencanaan Pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena tanpa partisipasi masyarakat dalam pembangunan maka pembangunan tersebut tidak akan berjalan dengan baik, oleh karena itu dalam kegiatan pembangunan harus melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif baik terlibat sebagai obyek maupun sebagai subyek dalam pembangunan tersebut. Pada perencanaan pembangunan di Desa Landungsari melalui MusrenbangDes merupakan suatu forum bagi masyarakat Desa Landungsari untuk dapat menentukan arah pembangunan Desa tersebut karena tanpa adanya perencanaan maka sangat sulit untuk menentukan arah pembangunan Desa tersebut dan melalui perencanaan pembangunan ini masyarakat dapat menyampaikan usulan-usulannya untuk pembangunan Desanya pada tahun berikutnya. Di Desa Landungsari masyarakatnya terbagi dalam dua kawasan yaitu kawasan perumahan dengan kawasan perkampungan, dari dua kawasan masyarakat tersebut tingkat partisipasinya dalam perencanaan pembangunan berbeda, hal tersebut dikarenakan kedua kawasan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda seperti sikap, pengetahuan, perilaku dan kesadaran untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan perencanaan pembangunan. perbedaan kerakteristik antara masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan dan kawasan perkampungan, hal ini sangat mempengaruhi peran dari masyarakat tersebut untuk berpartisipasi dalam setiap proses pembangunan di Desa Landungsari, dimana masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan perumahan pada umumnya adalah masyarakat yang sudah mapan dan mandiri dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga lebih cenderung bersifat individual dan juga interaksi-interaksi yang terjadi di masyarakat yang berada di perumahan lebih cenderung pada faktor kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum, sedangkan masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan kehidupannya sederhana, religius, menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di daerahnya dan interaksi-interaksi anatara masyarakat yang satu dengan yang lainnya lebih demokratis, serta dalam melakukan suatu pekerjaan atau pembangunan di Desanya selalu mengedepankan bekerja secara bergotong-royong. Sehubungan dengan adanya perbedaan ini maka sangat penting untuk melihat sejauh mana peran masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan dan masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan dalam perencanaan pembangunan di Desa Landungsari, baik keterlibatannya sebagai obyek maupun sebagai subyek pembangunan. Partisipasi Masyarakat Kawasan Perumahan dalam Perencanaan Pembangunan. Pada perencanaan pembangunan di Desa Landungsari masyarakat kawasan perumahan selalu dilibatkan namun partisipasi dari masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan masih rendah. Rendahnya partisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan dalam perencanaan pembangunan di Desa Landungsari terjadi dikarenakan pada umumnya masyarakat perumahan mempunyai kegiatan atau pekerja baik sebagai Pengusaha, Dosen, Guru maupun sebagai Wiraswasta serta Pegawai Negeri 55

Sipil, yang menyebabkan ketersediaan waktu untuk ikut serta dalam perencanaan pembangunan hampir tidak ada, karena disibukkan oleh pekerjaan yang ditekuninya, namun walaupun demikian partisipasinya dalam bentuk swadaya berupa dana cukup besar, artinya masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan partisipasinya dalam pembangunan di Desa hanya sebatas sebagai obyek dari pembangunan dan belum sesuai dengan konsep pembangunan partisipatif, dimana dalam konsep pembangunan partisipatif menitik beratkan masyarakat dalam dua hal yaitu sebagai obyek dan sebagai subyek pembangunan. Sehubungan dengan hal ini maka sangatlah penting bagi Pemerintah Desa dalam mensosialisasikan dan melakukan pendekatan secara khusus kepada masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan bahwa keterlibatannya sebagai subyek dalam perencanaan pembangunan sangatlah penting, dalam artian kehadiran atau partsipasi secara langsung pada perencanaan pembangunan melalui MusrenbangDes untuk mengaktualisasikan setiap pengetahuan yang dimiliki berupa pikiran dan usulan-usulan program dalam rangka untuk pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Landungsari pada umumnya. Partisipasi Masyarakat Kawasan Perkampungan dalam Perencanaan Pembangunan. Pada perencanaan pembangunan di Desa Landungsari Pemerintah Desa selalu melibatkan partisipasi masyarakat secara aktif untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan dimana perencanaan pembangunan ini merupakan suatu pedoman awal bagi Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan Pemerintahan Desa, dan menjadi satu kesatuan dengan perencanaan pembangunan Kabupaten Malang. Mengingat akan pentingnya perencanaan pembangunan ini maka dalam penyelenggaraannya harus dilaksanakan secara demokratis serta bersifat partisipatif dengan cara melibatkan peran aktif dari semua stekholder atau pemangku kepentingan yang ada di Desa tersebut sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional perlunya melakukan suatu perencanan pembangunan dengan