Unnes Physics Education Journal

dokumen-dokumen yang mirip
Automotive Science and Education Journal

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

Economic Education Analysis Journal

Journal of Mechanical Engineering Learning

Unnes Physics Education Journal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

Journal of Mechanical Engineering Learning

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN QUIZ TEAM PADA MATA KULIAH LOGIKA KOMPUTER DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

Unnes Physics Education Journal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

PEMBELAJARAN BUFFER MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 3 Cibalong Kabupaten Tasikmalaya JURNAL

Pancasakti Science Education Journal

Edu Elektrika Journal

Unnes Physics Education Journal

Indonesian Journal of History Education

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SYNERGETIC TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HELMI SUSANTI

Unnes Physics Education Journal

EFEKTIFITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SDN CONDONGCATUR

Citra Yunita dan Khairul Amdani Program Studi Pendidikan Fisika FMIPA Unimed

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

RIDA BAKTI PRATIWI K

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal

(The Influence of Creative Problem Solving Learning Model by Video Media to The Student Achievement on The Material Environmental Pollution.

Unnes Physics Education Journal PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DAN KOOPERATIF UNTUK MEMBANGUN EMPAT PILAR PEMBELAJARAN SISWA SMP

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA

Unnes Physics Education Journal

Abstrak. Kata kunci :Eksperimen Inkuiri, Eksperimen Verifikasi, Tingkat Keaktifan, Hasil Belajar.

Fashion and Fashion Education Journal

Unnes Science Education Journal

(The Influence of Cooperative Learning Model Type of Question Student Have toward Students Learning Achievement on Excretion System Subject) ABSTRACT

MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INKUIRI BEBAS) DALAM PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI FISIKA DI MAN 2 JEMBER

Journal of Mechanical Engineering Learning

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUESTION STUDENT HAVE (QSH) PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 5 TASIKMALAYA JURNAL

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (GENERATIVE LEARNING) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP ARTIKEL

ECONOMIC EDUCATION ANALYSIS JOURNAL EFEKTIFITAS METODE PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW DAN METODE KONVENSIAL TERHADAP HASIL BELAJAR

PENGARUH METODE AKTIF TIPE TEAM QUIZ BERBANTUAN QUESTION CARD TERHADAP HASIL BELAJAR. Info Artikel. Abstrak. , T Subroto, W Sunarto

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN MEDIA PHYSICROUND PADA MATERI CAHAYA

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Ikeu Dwi Astuti*) Purwati Kuswarini Suprapto*)

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA SLIDE POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh MADE DEWI LESTARI

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN SISWA. Abstrak. Abstract. Gallant Alim Purbowo, Mashuri, Putriaji Hendikawati

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

Indonesian Journal of History Education

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

Cici Wijayanti*) Purwati Kuswarini Suprapto*) Faculty of Educational Science and Teacher s Training Siliwangi University ABSTRACT

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Journal of Mechanical Engineering Learning

Nova Rina Setia Sari Sinaga dan Sehat Simatupang Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Unnes Physics Education Journal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN MURDER TERHADAP PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 GOMBONG PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SURABAYA PADA MATERI POKOK ALAT OPTIK

Unnes Physics Education Journal PENERAPAN MODEL DISCOVERY TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

Journal of Innovative Science Education

Ema Susanti Purwati Kuswarini Suprapto

Journal of Mechanical Engineering Learning

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA SMP ARTIKEL.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENGARUH METODE PRAKTIKUM MENGGUNAKAN KIT OPTIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN CAHAYA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRABUMULIH

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN LINGKUNGAN DITINJAU DARI SIKAP PEDULI LINGKUNGAN DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SMP ARTIKEL E-JOURNAL

Siva Fauziah, Purwati Kuswarini Suprapto, Endang Surahman

Journal of Mechanical Engineering Learning

Automotive Science and Education Journal

Transkripsi:

