PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI MADRASAH ALIYAH BI RUL-ULUM DI DESA GEMURUNG KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SEBAGAI DAMPAK KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DI SMU NEGERI 1 WEDI KLATEN. Sri Handayani* ABSTRAK

Rina Indah Agustina ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

Transkripsi:

PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI MADRASAH ALIYAH BI RUL-ULUM DI DESA GEMURUNG KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO Henry Sudiyanto 1, Lilik Khikmawati 2 *) Abstrak Free sex atau seks bebas menjadi hal yang sangat biasa bagi kalangan remaja saat ini Perubahan pola peran keluarga terjadi dalam banyak situasi keluarga yang beragam, tahap perkembangan orang tua di titik yang berbeda dalam kehidupan anak akan mempengaruhi kesesuaian mereka dalam hal urutan kebutuhan dan tugas perkembangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas, jenis penelitian adalah analitik dengan rancang bangunan korelasional. Variabel independen adalah peran orang tua dan variabel dependen adalah sikap remaja tentang seks bebas. Populasinya seluruh orang tua dan remaja usia 16-17 tahun sebanyak 240 siswa-siswi di Madarasah Aliyah Bi rul Ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo diseleksi sebanyak 34 responden sebagai sampel menggunakan purposive sampling. Data peran orang tua dan sikap remaja dikumpulkan dengan tehnik angket/kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 22 responden yang mempunyai peran positif didapatkan hampir seluruh responden mempunyai sikap positif sebanyak 19 remaja (55,9) yang bersikap positif terhadap seks bebas. Data analisis menggunakan uji statistik uji Chi Kuadrat (x²) diperoleh prevalue (.000) < α (0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul- Ulum. Peran agama dan orang tua sangat penting dalam memberikan pendidikan seks pada anak remaja. para remaja juga membutuhkan konseling seks dari tenaga kesehatan atau psikologi lainnya sehingga dapat mencegah remaja terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Kata kunci : Peran, Sikap, Remaja 1) Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 2) Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 24

A. PENDAHULUAN Free sex atau seks bebas menjadi hal yang sangat biasa bagi kalangan remaja saat ini. Tanpa merasa malu mereka meminta pasangannya untuk melakukan hal itu, hal yang sebenarnya dianggap tabu oleh masyarakat sekitar. Bukan hanya wanita dewasa (> 20 tahun) saja yang melakukannya, namun sekarang kalangan remaja sudah melakukannya walaupun hanya satu kali. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dalam mencegah seks bebas yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting (orang tua), pengaruh kebudayaan, media masa dan faktor emosional. Seks bebas di kalangan anak-anak (pelajar) ini merupakan fenomena yang menggerahkan. Sebagai Orangtua tentu sungguh sangat khawatir jika melihat fakta-fakta mengejutkan yang mengungkap begitu maraknya jumlah remaja yang pernah melakukan Seks bebas. Kejadian ini menimpa remaja-remaja yang justru masih sekolah SMP dan SMA yang bukan hanya keberadaannya di kota-kota besar saja melainkan sudah sampai ke pelosok desa. Kewaspadaan tinggi dengan membuat berbagai aturan di rumah ataupun upaya-upaya untuk mengontrol agar anak tidak terjerumus tentulah juga sudah dilakukan sebagai langkah pencegahannya (BKKBN, Sugiri Syarief 2009). Tingginya perilaku seks bebas juga sejalan dengan meningkatnya kehamilan remaja.kehamilan remaja ini sendiri dapat berakhir dengan aborsi, keguguran, ataupun melahirkan anak. Setiap pilihan ini memiliki risiko masing-masing, termasuk risiko kesehatan dan psikologis seperti depresi. Selain itu seks pranikah juga memungkinkan terjangkitnya sexually transmitted diseases (STDs) dan infeksi human immungodeficiency virus (HIV). Di Indonesia sendiri, penderita HIV/AIDS semakin lama semakin meningkat, dan salah satunya akibat dari hubungan seks bebas (KPA Nasional 2010). Perilaku seks bebas didunia saat ini terus mengalami peningkatan yang sangat pesat. Pichkel melaporkan bahwa di AS 25% anak perempuan berusia 17 tahun dan anak laki-laki usia 17 tahun telah berhubungan intim. Di Inggris lebih dari 20% anak perempuan berusia 16 tahun rata-rata telah berhubungan seks dengan tiga laki-laki (Jurnal Medika, 2010). Fakta mengejutkan diungkapkan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief. Data yang dimilikinya menunjukan sejak 2010 ini diketahui sebanyak 50% remaja SMP dan SMA di wilayah 25

Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Surabaya, Makasar sudah tidak perawan karena melakukan hubungan seks pranikah. Lebih dahsyat lagi terjadi di Yogyakarta. Pihaknya menemukan hasil penelitian di Yogya kurun waktu 2010 setidaknya tercatat sebanyak 37% dari 1.160 mahasiswi di kota gudeg tersebut menerima gelar MBA (married by accident) alias menikah akibat hamil maupun kehamilan di luar nikah. Sebanyak 21% di antaranya melakukan aborsi. Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah. Peran agama dan keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Dengan perilaku buruk itu, data BKKBN melansir, para remaja rentang risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba, serta penyakit lainnya data gaya hidup ngesek pranikah ini sekaligus mengkonfirmasikan data dari departemen kesehatan per September 2010. Data menyebutkan, dari 15,210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS 54% adalah remaja (Rizal, 2010). Hasil wawancara dengan 10 remaja diperoleh data bahwa 6 remaja (60%) mengatakan bahwa perilaku seks pranikah itu wajar dilakukan jika atas dasar suka sama suka tetapi kalau ada unsur paksaan mereka tidak setuju, sedangkan 4 remaja (40%) menyatakan tidak setuju karena hal itu merupakan suatu perbuatan yang dilarang agama. Dari 6 remaja yang menyatakan perilaku seks pranikah itu wajar diperoleh data bahwa 4 anak remaja jarang memperolah perhatian dari keluarga tentang aktivitas yang dilakukan olehnya serta kurang informasi tentang perilaku seks bebas. Dorongan perasaan dan keinginan seks sual cukup pesat pada remaja dapat mengakibatkan remaja menjadi rentan terhadap pengaruh buruk dari luar yang mendorong timbulnya perilaku seksual yang berisiko tinggi. Pengaruh buruk tersebut dapat berupa informasi-informasi yang salah tentang hubungan seksual, misalnya film-film, buku-buku, dan lainnya. Hal tersebut dapat mendorong remaja untuk berperilaku seksual aktif (ketua BKKBN kota metro, 2009). Sikap yang ditimbulkan oleh remaja terkadang menunjukan perbedaan antara remaja putri dan remaja putra, perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka informasi yang salah tentang seksual mudah sekali didapatkan oleh para remaja, sehingga media massa dan segala hal yang bersifat prognosis akan menguasai pikiran remaja yang kurang kuat dalam menahan pikiran emosinya (Surgini Syarif, 2009). 26

Tidak sedikit orang tua bingung mengahadapi sikap anak-anak remaja mereka yang mulai berani melancarkan protes atau penentangan, terutama menentang otoritas orang tua yang mereka anggap membelenggu kemerdekaan mereka. Mereka menuntut dengan keras agar identitas dan eksistensi komunitasnya diakui. Di dalam keluarga para remaja menuntut supaya pendapat, pikiran, gagasan, atau ide-ide mereka di dengarkan dan dipertimbangkan ketika rumah tangga sebagai sebuah institusi membuat keputusan atau kebijakan, mereka melakukan protes keras atau mengkritik dengan tajam kalau merasakan keadilan tidak berpihak kepada sekelompok mereka (Miharja, 2011). Dalam interaksi sosialnya, individu beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pegalaman pribadi, kebudayaan, orang yang dianggap penting (orang tua), media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2011). Peranan orang tua sangatlah penting dalam memberikan pendidikan seks kepada anak remaja. Dan orangtuapun harus memberikan informasi tentang seks bebas ini dengan benar. Selain itu para remaja juga membutuhkan konseling seks dari tenaga kesehatan atau psikolog lainnya. Konseling seks akan memberikan informasi tentang seks dan alat-alat reproduksi kepada para remaja sehingga remaja dapat mengerti tentang dampak dari melakukan seks pranikah (Susanti, 2008) Dengan keadaan diatas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancang bangunan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas. 27

