Tema: 6 (Rekayasa Sosial dan Pengembangan Perdesaan)

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM RI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN BENDA SITAAN DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PEMULIHAN ASET

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Dr. W. Riawan Tjandra, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

Kementerian PPNBappenas

I. PENDAHULUAN. Penanganan dan pemeriksaan suatu kasus atau perkara pidana baik itu pidana

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

PENEGAKAN HUKUM. Selasa, 24 November

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 240/PMK.06/2012 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah adanya kekuasaan berupa hak dan tugas yang dimiliki oleh seseorang

LEMBAGA PENGELOLA ASET TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik bidang hukum, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Dari

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Asset Tracing & Asset Recovery dalam TPK & TPPU. Irene Putrie. Oleh: Surabaya, 20 September 2017

PERAN RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA WONOGIRI DALAM MENGELOLA, MERAWAT DAN MENYIMPAN BENDA SITAAN NEGARA DAN BARANG RAMPASAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi setiap orang, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

Pengelolaan Barang Sitaan, Temuan dan Rampasan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Aset. Aset Negara. Aset Tindak Pidana. Pemulihan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang memuat ketentuan yang bersifat grondnorm sebagai pandangan

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5698); 2. Undang-Undang N

RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 3. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 169/PMK.06/2010 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA DI LUAR NEGERI

PELAKSANAAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tanggal 1 Agustus Presiden Republik Indonesia,

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1983 Tentang : Pelaksanaan Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB V PENUTUP. Praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh Penulis selama kurang lebih 2

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia adalah Badan Pemeriksa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No ); 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; 5. Peraturan Menteri

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017. PENGELOLAAN BENDA SITAAN MENURUT PASAL 44 KUHAP 1 Oleh : Maria Prisilia Djapai 2

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;

I. PENDAHULUAN. didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota, dan apabila perlu dapat dibentuk

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

NASKAH PUBLIKASI PENGELOLAAN BARANG BUKTI PENYITAAN DAN PERTANGGUNG JAWABANNYA (RUPBASAN SURAKARTA)

2017, No Peraturan Menteri; d. bahwa dalam rangka optimalisasi penanganan barang bukti tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan perlu diatu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 ten

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG

2015, No Independen Pemilihan Aceh atau Komisi Pemilihan Umum/KomisiIndependen Pemilihan Kabupaten/Kota; b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

MAKALAH MENGKONSTRUKSI TINDAK PIDANA KORUPSI SEBAGAI PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh: Dr. M. BUSYRO MUQODDAS, S.H., M.Hum Pimpinan KPK RI

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

2018, No Penjualan Langsung Benda Sitaan atau Barang Rampasan Negara atau Benda Sita Eksekusi dan untuk mendukung optimalisasi penerimaan negar

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.06/2013 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI ASET LAIN-LAIN

BAB 1V PENUTUP. sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: yaitu Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1267, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Penatausahaan. Barang Milik Negara. Persediaan.

2016, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan Pasal 64D ayat (4) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang

Asset Tracing & Asset Recovery dalam TPK & TPPU. Disampaikan Oleh: Abdul Basir. Medan, 5 Oktober 2017

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK/2017 TENTANG PENGHAPUSAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERLIDUNGAN BENDA SITAAN NEGARA DAN BARANG RAMPASAN NEGARA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA

SALINAN TENTANG. Nomor. Dan Pelabuhan Bebas. Batam; Mengingat. Pemerintah

KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

2016, No Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 5533); 3. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembanguna

KEDUDUKAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary

BAB I PENDAHULUAN. tindakan korupsi yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 3

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 02 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PELELANGAN TERHADAP HASIL HUTAN TEMUAN, SITAAN DAN RAMPASAN

MATRIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat kepastian hukum setelah melalui proses persidangan di

Transkripsi:

