Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD PADA ANAK SMP NEGERI 31 BANJARMASIN. Faidatur Rahmi H.*dan Aprianti**

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN. buruk, gizi kurang, gizi lebih, masalah pendek, anemia kekurangan zat besi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan golongan yang paling mudah terkena pengaruh budaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai cara untuk mempertahankan dan merebut pasar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. masa atau usia antara anak-anak dan dewasa. Perubahan fisik pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk orang-orang yang sibuk dan suka berperilaku konsumtif. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pola makan remaja telah mengarah ke dunia barat. Pemilihan makanan remaja beralih ke pemilihan makanan cepat saji (fast

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

Mengungkap Fakta Unik Pola Konsumsi Penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. gaya makanan junk food dan fast food yang tren di tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Hasdianah, Siyoto, dan Peristyowati (2014:69) dalam buku Gizi, Pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Dewasa ini tingkat kesibukan masyarakat membuat masyarakat menyukai segala sesuatu yang instan dan praktis, termasuk dalam pemilihan makanan. Junk food atau fast food sangat mudah di jumpai dan membutuhkan waktu yang sebentar dalam penyajiannya sehingga seseorang dapat meminimalisir waktu. Sebagian besar makanan cepat saji memiliki kandungan kalori, kolesterol, lemak, dan garam yang tinggi namun rendah serat. Hal ini tentu berdampak pada status gizi dimana angka kejadian gizi lebih cenderung lebih tinggi. (Widyantara dkk, 2013: 77). Konsumsi junk food menjadi fenomena yang kini dialami bangsa ini, bukan hanya para konsumen junk food pelakunya, melainkan industry makanan. Sesuai data dari beberapa sektor Industri di Indonesia di tahun 2008 pertumbuhan industry makanan mencapai 19,4% pertahunnya hal ini membuktikan bahwa konsumen makanan junk food dan fast food semakin meningkat setiap tahun. Dari data survey tahun 2007 didapatkan hasil bahwa 28% masyarakat Indonesia mengonsumsi fast food minimal setiap satu minggu sekali, sebanyak 33% lebih sering mengkonsumsi junk food dan fast food pada siang hari. Dari hasil ini lah Indonesia termasuk ke dalam negara ke 10 yang paling banyak mengonsumsi makanan junk food dan fast food (Damapolii dkk, 2013: 3) Konsumsi fast food yang berlebihan dan terlalu sering merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas. Pangan cepat saji antara lain kentang goreng, burger, ayam goreng tepung, pizza. Junk food adalah makanan yang rendah serat serta tinggi lemak dan garam. (Badan POM RI, 2013:22) Terjadinya obesitas dikarenakan lebihnya asupan energi yang disimpan pada jaringan lemak, lama kelamaan akan mengakibatkan terjadinya obesitas. Banyak faktor yang menyebabkan obesitas, faktor utamanya adalah tidak seimbanganya pemasukan energi dan pengeluaran energi. (Damapolii dkk, 2013:2) Stunting adalah ukuran yang sangat tepat untuk mengindikasikan terjadinya kurang gizi jangka panjang pada anak anak (World Bank, 2006)

Menurut undang-undang No. 36 Tahun 2009 yang berisi amanat pengupayaan perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu gizi perorangan serta masyarakat, dengan perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan, serta peningkatan mutu pelayanan gizi dan akses kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, dalam membangun masyarakat yang sehat, setiap bangsa harus memiliki masyarakat dini yang sehat. Khususnya kaum remaja, di mana para remaja adalah kaum penerus bangsa dan memiki tanggung jawab untuk memberdayakan dan mempersuasi lingkungannya. Dampak dari konsumsi junk food mengenai target muda di Nusantara. Menurut Chou, dkk (2009) Dewasa ini banyak masyarakat diusia muda terserang penykit degeneratif mulai dari yang memiki gejala seperti diabetes, Parkinson, osteoporosis, hingga penyakit degenratif yang gejalanya tidak disadari bahkan tidak ada gejala awal sama sekali seperti kanker dan Alzheimer. Beberapa faktor penyebabnya ialah penggunaan tubuh (normal), sedangkan sisanya dikarenakan kesehatan, dan yang terakhir adalah yang paling mendominasi yaitu gaya hidup dan pola makan. Dalam RISKESDAS 2007 pola konsumsi makanan beresiko yang paling banyak dikonsumi oleh penduduk umur lebih dari 10 tahun adalah penyedap 77,8%, manis 68,1%, kafein 36,5%, berlemak 25,8% dan asin 24,5%. Dikuatkan bahwa remaja adalah pelaku konsumsi junk food dan sekaligus korban dampak buruk yang disebabkan akibat konsumsi junk food. Jenis fast food yang sering dikonsumsi remaja adalah fried chicken, french fries dan soft drink. Hasil penelitian Muwakhidah dan Tri dalam Damapolii dkk (2013:3-4) Remaja SMA Batik di Surakarta 55% sering mengkonsumsi fast food. Sebuah penelitian yang dilakukan di 6 kota di Indonesia, menyatakan bahwa sekitar 15,20% remaja mengkonsumsi fast food sebagai santapan siangnya. Penelitian yang dilakukan Heryanti tahun 2009, dengan judul kebiasaan makan cepat saji, aktifitas fisik dan faktor lainnya dengan status gizi, didapatkan hasil tingkat konsumsi fast food tertinggi adalah golongan pelajar yaitu sebesar 83,3% (Hanum dkk, 2014: 750)

Di Indonesia stunting menempati pervalensi nasional sebesar 37,2% (Riskesdas, 2013) Indonesia merupakan salah satu dari 3 negara dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia Tenggara, berdasarkan data yang di kemukakan pada tahun 2014, lebih dari 9 juta anak di Indonesia mengalami stunting (Chaparro dkk 2014 dalam Fikawati 2017) Menurut Kristianti dalam Hanum dkk (2014: 751) Pada masa remaja cendrung labil dan mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang terdekat, mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan tren yang sedang berkembang di masyarakat. Pengaruh tren ini membuat remaja mempunyai ragam makanan apa yang dikonsumsi. Pilihan makanan yang tidak tepat akan berdampak buruk pada kesehatan remaja Dari fakta-fakta tersebut sangat memprihatinkan dimana Indonesia sedang membutuhkan generasi muda yang sehat dan produktif untuk kemajuan bangsa. Pengurangan konsumsi junkfood sangat dibutuhkan untuk meminimalisir dan mengurangi penyakit, salah satunya dengan penyebaran informasi mengenai efek pengkonsumsian, solusi, dan pemahaman terhadap junk food. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan pencegahan dengan metoda strategi kampanye minum teh sebagai penetralisir akibat konsumsi Junk food sebagai Tugas Akhir. 1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi masalah a. Tingginya angka kejadian penyakit degeneratif dini di usia muda. b. Minimnya kepedulian para remaja dengan makanan yang dikonsumsi seharihari. c. Junk food menjadi menu andalan sehari-hari para remaja. d. Junk food sumber makanan yang minim nutrisi. e. Tingkat kesadaran menghindari konsumsi junk food para remaja yang rendah. f. Penyakit degeneratif merupakan salah satu ancaman buruk dari junk food. g. Pentingnya sumber gizi untuk remaja dalam masa pertumbuhan. h. Pentingnya mengetahui penawar efek buruk akibat junk food.

1.2.2 Rumusan Masalah Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya remaja, untuk konsumsi makanan yang sehat dan meminimalisir dampak buruk akibat konsumsi junk food? 1.3 Ruang lingkup Ruang lingkup dalam tugas akhir ini adalah perancangan kampanye gerakan minum teh untuk meminimalisir dampak buruk akibat junk food, perancangan ini disesuaikan dengan keilmuan DKV. a. Apa Kampanye minum teh sebagai penetralisir dampak buruk akibat konsumsi junk food. b. Mengapa Karena pola hidup remaja, sehingga kurang memperhatikan kosumsi sehari-hari. c. Siapa Target audience usia mulai dari 15 tahun hingga 18 tahun. Dengan ketertarikan dan berkepribadian umum dikalangan ekonomi menengah ke atas. d. Kapan Pada bulan Agustus 2017 hingga Oktober 2017 e. Dimana Dilakukan di Bandung. f. Bagaimana Melakukan kampanye minum teh. 1.4 Tujuan dan Manfaat Perancangan 1.4.1 Tujuan a. Merancang kampanye dan media gerakan gerakan minum teh untuk meminimalisir efek buruk yang ditimbulkan oleh junk food di kota Bandung.

b. Menyajikan pesan berupa info untuk memberi pemahaman dan mengajak masyarakat untuk mulai konsumsi Teh sebagai penetralisir efek buruk yang ditimbulkan akibat konsumsi junk food. 1.4.2 Manfaat a. Bagi Mahasiswa Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang membuat konsep perancangan kampanye untuk warga Bandung. Dapat menambah pengalaman pribadi dalam merancang sebuah desain kampanye. Dapat menjadi salah satu informan bagi mahasiswa DKV atau luar DKV tentang perancangan kampanye. b. Bagi Universitas Telkom Mendapatkan informasi tentang efek dari junk food. Meningkatkan citra Universitas Telkom yang terletak di kabupaten Bandung dan sekitarnya. c. Bagi Pemerintah Kota Bandung Mendapatkan informasi tentang cara mengurangi atau menghentikan konsumsi junk food pada kalangan remaja di kota Bandung. d. Bagi Masyarakat Kota Bandung Masyarakat dapat mengetahui pola makan yang baik agar terhindar dari berbagai macam penyakit. Masyarakat dapat termotivasi untuk menjaga kesehatan tubuh.

