Oleh : Desiana Dwi Astutik PUBLIKASI ILMIAH J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2


BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDAPATAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PERAWATAN PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD dr. R. SOEDJATI PURWODADI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Dewi Indarwati, Riskiana, Aida Rusmariana, Rita Dwi Hartanti. Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Kartika 7

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

Siti Uswatun Chasanah 1, Anida 2, Desi Susana 3 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Olahraga dengan Kadar Gula Darah

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi klinis gangguan metabolisme

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELITUS PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA GONILAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT RENDAH GARAM PADA PASIEN HIPERTENSI DI KAMPUNG MEKAR SARI KABUPATEN TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN TENTANG DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET DIABETES MELLITUS DENGAN KEPATUHAN KONTROL GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : Desiana Dwi Astutik J210.141.042 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 1

3

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.. Surakarta,04 April 2016 Penulis Desiana Dwi Astutik J210.141.042 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG DIET DIABETES MELLITUS DENGAN KEPATUHAN KONTROL GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI SUKOHARJO Oleh : Desiana Dwi Astutik 1, Fahrun N. Rosyid 2, Arief W. Jadmiko 3 ABSTRAK Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Masalah yang sering timbul pada penderita diabetes melitus adalah bagaimana cara mempertahankan agar kadar glukosa dalam darah tetap terkontrol. Pilar utama pengobatan DM tersebut ialah pentingnya edukasi bagi klien dan keluarga, olahraga, jenis obat DM yang digunakan oleh klien dan pengaturan pola makan. Keberhasilan dalam pengobatan DM bergantung pada penderita DM yaitu mereka harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai, kemudian dapat mengubah sikapnya dalam melakukan pengobatan dengan diet rendah gula, dan mencegah komplikasi sehingga dapat hidup lebih sejahtera, sehat dan berkualitas. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien DM tipe II di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. Metode penelitiaan yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Populasi pasien DM tipe II yang berjumlah 155 orang, diambil sampel sebanyak 61 orang dengan teknik proportional random sampling. Variabel independen berupa tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus sedangkan variabel dependen kepatuhan kontrol gula darah, instrumen yang digunakan dengan kuesioner. Teknik analisis data dengan analisis Chi-square (X 2 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus tergolong cukup (44,3%), sebagian besar responden tergolong patuh dalam kontrol gula darah yaitu sebanyak 52,5%, dan ada hubungan signifikan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. Disarankan bagi pasien diabetes mellitus untuk tetap menjaga kesehatannya dengan menjaga kondisi penyakitnya yaitu patuh terhadap kontrol gula darah serta termotivasi untuk mencari informasi mengenai DM dan mau mengikuti programprogram yang diadakan pihak Rumah Sakit. Kata kunci: Tingkat pengetahuan, kepatuhan kontrol gula darah, diabetes mellitus. ABSTRACT Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with hyperglycemia characteristic occurs due to insulin secretion abnormality, insulin performance or both of them. Trouble something often occurs in diabetics is how to keep blood glucose levels under control. The main pillar of diabetes treatment is the importance of education for client and family, sports, types of medicines used by client and dietary regulation.achievement in diabetes mellitus treatment depends on diabetes mellitus patient is about adequate knowledge in order to change the attitude in conducting treatment with sugar - low diet and prevents complication so that they can live more prosperous, healthy and having quality. This research aims to determine relationship level of knowledge about diabetes mellitus diet with blood sugar control compliance in the second type patient of diabetes mellitus in Puskesmas Baki Sukoharjo. This research uses correlation descriptive by using cross-sectional design. The population of the second type patients of diabetes mellitus is 155 peoples. It was taken as sample loads of 61 peoples by using proportional random sampling technique. Independent variable in this research is level of knowledge about diabetes mellitus diet. Besides, dependent variable is compliance of blood sugar control. This research applies questioner as instrumental research. In this research, analysis Chi-square (X2) as technique of analyzingthe data. There search finding shows them ostrespondents have a level of knowledge about diabetes mellitus diet is quite (44.3%), the majority of respondents classified discipline to control blood sugar as many as 52.5%. Furthermore, there is relationship of significant level of knowledge about diabetes mellitus diet and blood sugar control compliance in the second type patient of diabetes mellitus in Puskesmas Baki, Sukoharjo. It is advisable for diabetes mellitus patients to keep their health by keeping the disease condition. It means that discipline to control blood sugar, motivating to seek the information about diabetes mellitus and following some programs hospital held. Keywords: level of knowledge, blood sugar control compliance, diabetes mellitus 5

1. PENDAHULUAN Indonesia sebagai masyarakat dunia berkomitmen untuk ikut merealisa-sikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Pada MDGs tersebut kesehatan merupakan unsur dominan karena secara langsung maupun tidak langsung delapan agenda MDGs berkaitan dengan aspek kesehatan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mencapai target MDGs pada tahun 2015 seperti rencana pembangunan jangka menengah yang terencana untuk pencapaian agenda MDGs yang terkait langsung terhadap kesehatan (Kemenkes RI, 2015). Penyakit tidak menular (PTM) salah satunya adalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan penduduk dunia, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 387 juta kasus. Indonesia menempati urutan ke 7 dengan penderita DM sebanyak 8,5 juta setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico (WHO, 2014). Angka kejadian DM menurut Riskesdas (2013), terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Prevalensi pasien DM di Provinsi Jawa Tengah mencapai 152.057 kasus, jumlah pasien DM tertinggi sebanyak 509.319 jiwa di Kota Semarang (Depkes, RI, 2012). Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2014 mencatat bahwa pasien DM sebanyak 5413 orang (Dinkes Kab. Sukoharjo, 2014). Puskesmas Baki terbagi dalam 14 Desa wilayah kerja, tahun 2014 jumlah pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang tercatat 509 pasien dengan tingkat kunjungan rata-rata 3-5 kali tiap bulan, sedangkan 3 bulan terakhir pada tahun 2015 sebanyak 155 pasien (Puskesmas Baki Sukoharjo, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 21 April 2015 dengan wawancara pada salah satu petugas kesehatan di Puskesmas Baki Sukoharjo menjelaskan bahwa sebagian besar pasien DM khususnya DM Tipe II kurang patuh melaksanakan diet yang dianjurkan, kadar gula darah tidak stabil dan mengalami komplikasi seperti hipertensi, gagal ginjal dan ulkus. Wawancara dengan 5 penderita DM, ada 3 orang tahu tentang penatalaksanaan DM tetapi tidak paham tentang diet DM yang sesuai anjuran dan tidak mau, mampu berdiet yang dianjurkan serta tidak disiplin terkait jadwal, jumlah, dan jenis makan yang dikonsumsi, bahkan penderita mengatakan sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang terlalu manis. Dua orang tahu tentang diet DM sesuai dengan anjuran dan mau, mampu mengaplikasikan diet yang dianjurkan dan mereka mengatakan disiplin terkait jadwal, jumlah, dan selalu mengkonsumsi jenis makan sesuai yang dianjurkan karena beralasan ingin cepat sembuh dengan kadar gula darah mendekati angka normal. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa umumnya pasien tidak patuh kontrol gula darah karena tidak menghabiskan obat yang dianjurkan dokter, pasien masih merokok, pasien tidak pernah berolahraga, dan pasien belum ada yang datang kembali untuk kontrol atau rutin check up ke puskesmas untuk konseling gizi. Masalah yang sering timbul pada pasien DM adalah bagaimana cara mempertahankan agar kadar glukosa dalam darah tetap terkontrol. Untuk memecahkan masalah tersebut maka perlu diperhatikan beberapa pilar utama pengobatan bagi klien DM yang tentunya akan membantu dalam menjaga kestabilan kadar glukosa dalam darah. Klien harus menjalani pilar-pilar pengobatan diabetes melitus dengan kepatuhan yang cukup tinggi. Pilar utama pengobatan DM tersebut ialah pentingnya edukasi bagi klien dan keluarga, olahraga, jenis obat DM yang digunakan oleh klien dan pengaturan pola makan (Cahyono, 2008). Keberhasilan dalam pengobatan DM bergantung pada penderita DM. Penderita DM memiliki pengetahuan yang cukup memadai, kemudian dapat mengubah sikapnya dalam melakukan pengobatan misalnya diet rendah gula dapat mendekatkan kadar gula darah dalam batas normal, dan

mencegah komplikasi sehingga dapat hidup lebih sejahtera, sehat dan berkualitas (Basuki, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010), bahwa pengetahuan sebagai dasar dalam melakukan terapi non farmakologi bagi penderita DM diikuti dengan tahu, mau dan mampu. Masing-masing individu akan melakukan suatu tindakan didahului dengan tahu, kemudian mempunyai inisiatif untuk melakukan tindakan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan pene-litian tentang hubungan tingkat pengeta-huan tentang diet Deabetes Mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengeta-huan tentang diet Deabetes Mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan rancangan cross sectional, dimana variabel pada subyek penelitian diukur dalam waktu yang bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah pasien DM tipe II di Puskesmas Gatak sebanyak 155 orang, diambil sampel sebanyak 61 orang dengan teknik proportional random sampling. Variabel independen yang diguna-kan berupa tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus dan variabel dependen-nya adalah kepatuhan kontrol gula darah. Teknik analisis data terdiri dari analisis univariate dan bivariat. Adapun untuk analisis univariate menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti. Adapun analisis biariate yang lain dengan menggunakan analisis Chi-Square ( 2 ). 3. HASIL PENELITIAN 3.1 Karakteristik Responden Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik yang meliputi Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan Pasien Usia 40-65 tahun. Pada Bulan Desember 2015 di Wilayah Kerja Baki Sukoharjo. Variabel (f) (%) Umur : 40 50 tahun 13 21,3 51 60 tahun 15 24,6 > 60 tahun 33 54,1 Jenis Kelamin : Laki-laki 19 31,1 Perempuan 42 68,9 Pendidikan Akhir : Tidak Tamat SD 2 3,3 SD 17 27,9 SMP 13 21,3 SMA 24 39,3 PT 5 8,2 Pekerjaan : Tidak Bekerja/IRT 23 37,7 Buruh/Tani 19 31,1 Wiraswasta/Dagang 11 18,0 PNS/Pensiunan PNS 8 13,1 Jumlah 61 100,0 Berdasarkan distribusi umur responden, diketahui bahwa 13 orang (21,3%) berumur antara 40-50 tahun, 15 orang (24,6%) berumur 51 60 tahun, dan 33 orang (54,1%) berumur lebih dari 60 tahun. Jenis kelamin responden diketahui bahwa sebagian responden mempunyai jenis kelamin 7

perempuan yaitu sebanyak 42 orang (68,9%). Pendidikan akhir responden diketahui sebagian besar tamat SMA/SLTA yaitu sebanyak 24 orang (39,3%). Sebagian besar responden mempunyai pekerjaan atau tidak bekerja/ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 23 orang (37,7%). 3.2Tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus Tabel 2. Distribusi Frekuensi tentang Tingkat Pengetahuan tentang Diet Diabetes Mellitus pada pasien DM Tipe II pada Bulan Desember 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. Tingkat Pengetahuan F (%) Kurang Cukup Baik 12 27 22 19,7 44,3 36,1 Jumlah 61 100,0 Berdasarkan distribusi data tingkat pengetahuan pada pasien sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 27 orang (44,3%) dan sebagian kecil mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 12 orang (19,7%). 3.3 Kepatuhan Kontrol Gula Darah Tabel 3. Distribusi Frekuensi tentang Kepatuhan Kontrol Gula Darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II bulan Desember 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo Kepatuhan F (%) Tidak Patuh Patuh 29 32 47,5 52,5 Jumlah 61 100,0 Berdasarkan distribusi data tentang kepatuhan kontrol gula darah pada pasien DM tipe II di wilayah Puskesmas Baki Sukoharjo sebagian besar tergolong patuh yaitu sebanyak 52,5%, sedangkan yang lain tergolong tidak patuh yaitu sebanyak 29 orang (47,5%). 4. PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Pengetahuan tentang Diet Diabetes Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe II usia lebih dari 60 tahun mempunyai tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 27 orang (44,3%) dan paling sedikit tergolong mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 12 orang (19,7%). Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup umumnya dimiliki oleh responden yang mempunyai pendidikan menengah dan tinggi dan bagi responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus kurang dimiliki oleh responden yang berpendidikan rendah (SD dan bahkan tidak tamat SD). Menurut Nursalam (2005) bahwa pendidikan merupakan proses dimana seseorang mengem-bangkan kemampuan, sikap dan bentuk perilaku positif yang mengandung nilai positif dalam masyarakat tempat hidup. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai baru yang dikenalkan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus adalah sumber informasi. Informasi adalah keseluruhan makna dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, adanya informasi baru bagi terbentuknya sikap hal tersebut. Pesanpesan sugesti dibawa oleh informasi tersebut, pendidikan ini biasanya digunakan untuk mengubah 8

terhadap perubahan biasanya menggunakan media massa. Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan melihat dan mendengar sendiri serta melalui komunikasi seperti, mendengarkan penyuluhan atau radio, membaca surat kabar/majalah, melihat televisi (Azwar, 2008). Jika seseorang memperoleh berbagai ilmu dari beberapa sumber informasi seperti halnya yang disebutkan di atas maka pengetahuannya akan bertambah dibandingkan dengan seseorang yang tidak pernah menerima ilmu dari beberapa sumber informasi/media. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Witasari (2009) yang menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan penderita diabetes mellitus tipe II yang dikatakan cukup adalah 86,7%, dan kurang hanya 13,3%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dan konsistenan dari hasil penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu, maka dapat diasumsikan bahwa responden yang mempunyai pendidikan lebih tinggi umumnya akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi pula, demikian juga banyaknya informasi yang dimiliki responden maka semakin baik pula tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus, sehingga dengan dimilikinya pengetahuan yang baik tersebut dapat mengetahui pula apa itu diet diabetes itu sendiri, mereka juga akan mengetahui tentang jumlah kalori, jenis kakanan dan jadwal makan yang harus ditaati. 4.2 Kepatuhan Kontrol Gula Darah Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan kontrol gula darah sebagian besar tergolong patuh yaitu sebanyak 32 orang (52,5%) dan sebagian kecil tidak patuh yaitu sebanyak 29 orang (47,5%). Responden yang tergolong patuh yaitu sebanyak 52,5% (32 orang) ini disebabkan oleh tindakan yang baik yaitu mereka bersemangat menajalani kontrol gula darah karena kalau tidak bersemangat akan sia-sia penyakitnya tidak akan sembuh, mereka juga secara rutin mengontrol gula darahnya seminggu sekali dan secara rutin periksa gula darah agar tetap dapat mempertahankan hubungan dengan masyarakat. Menurut Niven (2005) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan. Terdapat beberapa faktor yang mendukung kepatuhan, yaitu pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan model terapi dan meningkatkan interaksi profesionalisme kesehatan dengan pasien. Sama halnya dengan kepatuhan klien dalam upaya mengontrol gula darah sangat bergantung dan didukung oleh berbagai hal. Kepatuhan klien yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang perilaku tersebut tidak dapat menjamin bahwa klien akan mematuhi seterusnya. Kepatuhan klien tentu akan mempengaruhi pada kondisi kesehatan klien, jika klien tidak patuh maka akan berdampak buruk bagi kesehatannya, contohnya dapat menimbulkan komplikasi yang serius. Namun hal tersebut dapat dicegah bila klien mematuhi exercise, diet dan terapi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manan (2012) yang menjelaskan bahwa kepatuhan klien dalam upaya mengontrol gula darah dari 92 responden, 68 responden (74%) yang patuh terhadap upaya mengontrol gula darah dan juga terdapat 24 responden (26%) yang tidak patuh menjalani upaya mengontrol gula darah. Dan apabila dibahas lebih rinci, dari 92 responden, 39 responden (42%) yang menjalani exercise secara patuh dan 53 responden (58%) yang tidak patuh menjalani exercise, 79 responden (86%) yang menjalani diet secara patuh dan 13 responden (14%) yang tidak patuh menjalani diet, dan 81 responden (88%) yang menjalani terapi secara patuh dan 11 responden (12%) yang tidak patuh menjalani terapi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dan konsistenan dari hasil penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu, maka dapat diasumsikan bahwa responden yang mempunyai tindakan untuk selalu bersmengat dan secara rutin mengontrolkan kadar gfula darahnya mereka akan mempunyai kepatuhan yang tergolong patuh. 9