Variabel independen Peran orang tua Variabel dependen Sikap remaja tentang seks bebas Gambar 1 Frame Work peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Hipotesisi dalam penelitian ini sebagai berikut : Hı : Ada hubungan peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul Ulum Gemurung Gedangan Sidoarjo. Tabel 1 Definisi operasional hubungan peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul Ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Definisi Variabel Kreteria Skala Independen: Peran orang tua Dependen: Sikap remaja tentang seks bebas Operasional Perilaku yang diharapkan orang lain pada anak prihal Sikap seks bebas. Dengan indikator peran orang tua meliputi: 1. Peran Pendidik 2. Peran Pengasuh 3. Peran Pelindung suatu respon emosional yang dimiliki oleh remaja dalam mendukung atau tidak mendukung terhadap seks bebas. Indikator pada sikap remaja: 1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif 28 Bila skor T> 50 = peran positif. Bila skor T< 50 = peran negatif. (Azwar, 2011) Bila skor > 50 = sikap positif. Bila skor < 50 = sikap negatif. (Azwar, 2011) Nominal Nominal

Penelitian dilaksanakan ada bulan April 2013 selama satu minggu. Populasi penelitin ini adalah seluruh orang tua dan remaja usia 16-17 tahun sebanyak 240 siswa-siswi di Madarasah Aliyah Bi rul Ulum di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Sampel pada penelitian ini adalah remaja usia 16-17 tahun yang tinggal bersama orang tuanya di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo yang memenuhi kriteria sampel : 1. Kriteria inklusi a. Orang tua 1) Orang tua yang tinggal bersama anaknya 2) Orang tua yang bersedia menjadi responde 3) Orang tua yang tidak mengalami gangguan kesehatan b. Remaja 1) Remaja usia 16-17 tahun yang mempunyai orang tua 2) Remaja usia 16-17 tahun yang bersedia menjadi responden 3) Remaja usia 16-17 tahun yang tidak mengalami gangguan kesehatan. 2. Kriteria Eklusi a. Siswa-siswi Madrasah yang tidak hadir atau absen pada saat pengambilan data b. Siswa-siswi yang tidak koperatif Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan non probability sampling tipe purposive sampling atau dipilih sesuai dengan karateristik yang diinginkan oleh peneliti dari seluruh siswa/siswi di Madrash Aliyah Bi rul-ulum di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo, dengan menggunakan instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara data variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang dilakukan dengan uji Chi Kuadrat (x²) merupakan salah satu uji statistik non parametrik. Pengambilan keputusan didasarkan pada besarnya nilai yaitu bila kuadrat hitung lebih kecil dari tabel, maka Hₒ diterima, dan apabila lebih besar atau sama dengan ( ) harga tabel maka Hₒ ditolak. artinya ada hubungan peran orang terhadap sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. 29

C. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik responden berdasarkan umur orang tua Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur orang tua di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Umur Frekuensi Presentase (%) 1. 30-35 tahun 6 17,6 2. 36-40 tahun 11 32.4 3. >40 tahun 17 50 Jumlah 34 100 Tabel 2 menjelaskan bahwa setegah dari responden yang berumur >40 sebanyak 17 responden (50%). 2. Karakteristk responden berdasarkan Pendidikan Orang Tua Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur orang tua di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Pendidikan Frekuensi Presentase (%) 1. Tidak Sekolah 0 0 2. Sd 3 8,8 3. SLTP 6 17,6 4. SLTA 16 47,1 5. PT 9 26,5 Jumlah 34 100 Tabel 3 menjelaskan bahwa hanpir setengah dari responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 16 responden (47,1%). 30

3. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan orang tua di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Pekerjaan Frekuensi Presentase (%) 1. Tidak Bekerja 1 2,9 2. Swasta 14 41,2 3. Wiraswasta 11 32,4 4. PNS 8 23,5 Jumlah 34 100 Tabel 4 menjelaskan bahwa hampir setengah dari responden yang bekerja swasta sebanyak 14 responden (41,2%). 4. Karakteristik responden berdasarkan Jumlah Anak Orang Tua Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak orang tua di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Jumlah Anak Frekuensi Presentase (%) 1. 1 Anak 7 20,6 2. 2-3 anak 24 70,6 3. > 3 anak 3 8,8 Jumlah 34 100 Berdasarakan tabel 5 menjelaskan bahwa sebagian besar dari responden yang mempunyai anak 2-3 sebanyak 24 responden (70,6%). 31

5. Karakteristik responden berdasarkan Usia Remaja Tabel 6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia remaja di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Usia Remaja Frekuensi Presentase (%) 1. 15-17 6 17,6 2. 17-20 28 82,6 Jumlah 34 100 Berdasarkan tabel 6 diatas diperoleh hasil hampir seluruh responden berusia antara 17-20 tahun sebanyak 28 responde (82,4%). 6. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin Ramaja Tabel 7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Usia Remaja Frekuensi Presentase (%) 1. Perempuan 19 55,9 2. Laki-Laki 15 44,1 Jumlah 34 100 Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui bahwa hampir setengah remaja berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 responden (55,9%). 7. Karakteristik responden berdasarkan Peran Orang Tua Tabel 8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran orang tua di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Peran Frekuensi Presentase (%) 1. Positif 22 64,7 2. Negatif 12 35,3 Jumlah 34 100 32

Berdasarkan tabel 8 diatas diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berperan positif sebanyak 22 responden (64,7%). 8. Karakteristik responden berdasarkan Sikap Remaja Tabel 9 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap remaja di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. No. Sikap Frekuensi Presentase (%) 1. Positif 19 52,9 2. Negatif 15 47,1 Jumlah 34 100 Tabel 9 menunjukan bahwa sebagian besar Sikap remaja terhadap seks bebas adalah positif sebanyak 19 responden (52,9%). 9. Hubungan peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas Tabel 10 Tabulasi silang antara peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul- Ulum Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kebupaten Sidoarjo pada tanggal 14-18 Mei 2013. Peran Sikap Positif Negatif Total F % F % F % Positif 19 55,9 3 8,8 22 64,7 Negatif 1 2,9 11 32,4 12 35,3 Total 20 58,8 14 41,2 34 100 α = 0,05 ρ =,000 Berdasarkan tabel 10 dari 22 responden yang mempunyai peran positif didapatkan hampir seluruh responden mempunyai sikap positif sebanyak 19 remaja yang bersikap positif terhadap seks bebas dan 3 remaja bersikap negatif terhadap seks bebas. Sedangkan dari 12 responden yang mempunyai pern negatif terdapat 1 remaja yang 33

besikap positif terhadap seks bebas dan 11 remaja yang bersikap negatif terhadap seks bebas. Berdasarkan uji statistik dengan bantuan SPSS menggunakan uji Chi Square Test didapatkan nilai ρ : 0,000. Karena nilai ρ = 0,000 α (0,05), maka Hı diterima, berarti ada hubungan antara peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum. D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Peran orang tua Hasil penelitian yang di lakukan di Madrasah Aliyah Bi rul- Ulum di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo tentang peran orang tua diperoleh hasil bahwa sebagian besar Sikap remaja terhadap seks bebas adalah positif sebanyak 19 responden (55,9%). Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sisitem (Wahit, 2009). Orang tua adalah orang yang mempunyai kemungkinan terbesar untuk mengenali anaknya (Supartini, 2004). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masih terdapat responden yang belum mampu melakukan perannya secara positif atau baik dimana hal ini terjadi karena responden masih belum memahami dengan baik tentang pola perkembangan kehidupan pada masa remaja dan bagaimana cara memberikan pendidikan seks yang baik pada remaja sehingga responden masih belum mampu melakukan perannya secara optimal. Berdasarkan hasil dari tabulasi silang antara peran orang tua dengan usia orang tua diperoleh data paling banyak responden berperan negatif pada usia > 40 tahun sebanyak 6 responden (46,2 %). Menurut (Supartini, 2004) bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peran orang tua adalah usia. Dalam melakukan peran yang baik orang tua diharapkan mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik pada anak mereka. Pada orang tua yang lebih muda mereka dapat melakukan penerapan yang lebih baik pada anaknya karena mereka mempunyai kekuatan fisik yang bagus seperti tidak mudah sakit. Bukan hanya 34