UPEJ 3 (1) (2014) Unnes Physics Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej PENGARUH IMPLEMENTASI KEGIATAN LABORATORIUM MENGGUNAKAN PENDEKATAN GENERATIVE LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA M. I. Baedhoni, N. Hindarto, Susilo Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,Indonesia, 50229 Info Artikel SejarahArtikel: Diterima Maret 2014 Disetujui Maret2014 Dipublikasikan April 2014 Keywords: laboratory activities, generative learning approaches, learning activities, learning outcomes Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis. Penelitian ini menggunakan metode true experiment dengan desain penelitian menggunakan design pretest-posttest group. Populasi yang dipakai adalah seluruh siswa SMA Negeri Grobogan dengan sampel dua kelas yang berasal dari kelas X SMA Negeri Grobogan, kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-9 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan pelaksanaan pembelajaran melalui implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning, sedangkan kelas kontrol dengan pelaksanaan pembelajaran melalui implementasi kegiatan laboratorium verifikatif. Analisis data penelitian menggunakan uji hipotesis dan uji gain. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadi perbedaan nilai dan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen akibat pengaruh dari kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning. Simpulannya adalah ada pengaruh positif dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan generative learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Abstract The research was aimed to find out whether there is an implementation effect of laboratory activities using generative learning approach to activities and student learning outcomes in a dynamic electrical material. This research used a true experiment pretest-posttest group design. Population used was throughout Grobogan State high school students with two sample classes derived from the class X and were X-5 as an experimental class and X-9 as the control class. Class experiments subject to the implementation of learning through the implementation of laboratory activities using generative learning approach, while the control class subject to the implementation of the verification laboratory activities. Analysis of research data using hypothesis test and gain test. These results indicate that there has a difference in values and increasing activity and student learning outcomes in the classroom due to the influence of experimental laboratory work using generative learning approach. It can be concluded that, there a positive effect of the implementation laboratory activities using the generative learning to the activities and student learning outcomes. Alamat korespondensi: Gedung D7 lantai 2 Kampus UNNES, Semarang, 50229 E-mail: mirham@yahoo.co.id 2014 Universitas Negeri Semarang

PENDAHULUAN Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Dalam mempelajari fisika dibutuhkan berbagai ketrampilan yang dimiliki setiap siswa. Ketrampilan tersebut meliputi ketrampilan mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksikan, menghipotesis dan bereksperimen (Depdiknas, 2007). Mata pelajaran fisika sebagai mata pelajaran IPA sangat memerlukan keberadaan laboratorium. Kelengkapan peralatan laboratorium diharapkan dapat mewujudkan pencapaian penguasaan materi pelajaran sampai pada domain psikomotorik atau keterampilan (Hinduan, 2002). Kenyataannya orientasi utama pembelajaran fisika di sekolah diperkirakan hanya pada penyelesaian materi yang harus disampaikan sesuai alokasi waktu yang tersedia sesuai kurikulum. Dugaan itu didukung hasil penelitian Balitbang Depdiknas yang menunjukkan bahwa sekitar 51% guru IPA SMP dan sekitar 43% guru fisika SMA di Indonesia tidak dapat menggunakan alat-alat laboratorium yang tersedia di sekolahnya. Akibatnya, tingkat pemanfaatan alat-alat itu dalam pembelajaran cenderung rendah (Wiyanto, 2006). Penggunaan alatalat laboratorium kurang dilibatkan pada proses belajar siswa akan timbul dugaan bahwa pembelajaran sains di sekolah cenderung monoton yang didominasi oleh penerapan metode ceramah dan klasikal. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika khususnya materi listrik dinamis masih rendah, hal ini ditunjukan oleh masih banyaknya siswa mengalami miskonsepsi tentang konsep fisika, baik pada siswa yang sedang belajar fisika maupun siswa yang telah menyelesaikan sekolahnya di SMP dan SMA. Disamping itu, pendekatan pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai di lingkungan pembelajaran yang konstruktivistik yaitu siswa tidak didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya serta kurangnya partisipasi siswa untuk aktif secara langsung dalam pembelajaran. Penggunaan pendekatan yang berkonstruktivistik dan melibatkan laboratorium dalam pembelajaran yaitu pendekatan generative learning. Generative learning merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang menciptakan pembelajaran yang konstruktivistik dan mengarahkan siswa untuk mempelajari konsep sains dengan mengambil pengetahuan awal yang sudah dimiliki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa SMA. METODE Penelitian ini menggunakan metode eksperimen pretest-postest control group design. Metode ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling, sampel diambil sebanyak dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri Grobogan tahun ajaran 2012/2013. Uji Coba Soal Populasi Kelas Uji Coba Rekomendasi guru dan telah menempuh materi yang dijadikan penelitian Sampel Uji homogenitas Uji Analisis Varians Teknik simple random sampling Instrumen Kelas Eksperimen Kelas Kontrol digunakan Pre test Uji Pengaruh Kegiatan Laboratorium Menggunakan Pendekatan generative learning Kegiatan Laboratorium Verifikatif 1.Uji normalitas 2.Uji kesamaan dua varian 3.Uji perbedaan dua rata-rata 4.Uji gain Post test Analisis Data Aktivitas Belajar Hasil Belajar Gambar 1. Alur Penelitian Eksperimen 47