1.5 Metode pengumpulan data dan analisis 1.5.1 Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan pada perancangan Strategi Gerakan Membawa Bekal untuk Menghindari Konsumsi junk food adalah metodologi penelitian kualitatif. Hal ini dapat mengarah pada penelitian tentang kehidupan, sejarah, perilaku seseorang atau hubungan-hubungan interaksional. Konsep ini menekankan bahwa penelitian kualitatif ditandai oleh penekanan pada penggunaan nonstatistik (matematika) khususnya dalam proses analisis data hingga dihasilkan temuan penelitian secara ilmiah. Ini merupakan salah satu unsur yang membedakan penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. (Strauss, 1990:17). 1.5.2 Metode Pengumpulan Data Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif tidak harus banyak sebagaiman berlaku pada penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif bisa dilakukan hanya dengan satu subjek penelitian. Akan tetapi, tentu bukan sembarang individu atau subjek yang dipilih sesuka peneliti. Latar atau individu yang hendak diteliti hendaknya memiliki keunikan tersendiri sehingga hasilnya betul-betl bermanfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Keunikan latar atau individu yang menjadi subjek penelitin itu menentukan tingkat bobot ilmiah. (Strauss, 1990:17). Bahwa data kasus (kualitatif) terdiri atas semua informasi yang seseorang miliki tentang kasus itu (Patton, 1980 : 303). Data kasus mencakup seluruh: a. Observasi Observasi merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data dalam penelitian apa pun, termasuk penelitian kualitatif, dan digunakan untuk memperoleh informasi atau data sebagaimana tujuan penelitian. Tujuan data observasi adalah untuk mendeskripsikan latar yang diobservasi seperti kegiatan-kegiatan yang terjadi di latar itu: orang orang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan: makna latar, kegiatankegiatan, dan partisipasi mereka dalam orang-orangnya (Patton, 1980: 124) Peneliti mengumpulkan data lapangan dengan mengamati dari kasus yang sudah ada dan sudah terjadi, lalu mengamati berbagai aktivitas secara langsung di

masyarakat dan media sosial. Data observasi ini bertujuan untuk menganalisa fakta penyakit degeneratif akibat konsumsi junk food. b. Wawancara Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, bentuk wawancara ini menekankan definisi pewawancara pada situasi, memberikan dorongan kepada responden pada struktur jawaban dari situasi tersebut dan memberikan kesempatan kepada responden untuk memperkensalkan sebanyak-banyaknya tentang padangan yang di anggapnya relevan, bukan bertumpu pada paham relevansi oleh investigator (Dexter. 1970: 3 ) Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan sumber data dari Dirjen Haki, Mahasiswa, dan Masyarakat tujuannya agar mengetahui pendapat tentang aspek aspek apa saja yang harus diperhatikan agar karya digital tidak dibajak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Wawancara ini dilakukan dengan cara wawancara tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openended), namun pokok-pokok inti dan tujuan disesuaikan kondisi dari pihak responden.

1.6 Kerangka Perancangan Latar Belakang Masalah Junk food adalah makanan berbahaya untuk dikonsumsi dan merupakan sumber makanan yang minim gizi/nutrisi Masalah Bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya remaja dan menemukan solusi yang tepat akibat buruk dari junk food Data Metode Pengumpulan Data Observasi Wawancara Studi Literatur Teori Buku/Jurnal Kesehatan Buku Tentang gizi Buku Metode Penelitian Buku Advertising Buku Perancangan Strategi & Komunikasi Buku Periklanan ANALISIS FACET MODEL OF EFFECTS STRATEGI TAKTIK PESAN SOLUSI Kampanye konsumsi the dan edukasi bahaya serta dampak dari Junk Food Bagan 1.1 Kerangka Perancangan

1.7 Pembabakan Penyusunan Tugas Akhir mengenai perancangan kampanye minum teh sebagai penetralisir dampak buruk akibat konsumsi junk food akan dijelaskan menjadi lima bab secara garis besarnya sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Menguraikan gambaran awal proses penelitian dan perancangan kampenye sosial yang terdiri atas latar belakang dari kejadian/fenomena, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, metodologi perancangan, kerangka perancangan dan pembabakan. BAB II Dasar Pemikiran Menguraikan teori-teori yang relevan sebagai acuan perancangan kampanye sosial dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. BAB III Data dan Analisis Masalah Menguraikan data-data hasil penelitian yang telah dilakukan dari observasi, wawancara, dan metode pengumpulan data untuk analisis secara rinci dan terukur. BAB IV Konsep dan Hasil Perancangan Menjelaskan konsep perancangan kampanye sosial yang diperoleh berdasarkan data dan berbagai analisis masalah. BAB V Penutup Berisi kesimpulan dan saran. BAB V PENUTUP Kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tugas akhir yang telah di uraikan pada bab-bab sebelumnya