kekuatan fisik yang diperlukan tetapi juga kekuatan psikososial yang dimilikinya harus bagus seperti tidak mudah emosi, dapat berbicara dengan baik, serta dapat mengingatkan anak jika mereka dalam posisi yang salah. Responden pada penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar dari mereka memasuki usia lajut dimana mereka sudah mengalami penurunan kekuatan fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari diantaranya dalam hal pemberian pendidikan seks pada remaja serta kemungkinan responden juga mempunyai daya ingat yang sedikit menurun dari pada usia dibawahnya sehingga mereka kurang dalam melakukan perannya secara optimal. Berdasarkan tabulasi silang antara pendidikan dengan peran orang tua diperoleh data paling banyak responden berperan negatif pada latar belakang pendidikan SLTA sebanyak 12 (32,4 %). Menurut Wong dalam Supartini (2004) mengungkapkan bahwa pedidikan dan pengalaman ibu dalam merawat anak akan mempengaruhi kesiapan ibu dalam melaksanakan perannya. Pengalaman ibu dalam merawat anak tidak diperoleh melalui pendidikan formal melainkan berdasarkan bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh orang tua tidak menunjukan bahwa ia akan dapat berperan lebih baik, karena peran orang tua tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal saja melainkan berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Orang tua yang memiliki pengalaman yang cukup dalam memberikan pendidikan seks pada anak, maka akan mempunyai peran yang baik, dimana mereka labih dapat menggunakan bahasa dan permisalan yang baik sehingga remaja akan lebih mengerti tentang seks bebas. Akan tetapi bagi sebagian kecil responden pada peneliti ini mereka masih belum dapat menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki tentang cara pemberian pendidikan seks pada remaja sehingga mereka tidak dapat melakukan hal tersebut dengan baik. Berdasarkan tabulasi silang pekerjaan dengan peran orang tua diperoleh data paling banyak responden berperan negatif pada mereka yang bekerja secara swasta sebanyak 6 responden (46,2%). Menurut Setiadi (2008) menyatakan bahwa ibu mempunyai peran sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk mengurus rumah tangganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak- 35

anaknya, sebagai salah satu bagian kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat. Disamping itu juga bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa orang tua remaja pada penelitian ini sebagaian besar mempunyai aktivitas di luar rumah sehingga mereka jarang mempunyai waktu atau kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan anak mereka karena kesibukan dalam bekerja, dimana hal ini menajadikan ibu tidak dapat melakukan atau memberikan pendidikan seks pada anak-anak mereka dengan baik. Berdasarkan tabulasi silang antara jumlah anak dengan peran orang tua diperoleh data paling banyak responden mempunyai peran negatif pada orang tua yang mempunyai anak 2-3 anak sebanyak 12 responden (32,4%). Menurut Wong dalam Supartini (2004) menyatakan bahwa orang tua yang mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap dalam menjalankan peran dan lebih relaks. Hisil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar dari responden sudah cukup mempunyai pengalaman dalam merawat dan mengasuh anak dengan baik salah satunya bagaimana memberikan pendidikan yang baik pada anak mereka, akan tetapi karena responden masih belum memahami atau mengerti sepenuhnya dari pengalaman yang dimiliki atau juga karena mereka tidak dapat menerapkan pengalaman tersebut pada anak mereka yang sudah mengajak usia remaja sehingga sebagian kecil dari responden masih belum mampu berperan secara positif. 2. Sikap remaja terhadap seks bebas Hasil penenlitian yang di lakukan di Madrasah Aliyah Bi rul- Ulum di Desa Gemurung Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo terhadap 34 remaja tentang sikap terhadap seks bebas menunjukan data sebagai kecil sikap remaja terhadap seks bebas adalah positif 16 responden (47,1%). Sikap merupakan pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan situasi sosial atau secara sederhana. Sikap adalah merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan menurut teori lain adalah Sikap adalah suatu bentuk 36

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (infavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2007). Sikap yang ditunjukan oleh sebagian kecil responden pada penelitian ini bukanlah merupakan suatu perilaku mereka dalam merespon adanya perilaku seks bebas. Dimana remaja menunjukan bahwa mereka masih menganggap bahwa pada saat ini remaja yang belum melakukan seks bebas merupakan remaja yang ketinggalan zaman, karena mereka menganggap bahwa pergaulan pada saat ini merupakan pergaulan bebas dan hal itu wajar dilakukan pada remaja saat ini. Beradasarkan tabulasi silang antara usia remaja dengan sikap terhadap seks bebas diperoleh data sikap negatif terbanyak pada remaja yang berusia 17-20 tahun sebanyak 14 responden (41,2%). Menurut Djiwandono (2006) remaja akhir yang kira-kira berumur 17 tahun sampai 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan dan kesempatan untuk menjadi dewasa. Usia responden pada penelitian ini menunjukan bahwa mereka tergolong pada usia remaja akhir dimana mereka sudah mempunyai tanggung jawab dalam melakukan suatu tindakan meskipun aktivitas yang masih wajar dilakukan oleh remaja. Berdasarkan tabulasi silang antara jenis kelamin dengan sikap remaja diperoleh data bahwa sikap negatif terbanyak pada remaja putri sebanyak 14 responden (41,2%). Menurut (Makmun, 2009) terdapat hasil penelitian beberapa ahli di Amerika Srikat tentang sikap remaja terhadap seks yang pada hakikatnya mencerminkan perbedaan nilai seksual antara remaja pria dan remaja wanita dimanapun yaitu : a. Dari pada wanita, laki-laki lebih cenderung menyatakan bahwa mereka sudah berhubungan seks dan sudah aktif berperilaku seksual. b. Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta. Alasan mereka untuk menghubungkan seks adalah cinta, sementara pada remaja pria kecenderungan ini jauh lebih kecil. c. Sebagian besar dari hubungan seks remaja diawal dengan agresivitas pada remaja pria dan selanjutnya remaja putrinya 37

yang menentukan sampai batas mana agrevisitas pria itu dapat dipenuhi. Remaja pria cenderung menekan dan memaksa remaja putri misalnya untuk berhubungan seks, namun ia sendiri tidak merasa memaksa. 3. Hubungan peran orang tua denagn sikap remaja tenatang seks bebas Berdasarkan hasil dari tabulasi silang di peroleh data dari 22 orang tua yang mempunyai peran positif terdapat 19 remaja yang bersikap positif terhadap seks bebas. Sedangkan dari 12 responden yng mempunyai peran negatif terdapat 1 remaja yang bersikap positif terhadap seks bebas dan 11 remaja yang bersikap negatif terhadap seks bebas. Menurut Suryoputro, et al (2006). Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja adalah teman sebaya, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. Berdasarkan uji statistik dengan bantuan SPSS menggunakan uji Chi Square Test didapatkan nilai ρ : 0,000. Karena nilai ρ = 0,000 α (0,05), maka Hₒ ditolak, berarti ada hubungan antara peran orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di Madrasah Aliyah Bi rul-ulum. Setiap individu berbeda dalam setiap proses pertumbuhan dan perkembangannya karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara herediter maupun lingkungan (Supartini, 2004). Salah satu faktor tersebut posisi anak dalam keluarga. Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu, akan mempengaruhi bagaimana pola anak tersebut di asuh dan dididik dalam keluarga (Supartini, 2004). Perilaku seks salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Seks bebas merupakan perilaku yang dilakuakn tanpa melalui proses pemikiran yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan amsing-masing individu (Kompas, 2003). 38

Terdapat perbedaan dalam perkembangan psikis masa remaja, tampak berbagai fenomena perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yang tidak banayak terjadi saat mereka masih kanak-kanak. Perbedaan yang tampak itu antara lain: Anak laki-laki ingin menguasai anak perempuan. Sehingga anak perempuan merasa benci berbeda dengan standar anak perempuan dan orang tua lebih suka bila kakak perempuan mengalah pada adik laki-lakinya. Tentu saja, perlakuan ini akan menimbulkan kecemburuan tersendiri pada kakak perempuan. Ketiga perbedaan perlakuan itu akan menghambat perkembangan kepribadian anak yang masih remaja terutama anak perempuan, bahkan bisa membuatnya merasa rendah diri dalam beradaptasi. Biasanya hubungan keluarga dengan keluarga bagitu baik dibandingakan dengan hubungan dengan teman sebaya. Hal ini karena orang tua, terutama ibu, banyak membatasi kebebasan remaja sehingga konflik di antara keduanya cenderung lebih tajam sampai akhir masa remaja. Namun demikian, bila keluarga memberikan kesempatan yang luas kepada remja untuk mengekspresikan kebebasannya, maka remaja akan mampu beradaptasi dengan baik dan merasa punya kedudukan dan peranan social dalam keluarganya. Jadi, perkembangan kepribadian remaja terbentuk sesuai dengan suasana keluarga dan posisi sosial yang diraihnya di dalam keluarga dan lingkungan sosialnya. Menurut peneliti pada penelitian ini menunjukan sebagian besar dari responden sudah menerapkan pola pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak mereka serta sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orang tua dalam memberikan perawatan yang baik bagi perkembangan anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dengan peran yang baik dari orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak ketika usia remaja maka remaja mampu untuk menentukan sikap terhadap tindakan atau perilaku yang dilakukan secara positif. Demikian sebaliknya jika orang tua belum mampu melakukan perannya secara positif aka menimbulkan perannya secara positif akan menimbulkan sikap atau perilaku yang negatif pada anak mereka. 39

E. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian diatas diharapkan bagi orang tua untuk lebih meningkakan pengetahuan dan pemahaman tentang cara memberikan pendidikan seks yang baik pada anak ketika usia remaja sehingga mereka dapat memberikan pendidikan tersebut secara baik dan dapat mencegah remaja terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik. Hendaknya responden lebih meningkatkan pengetahuan mereka tentang akibat dari melakukan hubungan seks bebas seperti: melalui media cetak dan elektronik atau juga mengikuti seminar seminar kesehatan dan penyuluhan tentang pendidikan seks sehingga responden dapat mengetahui bagaimana mereka harus memberikan responden yang baik. DAFTAR PUSTAKA Azwar Saifuddin. (2011). Sikap manusia teori dan pengukurannya: Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Azwar saifuddin. (2007). Sikap manusia teori dan pengukurannya: yogyakarta. Pustaka pelajar. Budi. (2009). Definisi sikap. Tersedia di http://peopleehangecircumstances change.wordpress.com diakses tanggal 20 maret 2011. Fitra. (2009). Dampak seks bebas. http://www.fitra.wordpress.com di akses tanggal 20 mei 2013. Gunawan. (2009). Masalah seks pada remaja. http//www.gunawanwordpress.com di akses tanggal 20 mei 2012. Muslihin abi. (2012). Keperawatan keluarga. Cet I: Yogyakarta. Gosyen publishing. Mubarak iqbal wahit. (2009). Ilmu keperawatan komunitas konsep dan aplikasi: jakarta. Salemba medika. Makmun syamsuddin agin. (2009). Psikologi kependidikan perangkat sistem pengajar modal: bandung. PT remaja rosna karya. Rahmat. (2009). Seks pranikah. Pernah di akses di http//: rudyat.com/pps 702- ipb/01101/herien.htm. Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak: Jakarta: EGC. Notoatmodjo soekedjo. (2003). Ilmu prilaku kesehatan: jakarta. PT rineka cipta. Soetjiningsih. (2007). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya: jakarta. CV sugeng seto. Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak: Jakarta: EGC. 40

Notoatmodjo soekedjo. (2003). Ilmu prilaku kesehatan: jakarta. PT rineka cipta. Soetjiningsih. (2007). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya: jakarta. CV sugeng seto. Sofia retno. Remaja dan masalahnya. Pernah dia kses di http//www.scribd.com.doc//-sikap-remaja-terhadap-pelakuseksbebas. Di akses tanggal 20 mei 2012. Saptono. (2006). Perilaku seks bebas di kalangan remaja dan orang (dewasa). Tersedia di http//:www.seribd.com/doc/13753330/free-sex. Susanti. (2008). Pendidikan seks pada remaja. http://mahkota.wordpress.com/2008/07/16/upaya-penanggulanganperilaku-seksbebas-di-kalangan-remaja. Willis s.sofyan. (2012). Remaja dan masalahnya: bandung. Aflabeta. http//id.vhoong.com/exact-sciences/biology/2137653-pengertian-sex-di-matadunia/ixzz28a Qcha YX. www.bascomworld.definisi seksbebas.doc 41