BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kasus-kasus orthopedi bertambah banyak, semakin bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan raya banyak kita jumpai berbagai kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera pada organ tubuh salah satunya cedera pada tulang. Meningkatnya angka kriminalitas dengan tindak kekerasan juga sebagai faktor penyebab, selain itu karena faktor kecelakaan kerja dan faktor-faktor yang lain ( Rasjad, 1998 ). Di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Tugurejo terdapat banyak pasien yang menjalani pengobatan dengan kasus-kasus orthopedi, dikarenakan RSUD Tugurejo terletak di jalur pantura yang rawan kecelakaan dan di sekitar RSUD Tugurejo banyak berdiri pabrik-pabrik yang beresiko terhadap kecelakaan kerja, dan kasus-kasus yang sering ditemui adalah kasus orthopedi. Kasus orthopedi harus segera ditangani dengan cepat diantaranya dengan tindakan operasi. Data rekapitulasi pasien yang dilakukan operasi orthopedi (ekstremtas bawah) di instalasi bedah sentral RSUD Tugurejo Semarang dari bulan Januari sampai Desember 2007 sebanyak 358 operasi. Tindakan operasi orthopedi (ekstremitas bawah) akan mengakibatkan penurunan atau gangguan terhadap mobilisasi pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting pada periode post operasi untuk mencegah komplikasi. Kemampuan pasien untuk bergerak dan berjalan pada 1
2 post operasi akan menentukan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan pada pergerakan yang maksimal. Bergerak dan beraktifitas diatas tempat tidur membantu mencegah komplikasi pada sistem pernafasan, kardiovaskuler, mencegah decubitus, merangsang peristaltik usus dan mengurangi nyeri. Karena pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal mengalami keterbatasan gerak. Kegiatan pelayanan keperawatan ditujukan untuk memperbaiki kegiatan beraktifitas seperti mengistirahatkan sendi yang terganggu untuk mencegah bertambahnya bagian yang sakit ( Long,1996 ) Mobilisasi penting bagi klien untuk mempertahankan kesehatannya. Masalah-masalah fisik dari tidak dilakukannya mobilisasi pada pasien post operasi orthopedi diantaranya: penurunan kesadaran mental dampak dari penurunan oksigen ke otak, penurunan kecepatan dan kedalaman pernapasan dapat terjadi: tromboplebitis, penyembuhan luka lama, bertambahnya rasa nyeri, penurunan kelancaran fungsi ginjal dapat terjadi retensi urin, penurunan metabolisme: berkurangnya tonus otot memperlambat keseimbangan nitrogen, penurunan peristaltik: susah flatus, terjadi distensi abdominal dan nyeri akibat gas, konstipasi dan ileus paralitik ( Long,1996 ) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada bulan Januari 2008 ditemukan 6 (75%) dari 8 pasien post operasi orthopedi (ekstremitas bawah) belum melakukan mobilisasi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pasien yang terbatas tentang manfaat mobilisasi post operasi dan perilaku pasien terhadap tindakan tersebut. Hubungan terapeutik dapat membantu
3 pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki tingkat mobilitas fisik. Pasien biasanya mau menerima terhadap peningkatan mobilitasnya bila mereka telah diyakinkan bahwa gerakan selama masih dalam batas terapeutik sangat menguntungkan ( Brunner and Suddarth, 2001 ). Mobilisasi merupakan kegiatan yang menonjol dalam mempercepat pemulihan post bedah dan berguna mencegah komplikasi lebih lanjut. Namun pada kenyataannya beberapa tidak bisa melakukan mobilisasi sesuai yang diprogramkan dengan pertimbangan pasien sendiri merasa enggan untuk bergerak karena nyeri dan takut jahitannya terbuka serta berbagai keluhan lain. Jika hal ini dibiarkan lebih lanjut menyebabkan pasien terpaksa berbaring terus sehingga akan berakibat berbagai komplikasi jasmani dan psikologis yang jelas akan menghambat proses pemulihan post bedah ( Jong, 2004 ). Mobilisasi dini pada pasien post operasi merupakan hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari komplikasi. Dari uraian di atas menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang Hubungan Pengetahuan Mobilisasi dengan Mobilisasi Pasien Post Operasi Orthopedi (Ekstremitas Bawah) di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahan yang diangkat adalah: Adakah hubungan pengetahuan mobilisasi dengan mobilisasi pasien post operasi orthopedi (ekstremitas bawah) di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang.
4 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pengetahuan mobilisasi dengan mobilisasi pasien post operasi orthopedi (ekstremitas bawah) di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan mobilisasi pasien post operasi orthopedi (ekstremitas bawah) di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. b. Mendeskripsikan perilaku mobilisasi pasien post operasi orthopedi (ekstremitas bawah) di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan mobilisasi dengan mobilisasi pasien post operasi orthopedi (ekstremitas bawah) di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang. D. Manfaat penelitian 1. Bagi pasien Sebagai bahan informasi bagi pasien dalam hal mobilisasi dan memotivasi pasien untuk melakukan mobilisasi post operasi. 2. Bagi perawat Informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan mobilisasi.
5 3. Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan bagi Institusi Rumah Sakit dalam meningkatkan pelayanan keperawatan kaitannya dengan mobilisasi pasien post operasi. 4. Bagi Institusi Pendidikan Mengetahui kondisi riil di lapangan dalam menerapkan konsep-konsep teori dan pelaksanaanya pada pasien.