Tema: 6 (Rekayasa Sosial dan Pengembangan Perdesaan) OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET BENDA SITAAN NEGARA (Studi Tentang Penyelamatan Aset-Aset Tindak Pidana Korupsi) 31 Oleh Prof.Dr. Hibnu Nugoho, S.H.M.H., Dr. Budiono, S.H., M.Hum., Pranoto, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman ABSTRAK Benda sitaan dan Rampasan negara dari hasil tindak pidana korupsi mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan, akibatnya Rupbasan mengalami kesulitan untuk memelihara dan menyimpannya dengan baik. Beberapa terobosan sudah dilakukan namun demikian terjadinya penyusutan nilai ekonomis barang secara signifikan tetap tidak dapat dihindarkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah KPK dan Kemenkumham RI sudah menempatkan barang sitaan dan rampasan aset tindak pidana korupsi di dalam Rupbasan dan bagaimana strategi KPK dan Kemenkumham dalam pengelolaan Aset berupa benda sitaan dan rampasan negara dari tindak pidana korupsi agar tetap bernilai sebagai bentuk pengembalian kekayaan negara. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris dan metode analisis diskriptif kualitatif dan analisis isi. Dengan demikian maka diharapkan dapat diketemukan model yang lebih baik untuk mengatasi kendala yang ada sehingga dimasa mendatang Penerimaan Negara bukan pajak dari sektor barang rampasan tindak pidana korupsi dan gratifikasi dan meningkat pula. Kata Kunci: Benda Rampasan, Penyimpanan, Penyusutan ABSTRACT Objects and Confiscation of the country from the results of corruption has increased significantly,consequently Rupbasan has difficulty to maintain and store it well. Some breakthroughs have been made but the shrinking of the economic value of goods significantly remains unavoidable.this study aims to determine whether the KPK and Kemenkumham RI has placed confiscated goods and spoils the assets of corruption in Rupbasan and how the strategy of KPK and Kemenkumham in the management of Assets in the form of confiscated objects and state bootlegs from corruption in order to remain valuable as a form of return of state assets.using empirical juridical research methods and qualitative descriptive analysis methods and content analysis. Thus it is expected to find a better model to overcome the existing constraints so that in the future Non-tax State Revenue from the spoils sector of corruption and gratification and also increased. Keywords : booty, storage, depreciation PENDAHULUAN Tindakan penyitaan dilakukan untuk tujuan pembuktian sedangkan tindakan perampasan merupakan eksekusi dari pelaksanaan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, namun demikian kedua upaya paksa tersebut diatas memiliki kesamaan yaitu yang menjadi obyek 31 Disampaikan dalam Seminar Nasional & Call Papers Pengembangan Sumber Daya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan VII, 17 18 Nov 2017 di Java Heritage Hotel. 1379

sitaan atau rampasan harus dapat terpelihara dengan baik agar tetap terjaga kondisinya serta tidak mengalami penurunan nilai keekonomiannya. Tempat penyimpanan bagi barang sitaan dan barang rampasan negara adalah Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (RUPBASAN). RUPBASAN menjadi satu-satunya lembaga yang sah untuk menyimpannya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.05.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara. Didalam ketentuan KUHAP telah diatur perhal barang sitaan dan barang ramapasan sebagai berikut: 1. Benda Sitaan/Benda Sitaan Negara (disingkat Basan) adalah benda yang disita oleh penyidik, penuntut umum atau pejabat yang karena jabatannya mempunyai wewenang untuk menyita barang guna keperluan barang bukti dalam proses peradilan. 2. Barang Rampasan/Barang Rampasan Negara (disingkat Baran) adalah barang bukti yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dirampas untuk Negara yang selanjutnya dieksekusi dengan cara: a. dimusnahkan; b. dilelang untuk negara; c. diserahkan kepada instansi yang ditetapkan untuk dimanfaatkan; dan d. diserahkan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan (RUPBASAN) untuk barang bukti dalam perkara lain. Sedangkan Barang Temuan adalah barang-barang hasil temuan yang diduga berasal dari tindak pidana dan setelah diumumkan dalam jangka waktu tertentu tidak ada yang mengaku sebagai pemiliknya. Peningkatan jumlah penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi memberi dampak berupa kenaikan jumlah benda-benda sitaan dan rampasan negara yang sangat signifikan, hal ini menyebabkan RUPBASAN kekurangan tempat untuk dapat menyimpan benda-benda sitaan negara tersebut secara layak. Penyimpanan dan perawatan benda-benda tersebut apabila tidak maksimal tentu akan mengakibatkan kerusakan dan menyusutannya nilai keekonomisan barang. Berdasarkan hal tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah KPK dan Kemenkumham RI sudah menempatkan barang sitaan dan rampasan asset tindak pidana korupsi di dalam RUPBASAN? 2. Bagaimana strategi KPK dan Kemenkumham dalam pengelolaan asset dari tindak pidana korupsi agar tetap bernilai sebagai bentuk pengembalian asset negara? 1380