Persentase Nilai Aktivitas Belajar Presentase Nilai Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi untuk diuji homogenitas sampel, metode test untuk mengetahui hasil belajar kognitif, dan metode observasi untuk mengetahui aktivitas belajar, hasil belajar afektif dan psikomotorik. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Populasi diperoleh dengan metode dokumentasi berupa nilai ujian akhir semester II kelas X SMA Negeri Grobogan tahun ajaran 2012/2013. Data tersebut digunakan untuk menentukan sampel dengan kelas X-5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-9 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian berupa hasil nilai aktivitas belajar dan hasil belajar siswa mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik pada materi listrik dinamis. Aktivitas Belajar Data aktivitas belajar diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Indikator aktivitas belajar yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: mengemukakan pendapat, bertanya, menulis data, mengukur, dan menarik kesimpulan. Perbandingan nilai aktivitas belajar pada kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan indikator dalam implementasi kegiatan laboratorium disajikan pada Gambar 2. Pertemuan I Eksperimen Pertemuan II Eksperimen Pertemuan I Kontrol Pertemuan II Kontrol 100,0% 90,0% 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% 67,5% 90% 58,8% 83,8% Mengemukakan pendapat 64,4% 64,4% 54,4% 54,4% 78,1% 90,6% 90,6% 87,5% 84,4% 84,4% 71,9% 87,5% 84,4% 81,3% 81,3% 78,1% Bertanya Menulis data Mengukur Menarik Kesimpulan Gambar 2 Perbandingan Skor Rata-Rata Aktivitas Belajar Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen dan Kontrol antara Pertemuan I dengan pertemuan II dalam Persentase Berdasarkan Gambar 2, aktivitas belajar kelas eksperimen pada aspek penilain mengemukakan pendapat, menulis data, dan menarik kesimpulan terjadi peningkatan; pada aspek penilaian bertanya dan mengukur tidak terjadi peningkatan atau penurunan, sedangkan kelas kontrol pada aspek penilain mengemukakan pendapat dan menarik kesimpulan terjadi peningkatan; pada aspek menulis data dan mengukur terjadi penurunan; pada aspek penilaian bertanya tidak terjadi peningkatan atau penurunan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data aktivitas belajar pada kelas eksperimen pada pertemuan I dan II disajikan pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan bahwa aktivitas belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata aktivitas belajar pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi dari nilai rata-rata aktivitas belajar kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih aktif dalam kegiatan laboratorium daripada kelas kontrol. 80% 60% 40% 20% 0% Eksperimen Kontrol 84% 77% 80,5% 72% 74.5% 73.3% 30% Gambar 3. Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-gain Aktivitas Belajar antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam Persentase Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, menyatakan bahwa rata-rata nilai aktivitas belajar kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai aktivitas belajar kelas eksperimen lebih baik dari nilai aktivitas belajar kelas kontrol baik pada pertemuan I maupun pada 9% Pertem. I Pertem. IIRata-Rata N-Gain 48

