yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

dokumen-dokumen yang mirip
SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

Lingkungan Mahasiswa

Veronica Sovita Sari 1, Suwarsito 2, Mustolikh 3

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

Penyuluhan Hukum Hukum Perkawinan: Mencegah Pernikahan Dini

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Menikah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar)

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Aspek Positif dan Negatif dalam Ketentuan Pemberian Dispensasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

B. Rumusan Masalah C. Kerangka Teori 1. Pengertian Pernikahan

Oleh : TIM DOSEN SPAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

KUALITAS PELAYANAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Jeruklegi adalah sebuah kecamatan dikabupaten Cilacap, jawa. tengah, Kecamatan Jeruklegi berbatasan langsung dengan batas

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. besar.segala hal yang menyangkut tentang perkawinan haruslah dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB III KONSEPSI PERNIKAHAN DALAM UU NO. 1 TAHUN Perkawinan dalam agama Islam disebut dengan nikah dan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Transkripsi:

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut seksual, biologis. Seorang wanita dapat kawin bila ia sudah mulai haid, artinya ia sudah melepaskan sel telur yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang pertama). Waktu itu organ tubuh sudah sanggup untuk menumbuhkan anak di dalam rahimnya. Wanita Indonesia rata-rata mulai haid pada umur ± 13 tahun. Jelas wanita semuda ini belum tahu sama sekali tentang kehidupan seksual juga bagaimana cara berkeluarga. Membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia merupakan cita-cita yang sangat mulia dan merupakan tujuan yang esensi dari sebuah perkawinan, sebagaimana dapat dilihat dalam surat Ar-Rum ayat 21 mengenai tujuan pokok perkawinan: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya adalah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram terhadapnya, dan dijadikan-nya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berfikir (QS Ar-Rum :21). Tidak sedikit perkawinan terjadi antara suami istri yang belum matang jiwa raganya atau masih muda disebabkan oleh faktor ekonomi orang tua tidak mampu, dipaksa oleh orang tua, akibat pergaulan bebas, sebenarnya ia belum siap

21 baik lahir maupun batin untuk menikah, sehingga tidak tertutup kemungkinan akan mengalami kegagalan dalam membina rumah tangganya. Perkawinan adalah suatu hidup bersama dari seorang pria dengan seorang wanita yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan yaitu peraturan hidup bersama (Projodikoro, 1984). Menurut Basyir (1990) dalam bukunya Hukum Perkawinan Islam, perkawinan yang disebut nikah berarti :Melakukan suatu akad atau perjanjian untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan caracara yang diridhoi oleh Allah. Dilihat dari aspek hukum, menurut Basyir (1990) perkawinan merupakan suatu perjanjian yang mengandung tiga karakter khusus, yaitu : 1. Perkawinan tidak dapat dilakukan tanpa unsur sukarela dari kedua belah pihak; 2. Kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) yang mengikat persetujuan itu saling mempunyai hak untuk memutuskan tersebut berdasarkan ketentuan yang ada dalam hukum-hukumnya; 3. Persetujuan perkawinan itu mengatur batas-batas hukum mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak. Persetujuan perkawinan itu secara prinsipil berbeda dengan persetujuan-persetujuan lainnya, seperti persetujuan jual beli, sewa menyewa, tukar-menukar dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari aspek sosial perkawinan mempunyai arti penting, yaitu:

22 1. Dilihat dari pernilaian umum, pada umumnya berpendapat bahwa orang yang melakukan perkawinan atau pernah melakukan perkawinan mempunyai kedudukan yang lebih dihargai daripada mereka yang belum kawin. Khusus bagi kaum wanita dengan perkawinan akan memberikan kedudukan sosial yang tinggi, karena ia sebagai istri dan wanita mendapat hak-hak tertentu dan dapat melakukan tindakan hukum dalam berbagai-bagai lapangan muamalatyang tadinya ketika masih gadis tindakan-tindakannya masih terbatas, harus dengan persetujuan dan pengawasan orangtuanya. 2. Sebelum adanya peraturan tentang perkawinan, wanita dulu bisa dimadu tanpa batas dan tanpa bisa berbuat apa-apa, tetapi menurut ajaran Islam dalam perkawinan mengenai kawin poligami ini hanya dibatasi paling banyak empat orang, itupun dengan syarat-syarat yang tertentu pula. Dilihat dari aspek Agama dalam Perkawinan ialah bahwa islam memandang dan menjadikan perkawinan itu sebagai basis suatu masyarakat yang baik dan teratur, sebab perkawinan tidak hanya dipertalikan oleh ikatan lahir saja, tetapi di ikat juga dengan ikatan batin dan jiwa. Menurut ajaran Islam perkawinan itu tidaklah hanya sebagai persetujuan biasa melainkan merupakan suatu persetujuan biasa melainkan merupakan persetujuan suci, dimana kedua belah pihak dihubungkan menjadi pasangan suami isteri atau saling meminta menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama Allah (Soemiyati, 1999). Menurut Anonim b (2013) Istilah/kata perkawinan dalam fiqh dikenal dengan istilah nikah dan zawaja, Kedua kata ini, nakaha dan zawaja yang

23 menjadi istilah pokok dalam al-qur an untuk menunjuk pengertian perkawinan (pernikahan). Sebenarnya kata nikah itu sendiri sudah menjadi bahasa Indonesia. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar seorang pria dan wanita yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi. 2. Syarat-syarat Perkawinan a. Syarat perkawinan menurut Agama Islam 1). Bagi calon mempelai Laki-laki: a) Beragama Islam b) Terang laki-lakinya c) Tidak dipaksa d) Tidak beristri empat orang e) Bukan mahramnya bakal istri f) Tidak mempunyai bakal istri yang haram dimadu dengan bakal istrinya g) Mengetahui bakal istrinya tidak haram baginya h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah. 2). Bagi calon mempelai perempuan a) Beragama Islam b) Terang perempuannya c) Telah memberi ijin kepada wali untuk menikahkannya d) Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah e) Bukan mahramnya yang bakal suami

24 f) Belum pernah dituduh zina oleh bakal suaminya g) Terang orangnya h) Tidak sedang dalam ihram haji atau umrah. b. Syarat perkawinan menurut Undang-Undang Syarat perkawinan menurut undang-undang 1974, seseorang dapat melaksanakan perkawinan atau pernikahan apabila telah memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: 1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai. 2) Untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat persetujuan atas ijin kedua orangtua. 3) Apabila salah seorang dari kedua orangtua telah meninggal dunia, maka akan cukup diperoleh dari orangtua yang masih hidup atau dari orangtua yang mampu menyatakan kehendaknya. 4) Apabila dua orangtua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya maka ijin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai garis keturunan, lurus keatas selama mereka masih hidupdalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya. 5) Apabila dari salah seorang diantara mereka tidak menyatakan kehendaknya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan ijin setelah terlebih dahulu mendengar orang-orang diatas.

25 6) Perkawinan diijinkan jika pihak pria sudah mencappai umur 19 tahun dan perempuan berumur 16 tahun. 3. Tujuan Perkawinan Semua aktifitas atau kegiatan yang dilakukan manusia harus mempunyai tujuan. Seseorang melakukan aktifitas atau pekerjaan tanpa tujuan yang pasti, maka kemungkinan keberhasilannya relatif kecil bahkan mungkin gagal sama sekali. Oleh karena itu, setiap kegiatan mempunyai tujuan. Demikian juga dengan perkawinan harus mempunyai tujuan. Tujuan perkawinan dapat merujuk pada pasal 1 UU No. 1 tahun 1974. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahgia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Soemiyati (1999) tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syari ah. Dalam bukunya Fiqh Islam, H. Moh. Anwar mengemukakan bahwa perkawinan mengandung tujuan: 1) membentuk kehidupan yang tenang, rukun dan bahagia. 2) menimbulkan saling cinta dan saling sayang. 3) mendapatkan keturunan yang sah. 4) meningkatkan ibadah (taqwa kepada Allah SWT). 5) menimbulkan keberkahan hidup. 6). Menenangkan hati orang tua dan famili ( Anwar,1998)

26 4. Dasar Hukum Perkawinan Dalam peraturan nasional yang berlaku bagi warga negara indonesia, baik yang beragama islam maupun non islam, telah diatur dalam pasal 2 ayat 1 UU No. 1 tahun 1974 yaitu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Menurut Anwar (1998) dalam Fiqih Islam menyatakan sebagai berikut: hukum perkawinan/ nikah itu surat asalnya, akan tetapi hukum itu bisa berubah tergantung illatnya (sebabnya) yaitu: 1). Jatuhnya wajib, bagi yang mampu dan hampir tak kuat menahan nafsu syahwatnya. 2). Jatuh mubah, bagi orang yang mampu serta kuat menahan nafsu syahwatnya. 3). Jatuh makruh, bagi orang yang tak mampu biaya serta kuat menahan syahwatnya. 4). Jatuh haram, bagi orang yang tak ada kesanggupan memenuhi kewajibannya. 5. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Usia Dini Menurut Arviana (2011) hal-hal yang menyebabkan sehingga terjadi perkawinan usia dini adalah: a. Rendahnya tingkat pendidikan Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri. Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan

27 hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah. Disini, terasa betul makna dari wajib belajar 9 tahun. Jika asumsi kita anak masuk sekolah pada usia 6 tahun, maka saat wajib belajar 9 tahun terlewati, anak tersebut sudah berusia 15 tahun. Di harapkan dengan wajib belajar 9 tahun (syukur jika di kemudian hari bertambah menjadi 12 tahun), maka akan punya dampak yang cukup signifikan terhadap laju angka pernikahan dini. b. Minimnya pengetahuan dan pemahaman agama tentang arti dan makna sebuah perkawinan. Saya menyebutkan ini sebagai pemahaman agama, karena ini bukanlah sebagai doktrin. Ada sebagian dari masyarakat kita yang memahami bahwa jika anak menjalin hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua wajib melindungi dan mencegahnya dengan segera menikahkan anak-anak tersebut. c. Karena tekanan ekonomi yang semakin sulit Kondisi ekonomi keluarga yang semakin sulit, menjadi salah satu penyebab terjadinya perkawinan usia dini. Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan yang semakin hari semakin banyak mengakibatkan seseorang menjadi frustasi,sehingga memilih menikah di usia muda agar dapat membantu perekonomian keluarga.

28 d. Sempitnya lapangan kerja, sementara angkatan kerja semakin membludak Adanya ketidakseimbangan antara sumberdaya manusia dengan lapangan pekerjaan menjadikan seseorang sulit memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan keadaan yang seperti ini dapat mendorong seseorang untuk menikah muda. e. Akses informasi yang terbatas Informasi merupakan bagian terpenting bagi masyarakat, dengan terbatasnya akses informasi yang ada, tidak adanya tenaga penyuluh yang aktif memberikan informasi tentang bahaya perkawinan usia dini dapat menjadi salah satu penyebab banyaknya terjadi perkawinan usia dini di daerah tersebut.

29 B. Penelitian yang relevan Judul Nama Analisis Data Hasil Rouf (2002) Analisis interaktif 1.Faktor Penyebab Perkawinan Usia Muda dan Dampaknya di Desa Karangcegak Kec. Kutasari Kab. purbalingga.2.perkawinan Usia Muda Kaitannya Dengan Kematian balita 3.Kajian Perkawinan Usia Dini Di Desa Limbangan Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes Cahya Purnami (2004) Cunengsih (2013) Tri Analisis Interaktif Deskriftif kualitatif (persentase) Setelah dilakukan penelitian tentang perkawinan usia muda di Desa Karangcegak dapat disimpulkan bahwa ada faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya kawin usia muda. Hasil penelitian menunjukkan ada kaitan antara perkawinan usia muda, kondisi sosial ekonomi, kecuali lama pendidikan responden, program pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta perilaku budaya, berkaitan dengan kematian balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes melakukan perkawinan usia dini adalah : untuk meringankan beban orangtua, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada anaknya, karena anaknya ingin menikah dini dan karena rendahnya akses informasi mengenai undang-undang perkawinan.

30 C. Kerangka Pikir Perkawinan adalah hubungan antara seorang pria dan wanita untuk bersama-sama memenuhi naluri hasrat melangsungkan hidupnya dengan menurunkan keturunan. Perkawinan pada hakeketnya merupakan proses integrasi untuk berlangsung terus menerus elama perkawinan itu sendiri masih kekal. Proses integrasi tersebut berkaitan dengan semua segi kehidupan manusia baik segi sosial, ekonomi maupun kultur yang mempengaruhi kehidupan dalam kesejahteraan keluarganya. Model kerangka pikir atau pola pikir dalam penelitian terhadap masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes terhadap perkawinan usia dini dapat dilihat dari gambar bagan dibawah ini: Faktor Agama Faktor Pendidikan Mata Pencaharian Pekawinan Usia Dini Akses Informasi Gambar 2.1 Diagram alir kerangka Pikir

31 Dari gambar kerangka pikir dapat dijelaskan adanya anak-anak yang melaksanakan perkawinan usia dini karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi perkawinan usia dini yaitu rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pemahaman agama, mata pencaharian orangtua, dan akses informasi yang terbatas. D. Hipotesis Dalam penelitian ini, peneliti dapat mengajukan sebuah hipotesis yaitu sebagai berikut: Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan perkawinan Usia Dini di Desa Limbangan Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.