4.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Diet Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Kontrol Gula Darah. Dari hasil crosstabulation di dapatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang termasuk baik dengan kepatuhan tergolong patuh yaitu sebanyak 16 orang (26,2%), sedangkan paling sedikit yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang dengan kepatuhan patuh yaitu 6,6%. Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis chi-square diketahui 2 hit = 6,079 dengan angka p-value = 0,048, hal ini berarti terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo, artinya bahwa semakin baik dan tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden maka semakin baik pula kepatuhan kontrol gula darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusimah. (2011) yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet pada penderita Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin, hasil penelitiannya menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan diet. Selain itu, penelitian ini semakna dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2011) yang meneliti tentang hubungan pengetahuan tentang diet Diabetes Mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita Diabetes Mellitus, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes mellitus dengan nilai signifikasi sebesar 0,000 dan nilai korelasi sebesar 0,817. Menurut peneliti, hasil penelitian pada pasien diabetes mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Baki Sukoharjo sesuai dengan kenyataan bahwa pasien kadang mengabaikan tentang pola makan dan jadwal makan, makan sembarangan dan tidak melakukan pencegahan terhadap hal-hal yang menimbulkan penyakit diabetes mellitus. Hal ini dibuktikan dengan adanya pasien yang terbiasa mengkonsumsi kopi secara berlebih sehingga akan berpengaruh pada kadar gula darah dan dampaknya dapat menyebabkan diabetes melitus. 5. SIMPULAN 1. Sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus tergolong cukup (44,3%). 2. Sebagian besar responden tergolong patuh dalam kontrol gula darah yaitu sebanyak 52,5%. 3. Ada hubungan signifikan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Baki Sukoharjo. 6. SARAN 1. Bagi pasien DM. Memberikan gambaran kepada pasien diabetes mellitus tentang hubungan antara tingkat pengetahuan tentang diet terhadap kontrol gula darah pada pasien DM sehingga memotivasi pasien untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dalam rangka melaksanakan diet diabetes mellitus. 2. Bagi Puskesmas. Memberikan tambahan informasi dan pengembangan pelayanan kesehatan pada pasien diabetes mellitus dalam meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan khususnya untuk melaksanakan kepatuhan kontrol gula darah pada pasien diabetes melitus. 3. Bagi Institusi pendidikan. Memberikan gambaran dan menyediakan data dasar yang dapat digunakan penelitian selanjutnya yang terkait dengan kasus diabetes mellitus. 4. Bagi Peneliti berikutnya. Menambah pengetahuan dan digunakan sebagai pembelajaran peneliti dalam melakukan penelitian terkait dengan hubungan tingkat pengetahuan tentang diet diabetes 10