menerapkan sistem perencanaan yang partisipatif guna meningkatkan aspirasi masyarakat dalam perencanaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dalam perencanaan pembangunan pemerintah Desa Landungsari selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan maupun masyarakat yang tinggal di kawasaan perkampungan, namun dalam pelaksanaannya partisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan lebih dominan atau lebih besar. Dari uraian pernyataan informan dan hasil observasi dari peneliti bahwa kalau partisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan partisipasinya dalam perencanaan pembangunan di Desa Landungsari melalui musyawarah perencanaan pembangunan di Desa lebih besar dibanding masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan hal ini menunjukan bahwa yang lebih berperan dalam musyawarah perencanaan pembangunan adalah masyarakat yang berada di kawasan perkampungan. Pada musyawarah perencanaan pembangunan ini masyarakat Desa Landungsari digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, karena masyarakatlah yang tahu betul apa saja yang menjadi kebutuhan mereka untuk diprioritaskan dan dilaksanakan, jadi tanpa kehadirannya maka akan sangat sulit bagi Pemerintah Desa dalam menentukan arah pembangunan Desa tersebut sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat, sehubungan dengan hal tersebut maka ketika ada perencanaan pembangunan melalui musyawarah perencanaan pembangunan di Desa masyarakat disediakan ruang untuk menyampaikan pikiran atau pendapat berupa usulan-usulan 56

yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing masyarakat perdusun dan juga masyarakat diberi kesempatan untuk menentukan skala prioritas usulan mana yang akan didahulukan untuk dilaksanakan pada pembangunan periode berikutnya. Untuk itu perencanaan pembangunan di Desa Landungsari masyarakat kawasan perkampungan selalu dilibatkan dan dalam musyawarah perencanaan pembangunan ini masyarakat perkampungan selalu terlibat sebagai obyek yaitu dengan cara ikut serta dalam penyelenggaraan MusrenbangDes, sedangkan keterlibatannya sebagai subyek dilihat dari keterlibatan masyarakat perkampungan sebagai panitia penyelenggara, dan masyarakat yang tidak terlibat sebagai penitia penyelenggara mengambil peran dalam menyampaikan usulan-usulan serta ikut mengambil bagian dalam penentuan skala prioritas pembangunan untuk dilaksanakan pada priode berikutnya, dengan demikian dapat dikatakan masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan sudah terlibat sebagai aktor utama pada perencanaan pembangunan di Desa Landungsari. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Kawasan Perumahan dengan Perkampungan dalam Perencanaan Pembangunan. Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat di dalam konteks perencanaan pembangunan di suatu Desa sangat di tentukan oleh tiga faktor yaitu pendidikan, kesadaran dan tingkat pendapatan, terutama faktor kesadaran dari setiap individu masyarakat sangat menentukan tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, karena walaupun mempunyai pendidikan yang tinggi tapi tidak mempunyai kesadaran maka keinginan untuk peran serta dalam kegiatan perencanaan pembangunan akan rendah. 1. Faktor pendidikan masyarakat. Faktor pendidikan merupakan suatu indikator yang sangat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa, karena tingkat pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu masyarakat dapat merubah pola pikir sikap dan cara pandang dari setiap individu masyarakat, selain itu juga masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi jika ikut dalam perencanaan pembangunan akan sangat berkontribusi lewat pemberian ide-ide atau pikiran-pikiran yang cemerlang guna menentukan arah pembangunan di Desa tersebut. Berdasarkan observasi peneliti dan data administrasi Desa Landungsari yang peneliti peroleh mayoritas masyarakat Desa Landungsari berpendidikan tinggi, terutama masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan, namun partisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan masih rendah, sedangkan partisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan lebih besar. Adapun hal yang menjadi faktor lain penyebab rendahnya partispasi masyarakat yang tinggal di kawsan perumahan dalam perencanaan pembangunan yaitu dikarenakan masyarakat yang tinggal dikawasan perumahan cenderung apatis untuk ikut serta dalam perencanaan pembangunan, selain itu juga masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan lebih mengutamakan pekerjaan mereka sehingga tidak ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan. Berdasarkan hal tersebut diatas bahwa partispasi masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan lebih rendah dibandingkan dengan partispasi masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan, namun jika dilihat dari tingkat pendidikannya mayoritas penduduk yang tinggal di kawasan perumahan lebih tinggi, jika dilihat hal ini maka Pemerintah Desa harus melakukan pendekatan dan mensosialisasikan kepada warga yang tinggal di kawasan perumahan bahwa kontribusinya untuk ikut serta dalam pembangunan sangat lah penting. 57