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatanmetode empiris dengan spesifikasi Penelitian bersifat deskriptif analitis. Hal ini disebabkan karena penelitian ini berupaya untuk menggambarkan tentang optimalisasi Pemanfaatan Aset Benda Sitaan Negara dan rampasan hasil tindak pidana korupsi. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa ungkapan-ungkapan verbal (kata-kata) yang didapat dari informan/narasumber yang dipilih dalam penelitian ini. Lokasi penelitian ini dilakukan di KPK dan Kementerian Hukum dan HAM, dalam hal ini dilakukan di Rumah benda sitaan negara (RUPBASAN) di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat (RUPBASAN KPK). Analisis bahan dalam penelitian ini menggunakan diskriptif kualitatif dan analisis isi (contain analysis), Analisis data diskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis optimalisasi Pemanfaatan Aset Benda Sitaan Negara dari Tindak Pidana Korupsi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penempatan barang sitaan dan rampasan asset tindak pidana korupsi oleh KPK dan Kemenkumham RI Dari hasil penelitian diperoleh hasil berupa ketentuan tentang tata Laksana benda sitaan dan rampasan negara dalam rangka pemulihan asset perkara tindak perkara tipikor sebagai berikut: Peraturan Perundangan mengenai kedudukan Rupbasan : a. KUHAP khususnya ketentuan Pasal 44 ayat (1) yang menyatakan bahwa benda sitaan disimpan dalam rumah barang benda sitaan negara, dan selanjutnya dalam ketentuan Pasal 27 ayat (1) PP RI Nomor 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP. b. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Tahanan Negara dan Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, tanggal 20 September 1985 c. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 16 Tahun 2014 Tentang tata cara Pengelolaan Barang Sitaan Negara dan Barang Rampasan Negara di Rupbasan. d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009, Tentang Lalu lintas dan angkutan Jalan. Dalam undang-undang ini beberapa pasal mengatur tentang dimana benda sitaan dari tindak pidana lalu lintas harus disimpan. 1381

e. Peraturan Bersama Kapolri, Jaksa Agung, KPK, Kementerian Hukum dan HAM, Mahkamah Agung, dan Kementerian Keuangan RI. Nomor 2 Tahun 2011; No.Kep/259/A/JA/12/2011; No KEPB-10/01-55/11/2011; No.M.HH-10.HM.03.02 Tahun 2011; No 199/KMA/SKB/XII/2011; No. 219/PMK.04/2011 tentang Sinkronisasi Ketatalaksanaan Sistem Pengelolaan Basan dan Baran. f. Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standart HAM dalam penyelenggaraaan tugas polri. Tugas Pokok dan Fungsi Rupbasan : a. Rubbasan menerima barang sitaan dan barang rampasan negara baik dari penyidik, penuntut umum maupun berdasar putusan hakim. b. Setelah diterima maka pihak Rupbasan akan melakukan pengidentifikasian, penelitian dan penilaian terhadap barang-barang masuk tersebut. Dalam hal ini Rupbasan akan meneliti kecocokan antara barang dengan berita acara penyitaan, keabsahan dokumen barang tersebut dan banyaknya barang. Kemudian pihak Rupbasan akan membuat surat tanda terima barang untuk diserahkan kepada penegak hukum yang menyerahkan barang tersebut. Pihak Dalam tugas penilaian maka Rupbasan berkewajiban untuk melakukan identifikasi barang, mendokumenkan barang, memberi spesifikasi pada barang dan melakukan opini harga barang. c. Selanjutnya melakukan pendaftaran terhadap barang tersebut. d. Rupbasan memiliki kewajiban untuk menjaga keamanan, ketertiban dan keselamatan barangbarang tersebut. Setelah proses penegakan hukum berakhir dan status bagi barang-barang tersebut menjadi jelas maka bagi barang rampasan akan dimutasikan sesuai dengan vonis yang telah dijatuhkan, yaitu bisa dimusnahkan, dikembalikan kepada pihak pemilik sesuai dengan vonis pengadilan, dijadikan barang bukti kembali untuk perkara berkait atau dirampas untuk negara. Saat ini di Indonesia terdapat 63 Rupabasan, dengan rincian Rupabasan kelas I berjumlah 36 Rupbasan dan 27 lainnya adalah Rupbasan kelas 2. Dibawah ini disajikan tabel Rupbasan yang berada di Pulau Jawa dimana dikota tersebut terdapat Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berada. Tabel I : Rekapitulasi Nilai Perkiraan Basan dan Baran Pada RupbasanKlas I di Jawa Hingga Juni2016 32 32 Data dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan KemenkumHAM 2016. 1382

UPT RUPBASAN JUMLAH BASAN/BARAN TEREGISTRASI TOTALPERKIRAAN NILAi BASAN & BARAN (Rp) 1 JakBar & Tangerang 980 11.484.621.000 2 Jakarta Pusat 89 18.467.260.000 3 Jakarta selatan 61 25.674.000.000 4 Jakarta Timur 43 1.297.906.012 5 Jakarta Utara 123 7.006.322.500 6 Bandung 644 6.720.988.420 7 Cirebon 146 1.187.383.901 8 Semarang 609 7.414.205.000 9 Surabaya 14 794.405.000 10 Jogyakarta 235 9.686.295.002 Tabel II Alokasi Anggaran Pemeliharaan Rupbasan 2015 33 UPT RUPBASAN Alokasi Anggaran (Rp) 1 JakBar & Tangerang 22.140.000 2 Jakarta Pusat 30.000.000 3 Jakarta selatan 31.000.000 4 Jakarta Timur 21.600.000 5 Jakarta Utara 17.900.000 6 Bandung 206.000.000 7 Cirebon 45.000.000 8 Semarang 120.000.000 9 Surabaya 101.000.000 10 Jogyakarta 89.510.000 Kendala yang dihadapi oleh Rupbasan dalam pengelolan Basan dan Baran dapat dibagi menjadi yaitu kendala internal dan kendala eksternal, yaitu : Kendala internal, berupa : a. Belum Memadainya Gedung Kantor, Gudang dan Pegawai di Rupbasan. b. Rupbasan belum terbentuk di setiap Kabupaten / Kota,baru terdapat 63 operasional dari 211 Unit sehingga belum terbentuk 148 Unit ( selama hampir 30 tahun ), seharusnya mengikuti jumlah Kabupaten / Kota Se-Indonesia yaitu kurang lebih 530. c. Provinsi yang belum terbentuk Rupbasan adalah Sulawesi Barat. d. Rupbasan menggunakan gedung bekas Lembaga Pemasyarakatan sebanyak 17 Rupbasan. e. Rupbasan menumpang kepihak lain ( milik pemda ) sebanyak 8 Rupbasan. f. Rupbasan menyewa gedung sebanyak 1 Rupbasan. g. Eselonering Rupbasan masih pada Eselon IV belum sama dengan eselonering h. Polres, Kejari atau Pengadilan di kabupaten/kota, yang sudah eselon III. i. Minimnya Biaya pemeliharaan basan dan baran yang diterima Rupbasan setiap tahun. j. Sulitnya mengetahui jumlah nilai nominal setiap basan atau baran karena Rupbasan belum memiliki tenaga ahli penilai/ penaksir. 33 Ibid. 1383