mellitus dengan kepatuhan kontrol gula darah serta mampu merencanakan diet diabetes mellitus yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat khususnya pada pasien DM. 7. Daftar pustaka Almatsier, S. (2005). Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Arisman. (2011). Obesitas, Diabetes Melitus & Dislipidemia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Azwar, S. (2008). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basuki, E (2005). Teknik Penyuluhan Diabetes Melitus. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : FKUI. Budiman dan Riyanto, A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Cahyono, Suharjo. (2008). Gaya Hidup & Penyakit Modern. Yogyakarta : Kanisius. Dahlan, Sofiudin. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Depkes RI. (2012), Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2014 : Kabid Promosi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012: Semarang. D adamo, Peter, J. (2008). Diet Sehat Diabetes sesuai Golongan Darah. Yogyakarta: Delapratasa. Faktul. (2009). Faktor Kepatuhan Pasien. http://www.bidanlia.kepatuhan-pasien.html diakses tanggal 31 Januari 2015. Hidayat, A. A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.. (2011). Metode Penelitian Kesehatan; Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing. Herman. 2009. Mekanisme Pengaturan Gula Darah. http://hermans.com. Diakses tanggal 15 April 2015. IDF (International of Diabetic Federation). 2015. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition Update, Internasional Diabetes Federation 2014. http://www.idf.org/ worlddiabetesday/toolkit/gp/fact-figures. Diakses tanggal 27 April 2015. Jim Mann, S. T. (2012). Buku Ajar Ilmu Gizi alih bahasa Andry Hartono Editor edisi Bahasa Indonesia Mochamad Rachmad editor penelaras Cahya Ayu Agustin Etika Rezkina Ed-4. Jakarta EGC. Kemenkes RI. 2015. Berita Kesehatan. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Republik Indonesia. Lubis, SPJ. Perilaku Penderita Diabetes Melitus (DM) Rawat Jalan di rumah Sakit Umum Daerah Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu dalam Pengaturan Pola Makan. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKM Sumatra Utara : FKM USU. Lyndon, Saputra. (2014). Medikal Bedah Endokrin, Jakarta: Binarupa Aksara. Manan. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Dalam Upaya Mengontrol Gula Darah Di Poliklinik RS. Immanuel Bandung. Jurnal Keperawatan. Volume 2, Nomor 3, September 2012. Bandung: Unpad. 11

Mayasari, Nosi H, Zaenal S. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Klien Diabetes Mellitus dalammengontrol Gula Darah di Poliklinik Interna RSUD Labuang Baji Makassar. Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis. Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014. Niven, Niel. (2007). Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: Info Media. Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta. Pernanda S. (2012). Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi dengan Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUP Dr Stradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Publikasi. Volume 2 Nomor 1, November 2012. Yogjakarta: STIKES Respati. Phitri, E. H. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1, No 1 Purwanti, O. S. (2013). Analisis Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Ulkus Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Moewardi Surakarta. Tesis: Universitas Indonesia. Purwanto, NH. (2011). Hubungan Pengetahuan tentang Diet Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan Volume 01/Nomer 01/ Januari 2011-Desember 2011. Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional 2013. Badan Penelitian & Pengembangan kesehatan DepKes RI. http://www.depkes.go.id/resources/ download/general/hasil%20riskesdas%202013.pdf Tanggal akses 27 April 2015. Riwidikdo, H. (2008). Statistik Kesehatan: Belajar mudah teknik analisis data dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Jogjakarta: MITRA CENDIKIA Rusimah. (2011). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan Diet pada Penderita Diebetes Melitus (Diabetisi) di Ruang rawat Inap RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2010. Skripsi: Program Studi S1 Gizi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru Tahun 2011. Stanley, Mickey and Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2. Jakarta: EGC Subekti, I. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Jakarta: ALFABETA. Soegondo. S (2012). Panduan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Bagi Dokter dan Edukator Diabetes: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Pustaka FKUI. Sukraniti, DP dan IW Ambartana. (2011). Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Berdasarkan Pengetahuan dan Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus di Poliklinik Gizi RSUD Kabupaten Karangasem. Jurnal Ilmu Gizi, Volume 2, No 2. Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, L. 2004. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tjokroprawiro, A. (2006). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Truswell AS & Mann J. 2012. Essentials of Human Nutrition. New York: Oxford University 12

Waspadji, Sukardji, Octarina. (Eds). (2007). Pedoman Diet Diabetes Melitus: Sebagai panduan bagi dietisien/ahli gizi, dokter, mahasiswa dan petugas kesehatan lain. Jakarta: FKUI Wawan dan Dewi. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Jogjakarta: Nuha Medika. WHO (Word Health Organisation). 2014. Angka Kejadian Diabetes Mellitus. Widharto. (2007). Kencing Manis (Diabetes). Klaten: Sunda Kelapa. Witasari U, Rahmawaty S, dan Zulaekah S. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan, asupan karbohidrat dan Serat dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2, 20090: 130-138. 13