2 Faktor Kesadaran Masyarakat Selain faktor pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Desa. Faktor kesadaran dari masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses pembangunan merupakan suatu hal yang sangat diharapkan dan sangat penting untuk diperhatikan, karena walaupun tingkat pendidikan yang dimiliki oleh setiap individu masyarakat tinggi namun tidak didukung oleh kesadaran yang tumbuh dari masyarakat itu maka sangat mempengaruhi keinginan dari setiap individu masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan. Pada perencanaan pembangunan di Desa Landungsari kesadaran dari masyarakat untuk ikut serta dalam mengambil bagian pada kegiatan perencanaan pembangunan sudah besar terutama masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan, namun beda halnya kesadaran masyarakat yang tinggal dalam kawasan perumahan untuk terlibat atau berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan Desa Landungsari masih rendah. Besarnya kesadaran masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan, hal ini ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam setiap proses perencanaan pembangunan di Desa Landungsari yaitu masyarakat berperan sebagai obyek maupun sebagai subyek dari setiap proses pembangunan. Keterlibatan masyarakat sebagai obyek dalam setip proses pembangunan yaitu di tandai dengan kehadiran masyarakat sangat besar, sedangkan keterlibatan masyarakat sebagai subyek yaitu pada setiap proses perencanaan pembangunan terlibat sebagai panitia penyelenggara MusrenbangDes dan juga masyarakat yang tidak terlibat sebagai panitia penyelenggara MusrenbangDes ikut hadir dalam kegiatan tersebut dan memberikan kontribusi besar berupa ide-ide atau pikiran serta mengambil bagian dalam menentukan skala prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan pada periode berikutnya. Dengan melihat hal ini maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat kawasan perkampungan lebih besar dibanding kesadaran masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan. 3 Faktor Pendapatan Masyarakat Pendapatan merupakan suatu bentuk penghasilan yang diperoleh setiap individu masyarakat atas pekerjaan atau usaha yang ditekuninya, semakin tinggi jabatan dan atau semakin besar usaha yang ditekuni oleh seseorang maka pendapatan atau penghasilannya pun semakin besar. Pendapatan atau penghasilan ini jika dipandang dari status sosial masyarakat maka seseorang yang pendapatan atau penghasilannya besar status sosialnyaa semakin tinggi, sebab pada saat ini seseorang mencari pekerjaan dan melakukan suatu usaha bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya akan tetapi juga berkaitan erat dengan derajat kehidupan atau untuk meningkatkan status sosialnya, semakin besar pendapatan maka semakin tinggi derajat kehidupan atau status sosial dari seseorang. Pendapatan atau penghasilan seseorang jika dibawah pada rana pembangunan, lebih khususnya partisipasi masyarakat dalam bentuk swadaya sumbangan berupa dana, masyarakat yang pendapatannya besar tentunya partisipasinya dalam pembangunan khususnya berupa dana lebih besar dibanding masyarakat yang pendapatannya rendah. Berdasarkan penyajian data dimuka bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan adalah sebagai pekerja dan ada juga yang melakukan usaha atau berbisnis, sedangkan masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan sebagian berkerja sebagai buruh tani, bangunan PNS dan berwiraswasta. Dengan adanya perbedaan pekerjaan dan penghasilan ini maka tingkat kesibukan juga akan berbeda, yang pada akhirnya partisipasinya pun dalam perencanaan pembangunan akan berbeda- 58

beda. Hal tersebut sangat nampak ketika pada musyawarah perencanaan pembangunan di Desa Landungsari tingkat kehadiran atau partisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan lebih besar dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan, namun sebaliknya partsisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perumahan lebih nampak dan atau lebih besar partisipasinya dalam bentuk swadaya berupa sumbangan dana, hal ini menunjukkan pendapatan yang dimiliki oleh setiap individu masyarakat sangat berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan oleh peneliti tentang Analisis Perbandingan Partisipasi masyarakat Kawasan Perumahan dengan Kawasan Perkampungan dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Landungsari Kecamatan Dau Kabupaten Malang, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat di kawasan perumahan dalam perencanaan pembangunan di Desa Landungsari masih rendah. Sedangkan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan dalam perencanaan pembangunan melalui musrenbangdes lebih besar, hal tersebut dilihat dari tiga faktor yaitu pendidikan, kesadaran masyarakat serta pendapatan masyarakat. Daftar Pustaka Sjafrizal. 2015. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Penerbit Alfabeta, cv. Bandung. Sumaryadi, I Nyoman. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Citra Utama. Jakarta Theresia, Et All. 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Penerbit Alfabeta. Bandung. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 59