Kendala eksternal, berupa : a. Masih banyak Benda Sitaan yang tidak diserahkan, ditempatkan atau disimpan di Rupbasan. b. Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara yang disimpan ditempat lain tidak diinformasikan kepada Rupbasan. c. Kepastian Hukum terhadap batas waktu Benda Sitaan dan Barang Rampasan d. Negara belum Konsisten mengikuti batas waktu proses pemeriksaan perkara oleh para pihak mengakibatkan terjadinya penumpukan Basan dan Baran di Rupbasan. e. Putusan pengadilan terhadap Benda Sitaan hasil tindak pidana tidak diketahui f. pihak Rupbasan. g. Pelaksanaan Eksekusi yang tidak tepat waktu yang berakibat menyusutnya secara drastis nilai ekonomis Basan dan Baran di Rupbasan. h. Rupbasan sebagai Penyelenggara Negara yang melaksanakan Pengelolaan Benda Sitaan dan Barang Rampasan Negara seyogyanya berperan dalam hal pemusnahan dan pelelangan. Penempatan baran dan basan selama ini belum ideal sebagaimana seharusnya, penyimpan dan pemeliharaan barang-barang yang seharunya dapat terjaga nilai keekonomian masih belum dapat terkelola dengan baik karena ketiadaan tempat dan biaya pemeliharaan. Sehingga perlu untuk lebih dipikirkan solusi agar pengelolaan baran dan basan bisa maksimal untuk menggantikan kerugian negara yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi. Barang-barang rampasan negara dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1997 tanggal 7 Juli 1997 tentang Jenis Dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak di lingkungan Kejaksaan Agung merupakan bagian dari PNBP, dengan kata lain sektor penjualan Baran adalah bagian yang terus harus dioptimalkan. Optimalisasi ini hanya dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : a. Optimalisasi melacak aset hasil tindak pidana korupsi b. Optimalisasi pengelolaan barang yang sudah berada di tangan penegak hukum. 2. Strategi KPK dan Kemenkumham dalam pengelolaan Aset Hasil tindak pidana korupsi agar tetap bernilai tinggi sebagai bentuk pengembalian aset negara Barang-barang rampasan yang diperoleh KPK bermacam-macam katagorinya termasuk didalamnya adalah berupa hewan ternak ataupun hasil hutan semacam rotan. Penanganan barangbarang tersebut memerlukan strategi dan penanganan yang tepat agar negara tetap dapat memperoleh kembali kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi. Barang rampasan akan diproses oleh Kementerian Keuangan setelah diserahkan dari lembaga penegak hukum baik itu KPK ataupun Kejaksaan Agung. Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) akan melakukan langkah selanjutnya berupa pelelangan. Dalam hal Barang Rampasan Negara tidak laku dijual lelang, Kejaksaan dan/atau 1384

Komisi Pemberantasan Korupsi mengajukan usulan penetapan status penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusankepada Menteri untuk mendapatkan persetujuan. KPK pada tanggal 22 September 2017 melaksanakan pelelangan barang rampasan negara, dengan jumlah total barang berupa kendaran obyek lelang sebanyak 21 barang. Target perolehan apabila semua barang terjual adalah sebesar Rp.2.196.055.000, target tersebut ternyata dapat terlampaui yaitu sebesar Rp. 3.481. 500.00,- Semua hasil lelang akan langsung disetorkan ke kas Negara. Keberhasilan pencapaian hasil diatas limit harga yang ditargetkan tentu cukup melegakan, karena para peserta lelang ada sebagaian yang berniat membeli barang-barang rampasan negara dengan maksud untuk ikut berpartisipasi mengembalikan keuangan negara yang hilang akibat tindak pidana korupsi. Namun pembeli juga menyadari bahwa barang yang mereka perolah belum tentu sesempurna penampilannya karena faktor perawat selama kendaran dalam penyimpanan belum tentu sebaik yang diprediksi. Kementerian Hukum dan HAM dalam hal ini Rupbasan merupakan ujung tombak didalam penyimpanan dan penata laksanaan barang sitaan negara, namun demikian keterlibatan dan pertanggungjawaban dari Kejaksaan dan KPK beserta kementerian keuangan harus semakin terintegrasi. KPK dan kementerian keuangan memiliki penaksir barang tim ini memiliki peran yang penting untuk menentukan harga dan biaya perawatan, penyimpanan barang-barang sitaan hingga menjadi barang rampasan. Kedepan penaksir harga ini bisa untuk lebih dioptimalkan fungsinya. Apabila barang rampasan memiliki tingkat penyusutan harga yang sangat tinggi maka perlu dilakukan terobosan. Dimasa yang akan datang perlu kiranya dipikirkan untuk menjalin kerjasama secara lebih serius dan terkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, lembaga ini tengah memperkokoh diri dalam menjalankan fungsi sebagai Revenue Center Pengelolaan Kekayaan Negara. Dengan menjadi revenue centre, DJKN harus melakukan perubahan paradigma dari sebelumnya hanya sebagai Administrator Aset menjadi Pengelola Aset atau Manajer Aset. Adanya DJKN akan sangat membantu Rupbasan dalam melaksanakan tata kelola terhadap barang rampasan sehingga diharapkan kendala yang dihadapi oleh Rupbasan selama ini akan teratasi. DJKN sendiri yang selama ini hanya mengatur selama proses pelelangan dan setelah pelelangan maka kedepan diharapkan ikut serta untuk memikirkan perihal tata cara penyimpanan, memberi jalan keluar bagi penyimpanan dan pemeliharaan barang rampasan bekerja sama dengan Rupbasan. Dengan demikian akan tercipta sinergi yang ideal dalam penyelamatan barang rampasan. 1385

KESIMPULAN 1. Penyimpanan barang sitaan dan rampasan negara oleh KPK, kepolisian dan kejaksaan telah dilaksanakan sesuai dengan KUHAP yaitu ditempatkan di Rupbasan. Namun demikian akibat melonjaknya jumlah barang sitaan maupun rampasan negara terutama dari perkara tindak pidana korupsi, kapasitas Rupbasan yang ada menjadi sangat tidak ideal untuk menyimpan barang-barang tersebut. Kendala yang dihadapi oleh Rupbasan adalah tidak mencukupinya biaya pemeliharaan barang-barang tersebut disisi lain gudang yang dimiliki oleh Rupbasan juga tidak cukup untuk menyimpan barang sitaan dan rampasan negara. Rupbasan harus menyewa gudang atau lahan yang berada tidak jauh dari lokasi Rupbasan berada. Akibatnya nilai keekonomian barang rampasan negara pada umumnya menurun hingga 60% pada saat dilakukan pelelangan. 2. Strategi yang perlu dilakukan oleh KPK dan Kementerian Hukum dan HAM untuk menjaga nilai keekonomian aset tersebut adalah dengan lebih mengintensifkan koordinasi dan kerjasama dengan Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. DJKN saat ini tengah melebarkan fungsinya sebagai revenue centre. Dengan fungsi tersebut maka kekuarangan dan kendala-kendala yang dialami oleh Rupbasan akan dapat dieliminir. Hasil Pelelangan aset rampasan negara dan gratifikasi merupakan salah satu jenis penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang diharapkan mampu lebih dioptimalkan menggantikan kerugian negara akibat terjadinya tindak pidana korupsi dan gratifikasi. DAFTAR PUSTAKA Arief,Barda Nawawi.1995.Penelitian Hukum Normatif (Suatu Upaya Reorientasi Pemahaman). Penataran MPIH di Unsoed. 11-15 September 1995. Harahap, Yahya. 2008. Hukum Acara Perdata. Cetakan kedua. Sinar Grafika Jakarta. Santosa, Bima Priya et.al. Lembaga Pengelolaan Aset Tindak Pidana Tertentu. Jakarta : The Nederland Indonesia National Legal Reform Program (NLRP). Indonesia. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. -----------. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. -----------. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. -----------. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 3/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang Rampasan Negara dan Barang Gratifikasi. 1386