Persentase Nilai Hasil Belajar Kognitif pertemuan II dan Hasil uji gain pada kelas eksperimen termasuk sedang dan pada kelas kontrol termasuk rendah. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan nilai aktivitas belajar yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai aktivitas belajar lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan aktivitas belajar siswa. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen berupa peningkatan aktivitas belajar siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning lebih melibatkan siswa secara langsung dalam penyelidikan dan penggalian pengetahuan sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa aktif belajar dalam kegiatan laboratorium sebagai upaya menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Dick & Carey (1985) bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa secara aktif melakukan keterlibatan langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Menurut Wittrok (1992), kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning memandang siswa sebagai siswa aktif berkerja untuk membangun pemahaman yang bermakana dengan menghasilkan berbagai informasi yang diterima oleh siswa dan berbeda dengan siswa yang hanya melibatkan proses penghafalan informasi dimana siswa pasif menerima informasi tanpa adanya pengolahan informasi yang bermakna. Hasil Belajar Kognitif Data hasil belajar kognitif diperoleh dengan menggunakan metode tes yaitu pretest dan posttest. Indikator hasil belajar kognitif siswa yang diukur dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6) yang dimuat dalam bentuk soal pilihan ganda serta digunakan untuk mendapatkan data pretest dan posttest. Dari data hasil belajar kognitif, diperoleh data pretest-posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan bahwa hasil belajar kognitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi dari nilai rata-rata posttest kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians untuk data pretest, menyatakan bahwa ratarata nilai hasil belajar kognitif kedua kelas tidak berbeda 49 artinya rata-rata nilai hasil belajar kognitif kelas eksperimen sama dengan nilai hasil belajar kognitif kontrol, hal tersebut disebabkan kedua kelas memiliki keadaan awal yang sama dan belum mendapatkan perlakuan, sedangkan untuk data posttest, menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar kognitif kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar kognitif kontrol, hal tersebut disebabkan kedua kelas sudah mendapatkan perlakuan dan analisis uji gain pada kelas eksperimen termasuk sedang dan pada kelas kontrol termasuk sedang. 100,0% 80,0% 60,0% 40,0% 20,0% 0,0% Eksperimen 53,8% 53,3% Kontrol 82,8% 77,1% 63% 50% Pretest Posttest N-gain Gambar 4 Perbandingan Nilai Pretest, Posttest dan N-gain Hasil Belajar Kognitif antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam Persentase Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan nilai hasil belajar kognitif yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, dimana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar kognitif lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu meningkat hasil belajar kognitif siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning lebih menekankan pada pengintergrasian secara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dimiliki sebelumnya sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan mengontrol kognitif. Di dalam kegiatan laboratorium tersebut siswa akan mendapatkan pengalaman yang bermakna dan pengetahuan yang dikontruksi dari hasil penyelidikan sendiri untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan pengembangan kemampuan pemecahan masalah, pengetahuan yang diperoleh tersebut akan disimpan pada memori jangka panjang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suma (2005) bahwa kegiatan laboratorium mendorong

Presentase Nilai Hasil Belajar Afektif Presentase Nilai kemampuan siswa utuk membangun dan mengembangkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hokum-hukum melalui pengalaman langsung (first-hand experience). Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Al-Naqbi & Hassan (2005) bahwa melalui kegiatan laboratorium ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman intuitif dan untuk mengalami bagaimana rasanya untuk menjadi pencipta pengetahuan daripada sebagai konsumen pengetahuan. Hasil Belajar Afektif Data hasil belajar afektif diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Indikator hasil belajar afektif yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: kehadiran dalam mengikuti pelajaran, perhatian siswa saat pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, kerapian pakaian, dan tanggung jawab. Perbandingan nilai hasil belajar afektif pada kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan indikator dalam implemetasi kegiatan laboratorium disajikan pada Gambar 5. Pertemuan I Eksperimen Pertemuan II Eksperimen Pertemuan I Kontrol Pertemuan II Kontrol 120% 88,8% 87,5% 94,4% 80% 60% 64,4% 78,1% 82,5% 66,9% 61,3% 60% 68,8% 67,5% 73,8% 68,1% 40% 20% 0% Kehadiran dalam mengikuti pelajaran Perhatian siswa saat pelajaran Kerjasama dalam kelompok Kerapian pakaian Tanggungjawab Gambar 5. Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil Belajar Afektif Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen dan Kontrol antara Pertemuan I dengan pertemuan II dalam Persentase Berdasarkan Gambar 5, hasil belajar afektif kelas eksperimen pada aspek penilain perhatian siswa saat pembelajaran, kerjasama dalam kelompok dan kerapian pakaian terjadi peningkatan; pada aspek tanggung jawab terjadi penurunan, pada aspek penilaian kehadiran dalam mengikuti pelajaran tidak terjadi peningkatan atau penurunan, sedangkan kelas kontrol pada aspek penilain, perhatian siswa saat pembelajaran, kerjasama dalam kelompok, dan tanggung jawab terjadi peningkatan; pada aspek penilaian kehadiran dalam mengikuti pelajaran dan kerapian pakaian tidak terjadi peningkatan atau penurunan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data hasil belajar afektif pada kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6, tampak sekilas bahwa adanya perbedaan nilai hasil belajar afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar afektif pada kelas eksperimen terlihat lebih tinggi daripada nilai hasil belajar afektif kelas kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik dalam kegiatan laboratorium daripada kelas kontrol. 50% 0% Eksperimen Kontrol 88,75% 82% 85,4% 78% 83,75% 80,9% 37% 26% Pertem. I Pertem. IIRata-Rata N-Gain Gambar 6 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-Gain Hasil Belajar Afektif antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam Persentase Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar afektif kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai 50

Presentase Nilai hasil belajar afektif kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar afektif kelas kontrol baik pada pertemuan I maupun pada pertemuan II dan analisis uji gain pada kelas eksperimen termasuk sedang dan pada kelas kontrol termasuk rendah. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan nilai hasil belajar afektif yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar afektif lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar afektif siswa. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu meningkat hasil belajar afektif siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang menuntut adanya interaksi antar siswa untuk bekerjasama dalam penyelidikan suatu konsep atau pengetahuan yang belum dimiliki siswa, selain itu peran kegiatan laboratorium tersebut akan memberikankan rangsangan yang menarik perhatian siswa sehingga dapat memunculkan adanya minat dan motivasi dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Rifai & Catharina (2011) menyatakan stimulus yang unik akan menarik perhatian setiap orang dan cenderung untuk mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut. Menurut Rahmad & Alfina (2007) untuk meningkatkan hasil belajar, salah satu faktor penunjangnya adalah faktor sosial. Lingkungan sosial berkaitan dengan interaksi siswa, misalnya kehadiran siswa lain pada waktu sedang belajar dan tanggung jawab dalam kelompok belajar mempengaruhi proses dan hasil belajar individu. Hasil Belajar Psikomotorik Data aktivitas belajar diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Indikator hasil belajar psikomotorik yang diamati dalam kegiatan laboratorium pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diantaranya: menyiapkan alat dan bahan percobaan, merangkai alat dan bahan percobaan, melakukan pengamatan dan percobaan, kemampuan menggunakan alat, dan merapikan alat dan bahan percobaan. Perbandingan nilai hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan indikator dalam implemetasi kegiatan laboratorium disajikan pada Gambar 7. Pertemuan I Eksperimen Pertemuan II Eksperimen Pertemuan I Kontrol Pertemuan II Kontrol 100,0% 90,0% 80,0% 70,0% 60,0% 50,0% 40,0% 30,0% 20,0% 10,0% 0,0% 87,5% 81,3% 75% 65,6% Menyiapkan alat dan bahan percobaan 65,6% 65,6% 65,6% 59,4% Merangkai alat dan bahan percobaan 90,6% 84,4% 84,4% 84,4% 84,4% 87,5% 87,5% 81,3% 84,4% 78,1% 71,9% 68,8% Melakukan pengamatan dan percobaan Kemampuan menggunakan alat Merapikan alat dan bahan percobaan Gambar 7 Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil Belajar Psikomotorik Berdasarkan Indikator Kelas Eksperimen dan Kontrol antara Pertemuan I dengan pertemuan II dalam Persentase Berdasarkan Gambar 7, hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen pada aspek penilain menyiapkan alat dan bahan percobaan melakukan pengamatan dan percobaan merapikan alat dan bahan percobaan terjadi peningkatan; pada aspek penilaian merangkai alat dan bahan kemampuan menggunakan alat tidak terjadi peningkatan atau penurunan, sedangkan kelas kontrol pada aspek penilain melakukan pengamatan dan percobaan, kemampuan menggunakan alat, merapikan alat dan bahan percobaan terjadi peningkatan; pada aspek penilaian menyiapkan alat dan bahan percobaan merangkai alat dan bahan terjadi penurunan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8, tampak secara sekilas bahwa adanya perbedaan nilai hasil belajar psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai hasil belajar psikomotorik kelas 51

