ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF POLA PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PERIODE JANUARI-MARET 2013 DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Winni Aditiya 1 ;Amaliyah Wahyuni 2 ; Rony 3 Menurut WHO (2011) Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal (140/90 mmhg atau lebih). Karena tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan didunia yang sangat penting dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi. Penurunan tekanan darah secara farmakologis yang efektif dapat mencegah kerusakan pembuluh darah dan terbukti menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas. Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah komplikasi dan menurunkan tekanan darah sesuai target (120/90mmHg). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pola peresepan obat antihipertensi. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang dipergunakan sebagai bahan penelitian yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap resep. Sampel pada penelitian ini berupa resep yang mengandung obat captopril, HCT, amlodipin, nifedipin,bisoprolol, furosemid yang tertulis dalam resep, yaitu berjumlah 411 resep. Teknik pengumpulan data dengan rekapitulasi resep yaitu melakukan pengamatan pada sejumlah resep yang sesuai dan tidak sesuai.teknik analisis data yaitu hasil yang didapat menggunakan tabel rekapitulasi resep, kesesuaian dan ketidaksesuian pola peresepan obat antihipertensi berdasar JNC 7 dengan pertimbangan diagnosa dan tekanan darah pasien. Berdasarkan hasil perbandingan yang telah dilakukan dengan 411 resep, didapatkan hasil dengan menggunakan Guideline tata laksana hipertensi menurut JNC 7 yaitu resep sesuai sebanyak 226 resep dengan persentase 55% dan resep tidak sesuai sebanyak 185 resep dengan persentase 45,01% di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin pada bulan Januari, Februari, Maret 2013. Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi
ABSTRACT DESCRIPTIVE STUDY PATTERNS PRESCRIPTIONS ANTIHYPERTENSIVE DRUG PERIOD JANUARY-MARCH 2013 IN KELAYAN TIMUR HEALTH CENTER BANJARMASIN Winni Aditiya 1 ;Amaliyah Wahyuni 2 ; Rony 3 According to WHO (2011) Hypertension is a circulatory system disorder that causes an increase in blood pressure above normal values (140/90 mmhg or more). Because high blood pressure is one of the world's health problems are very important due to the high number of events. Pharmacological blood pressure reduction that can effectively prevent damage to blood vessels and proven to reduce morbidity and mortality. The goal of treatment is to prevent complications of hypertension and lowering blood pressure on target (120/90mmHg). This study aims to determine the suitability of prescribing patterns of antihypertensive medication. This study was conducted in Kelayan Timur Health Center Banjarmasin using descriptive. Data of type used as research material is data obtained from observations of the recipe. This study took containing a sample drugs prescription captopril, HCT, amlodipine, nifedipine, bisoprolol, furosemide, amounted which to 411 recipes. Data collection techniques with the recipe summary observations on amount of recipes that fit and do not fit. Analysis data technique that is obtain from can at recipe collection table, suitability and unsuitable patterns prescription antihypertensive drug be based on JNC 7 consideration with blood pressure and diagnosis patient. Based on the results of the comparison has been done with 411 recipes, the results obtained by using the Guideline governance JNC 7 hypertension the appropriate prescription of 226 recipes with 55% and the percentage of prescriptions does not fit as many as 185 recipes with a percentage of 45.01% in Kelayan Timur Health Center Banjarmasin at January, February, March 2013. Keywords: Suitability and Unsuitable, Prescription, Drug Antihypertensive
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM) meliputi penyakit degeneratif yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk, saat masyarakat telah mengadopsi gaya hidup tidak sehat, misalnya merokok, kurang aktivitas fisik, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alkohol yang diduga merupakan faktor risiko PTM. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia (Rahajeng, Ekowati,dkk. 2009). Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena Congestive Heart Failure (CHF), dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang sangat penting dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi. Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat sesuai usia akibat bertambahnya pengapuran/pengerasan pembuluh ( Tjay dan Rahardja, 2002 ). Menurut WHO (2011) Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal (140/90 mmhg atau lebih). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI bahkan menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling lazim. Berdasarkan data NHANES (National Health and Nutrition Examination Survey) 2005-2008 yang dikutip oleh Pradana (2012), di Amerika Serikat menunjukkan dari semua penderita hipertensi, hanya 79,6% sadar telah menderita hipertensi, namun hanya 47,8% yang berusaha mencari terapi. Dan dari 70,9% pasien yang menjalani terapi, 52,2% tidak mencapai kontrol tekanan darah target. Hipertensi arteri yang berkepanjangan dapat merusak pembuluh-pembuluh darah didalam ginjal, jantung dan otak, serta dapat mengakibatkan peningkatan insiden gagal ginjal, penyakit koroner, gagal jantung, dan stroke. Penurunan tekanan darah secara farmakologis yang efektif dapat mencegah kerusakan pembuluh-pembuluh darah dan terbukti menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas. Telah banyak tersedia obat yang efektif. Pengetahuan tentang mekanisme dan titik tangkap kerja antihipertensi, memungkinkan prediksi efektivitas dan toksisistas secara akurat. Sebagai akibatnya, penggunaan obat secara rasional, secara tunggal, atau kombinasi, dapat menurunkan tekanan darah dengan
resiko minimal terhadap terjadinya toksisitas yang serius pada sebagian besar pasien. (Katzung, 2001) Rendahnya kesadaran penderita hipertensi untuk berobat dikarenakan hipertensi atau darah tinggi tidak menunjukkan gejala atau tanda khas yang bisa di pakai sebagai peringatan dini. Terdapat 76% kasus hipertensi di masyarakat yang diprediksi belum terdiagnosis. Hipertensi kini telah menjelma sebagai penyakit penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis di negara ini. Jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. (Syamsudin, 2011). Obat antihipertensi perlu dimulai berdasarkan pada 2 kriteria yaitu tingkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dan tingkatan resiko kardiovaskular. Data penelitian klinik hipertensi memperlihatkan bahwa mayoritas pasien hipertensi memerlukan paling sedikit dua golongan obat untuk mencapai target tekanan darah. JNC 7 (2003) menganjurkan untuk langsung mulai dengan kombinasi dua macam obat pada kelas II hipertensi ( 160/100 mmhg) atau pada kelompok hipertensi dengan risiko kardiovaskular tinggi atau sangat tinggi. Pengobatan pertama pada hipertensi yang ringan dan sedang, salah satu jenis obat yang dipilih yaitu suatu inhibitor ACE, dan yang paling sering digunakan adalah Captopril. (Tanzil, 2008). Obat antihipertensi yang tersedia di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin yaitu Amlodipin 5mg, Bisoprolol 5mg, Captopril 12,5mg dan 25 mg, Furosemide 5mg, HCT 25 mg, Nipedipine 10mg, dan Tensigard capsul. Berdasarkan data yang didapat setelah studi pendahuluan peneliti menemukan jumlah kasus hipertensi lumayan tinggi. Data yang didapat pada bulan Agustus 2012 tingkat penderita pasien hipertensi sebanyak 288 kasus dari semua kasus
hipertensi, di mana penyakit hipertensi merupakan penyakit di urutan pertama. Berdasarkan data tersebut diatas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Studi Deskriptif Pola Peresepan Obat Anti Hipertensi Periode Januari-Maret 2013 Di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin.