BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan, diselenggarakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pendidikan identik dengan persekolahan yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang terprogram dan terencana secara formal. Pendidikan sebagai program yang terencana merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan pendidikan, pendidik, kurikulum, fasilitas pendidikan, interaksi edukatif, dan peserta didik. 1
2 Peserta didik yang berusia 0-6 tahun diberikan layanan pendidikan anak usia dini, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Butir 14) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar (Pasal 28 UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) (Slamet Suyanto, 2005: 6). Pada masa itu stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berdasarkan penelitian tentang otak, tingkat kapabilitas kecerdasan anak sampai usia 4 tahun telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20% pada saat berusia 8 tahun ke atas (Slamet Suyanto, 2005: 6). Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya ( Kep. Men. Dik. Bud. Nomor: 0486/V/1992).
3 Aspek perkembangan anak yang dikembangkan di Taman Kanak-kanak meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kemandirian, bahasa, kognitif, fisik motorik. Aspek-aspek tersebut dikembangkan sehingga menjadi kebiasaan yang positif. Seluruh aspek perkembangan tersebut dikembangkan melalui pembelajaran sehari-hari di Taman Kanak-kanak dengan cara yang menyenangkan. Agar anak menyenangi pembelajarannya, menurut Montessori (Anggani Sudono, 2004: 3), diperlukan interaksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi dengan lingkungan di Raudhatul Athfal Bligo 1 diwujudkan dengan program pengenalan lingkungan dengan mengajak anak-anak berjalanjalan diberbagai tempat yang ada di sekitar sekolah. Program pengenalan lingkungan dilaksanakan agar anak bisa berinteraksi dengan nyaman sehingga anak tertarik untuk bereksplorasi, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Salah satu bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan yaitu memelihara kebersihan lingkungan. Untuk mengenalkan dan membiasakan anak tentang pemeliharaan kebersihan lingkungan dilakukan dengan menyiapkan tempat sampah di luar dan di dalam ruangan serta memberi contoh daan teladan kepada anak cara memelihara kebersihan lingkungan. Selain itu guru selalu mengingatkan anak yang membuang sampah sembarangan agar membuang sampah di tempat sampah. Usaha pemeliharaan kebersihan lingkungan yang telah dilakukan tersebut ternyata belum mampu menumbuhkan kebiasaan anak memeliharaan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Anak belum menyadari pentingnya kebersihan lingkungan bagi kesehatan dan kenyamanan. Kebersihan
4 lingkungan tidak dianggap sebagai tanggung jawab bersama. Hal ini menimbulkan beberapa masalah seperti anak tidak membuang sampah pada tempat sampah, tidak membereskan dan mengembalikan mainan di tempatnya setelah digunakan, selesai makan anak tidak membersihkan kembali tempatnya, suka mencoret-coret di sembarang tempat, dan tidak mempedulikan jika ada sampah yang berserakan. Kondisi lingkungan yang tidak bersih dan rapi ini mempengaruhi proses belajar mengajar sehingga menjadi kurang efektif. Oleh karena itu, diperlukan alternatif tindakan untuk menanamkan kesadaran anak bahwa menjaga kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama dengan melibatkan semua anak. Anak terlibat secara aktif melalui kegiatan pemeliharaan kebersihan lingkungan secara terus menerus. Melalui kerja kelompok, diharapkan kegiatan pemeliharaan kebersihan lingkungan dapat berhasil dengan baik. Metode kerja kelompok yaitu mengajak anak didik dalam suatu kelompok bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan cara bekerjasama atau bergotong-royong (Surachman, 1986: 117). Bekerjasama merupakan salah satu ciri khas keterampilan sosial yang berkembang pada anak usia dini (Seefeldt & Wasik, 208: 177). Dengan bekerjasama, anak belajar bertanggungjawab atas kesejahteraan kelompok maupun masyarakat. Kerja sama juga menjadi asas pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Pembelajaran hendaknya dirancang untuk mengembangkan keterampilan sosial anak (Depdiknas, 2005: 9).
5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengidentifikasi dan menyeleksi tindakan sebagai berikut: 1. Kegiatan pemeliharaan kebersihan lingkungan pada anak di Raudhatul Athfal Bligo 1 yang hanya dilakukan oleh anak jika telah diingatkan atau ditegur oleh guru saja, dirasa kurang efektif untuk dapat menumbuhkan kebiasaan memelihara kebersihan lingkungan. 2. Kegiatan pemeliharaan kebersihan lingkungan yang dilakukan terhadap anak kurang terintegrasi. 3. Sebagian besar anak kurang memiliki rasa tanggung jawab dengan kebersihan di lingkungannya. 4. Kondisi lingkungan Raudhatul Athfal Bligo 1 yang kurang mendukung pembiasaan anak untuk memelihara kebersihan lingkungan karena berada satu atap dengan Madrasah Ibtidaiyah Bligo 1. C. Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada satu bahasan masalah pada upaya membiasakan anak untuk memelihara kebersihan lingkungan melalui kerja kelompok di Raudhatul Athfal Bligo 1.
6 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana melaksanakan kerja kelompok untuk membiasakan anak memelihara kebersihan lingkungan di Raudhatul Athfal Bligo 1? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Membiasakan anak untuk memelihara kebersihan lingkungan dengan kerja kelompok. 2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerja sama pada anak usia dini. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Membentuk karakter anak yang memiliki tanggung jawab dan meningkatkan kerja sama serta memiliki rasa cinta terhadap lingkungan. 2. Memberikan wawasan kepada pendidik tentang manfaat memelihara kebersihan lingkungan yang melibatkan anak secara langsung dan terusmenerus dalam pelaksanaannya bagi pembelajaran anak usia dini. 3. Memberikan wawasan mengenai metode yang tepat untuk mengembangkan kebiasaan memelihara kebersihan terhadap anak usia dini.