Persentase Nilai Hasil Belajar Psikomotorik kontrol sehingga bisa dikatakan kelas eksperimen lebih baik dalam kegiatan laboratorium dari kelas kontrol. 80% 60% 40% 20% 0% Eksperimen Kontrol 80% 83,13% 81,6% 73% 75% 74% Pertem. I Pertem. II Rata-Rata 16% 7% N-Gain Gambar 8 Perbandingan Nilai Pertemuan I, Pertemuan II, Rata-Rata dan N-Gain Hasil Belajar Psikomotorik antara Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol dalam Persentase. Dari analisis uji hipotesis menggunakan uji t separated varians, menyatakan bahwa rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik kedua kelas berbeda artinya rata-rata nilai hasil belajar psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dari nilai hasil belajar psikomotorik kelas kontrol baik pada pertemuan I maupun pertemuan II dan analisis uji gain pada kelas eksperimen termasuk sedang dan pada kelas kontrol termasuk rendah. Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan, maka terdapat perbedaan nilai hasil belajar psikomotorik yang signifikan antara kelas eksperimen yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dan kelas kontrol yaitu kelas yang diajar melalui kegiatan verifikatif, yang mana kelas eksperimen memiliki nilai hasil belajar psikomotorik lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan laboratotium menggunakan generative learning berpengaruh pada peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa. Adanya pengaruh dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu meningkat hasil belajar psikomotorik siswa, sesuai prinsip dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan pendekatan generative learning yang menekankan ketrampilan yang melibatkan antara indera dan otot dengan pengamatan langsung terhadap proses sains dapat melatih kemampuan berpikir ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiyanto (2006) kemampuan psikomotorik atau ketrampilan gerak siswa akan terlibat secara aktif melalui pembelajaran dengan percobaan. Selain itu kegiatan laboratorium dapat membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran menjadi lebih bermakna dan mendalam, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Hal ini sesuai 52 dengan pendapat Trumper (2003) bahwa kegiatan laboratorium ini mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses ilmiah dimana siswa mengeksplorasi dunia fisik, menganalis data, menarik kesimpulan dan generalisasi yang baru diperoleh pemahaman ilmiah untuk fenomena dalam kehidupan sehari-hari. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dari implementasi kegiatan laboratorium menggunakan generative learning terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Grobogan pada materi listrik dinamis, hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai ratarata dan peningkatan terhadap aktivitas dan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, aktivitas dan hasil belajar fisika siswa melalui implementasi kegiatan laboratorium dengan pendekatan generative learning lebih baik daripada implementasi laboratorium verifikatif. Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti mempunyai beberapa sarana untuk penyempunaan penelitian selanjutnya yaitu untuk implementasi kegiatan laboratorium menggunakan generative learning dapat digunakan terutama pada materi yang membutuhkan aktivitas kegiatan laboratorium fisika, terbukti setelah dilakukan penelitian bahwa ada pengaruh positif terhadap aktivitas dan hasil belajar pada materi listrik dinamis. DAFTAR PUSTAKA Abrahams, I & Robin M. 2008. Does Practical Work Really Work? A Study of The Effectiveness of Practical Work As A Teaching And Learning Method In School Science. International Journal of Science Education. 30(14): 1945 1969. Al-Naqbi, A. K. & Hassan H. T. 2005. The Role of Laboratory Work in School Science: Educators and Students Perspectives. Journal of Faculty of Education, 18 (22): 19-35. Aufschnaiter, C. V& Stefan V. A. 2007. University Students Activities, Thinking and Learning During Laboratory Work. European Journal of Physics, 28: 51 60 Depdiknas. 2007. Model dan Manajemen Laboratorium IPA. Jakarta: Depdiknas. Dick, W. & Carey, L. 1985. The Systematic Design of Intruction. Glecview, Ilionis: Scot, Foresman and Company Hinduan, A. 2002. Pengembangan Kurikulum Program Sarjana Fisika Berdasarkan Kompetensi. Makalah dipresentasikan pada Seminar LokaKarya V, Mipa-net, Jakarta, 3 September. Rahmad, M & Alfina. S. D. 2007. Hasil Belajar Ketrampilan Sosial Sains Fisika Melalui Model

Pembelajaran Generatif Pada Siswa Kelas VIII. Jurnal Geliga Sains. 1(2): 25-30. Rifai, A. & Catharina T. A. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT MKK Unnes. Suma, K. 2005. Efektivitas Kegiatan Laboratorium Konstruktivis Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep-Konsep Arus Searah Mahasiswa Calon Guru. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 38(2) : 159-171 Wittrock, M. C. 1992. Generative Learning Processes of the Brain. Educational Psychologist, 27(4): 531-541. Trumper, R. 2003. The Physics Laboratory A Historical Overview and Future Perspectives. Journal of Science and Education. 12: 645 670. Wiyanto, A. Sopyan, Nugroho & S.W.A. Wibowo. 2006. Potret Pembelajaran Sains di SMP dan SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 4(2): 63-66. Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes Press. 53