BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita tonsilitis di rumah sakit tersebut pada tahun 2011 yaitu sebanyak 185 pasien. Berdasarkan hasil penelitian Farokah dkk tahun 2007 yang dilakukan pada bulan September sampai Desember 2003 berupa pemeriksaan Telinga, Hidung dan Tenggotokan ( THT ) pada kelas I dan II Sekolah Dasar di kota Semarang (13 sekolah dasar, di 5 kecamatan), menunjukkan pada pemeriksaan tenggorok 1385 siswa ( tanpa anamnesis ) didapatkan 682 (49,24 %) tonsilitis kronik ; 47,92 % pada 674 siswa kelas I dan 50,49 % pada 711 siswa kelas II. Hal tersebut disebabkan karena pola hidup yang kurang sehat, konsumsi makanan yang sembarangan, tingkat pengetahuan yang rendah tentang kesehatan, dan ekonomi yang rendah pula. Biasanya hal tersebut terjadi karena kesibukan orang tua yang kurang memperhatikan anaknya, sehingga anak makan jajanan sembarangan, anak lebih suka mengkonsumsi makanan yang instan tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat dalam makanan. Seperti diinformasikan sekarang ini, jajanan yang beredar di 1
sekolah tidak lepas dari bahan pengawet, pewarna, minyak goreng bekas dan penyedap rasa yang tentunya sangat tidak baik bagi kesehatan anak. Tonsil terdiri atas jaringan limfoid yang terletak pada kedua sisi orofaring, berkembang dengan cepat pada 5 tahun pertama. Ukuran tonsil dan adenoid biasanya kecil pada bayi dan mencapai ukuran relatif terbesarnya antara usia 4 sampai 7 tahun (Newel, 2003). Tonsilitis atau radang amandel adalah radang pada tonsil (amandel) yang terjadi karena infeksi dari virus atau bakteri. Tonsil berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akut atau kronis dan untuk menahan kuman yang masuk melalui mulut agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh. Tanda dan gejala tonsilitis seperti demam mendadak, nyeri tenggorokan, ngorok, dan kesulitan menelan (Smeltzer, 2001). Pembesaran adenoid dapat menyebabkan bau nafas, sakit telinga, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas dan mengorok pada waktu tidur sampai terjadi sleep apnea. Apnea adalah keadaan berhentinya aliran udara melalui hidung atau mulut akibat penutupan jalan nafas selama minimal 10 detik dan sindrom apnea terjadi minimal 30 kali selama 7 jam tidur, sehingga sleep apnea dapat juga terjadi pada pembesaran tonsil sedang. Gejala-gejala sumbatan umumnya menghilang atau berkurang setelah tonsilektomi. Abses peritonsil mempunyai kecenderungan besar untuk kambuh, sampai saat ini belum ada kesepakatan kapan tonsilektomi dilakukan 2
pada abses peritonsil. Jika ada abses peritonsil diperlukan antibiotik (biasanya penisilin) dan insisi serta drainase atau aspirasi nanah dan jika ada riwayat tonsilitis maka harus dipikirkan untuk tonsilektomi. Tonsilektomi dan adenoidektomi adalah pengangkatan tonsil dan struktur adenoid, bagian jaringan limfoid yang mengelilingi faring melalui pembedahan (Nettina, 2006). Pembedahan ini merupakan pembedahan minor, tetapi harus mempunyai ketrampilan dan ketelitian yang tinggi dari dokter ahli bedah. Di Amerika, tonsilektomi digolongkan operasi mayor karena kekhawatiran komplikasi, sedangkan di Indonesia tonsilektomi digolongkan operasi minor atau kecil karena durasi operasi pendek dan tidak sulit. Jika dalam satu atau dua tahun terjadi 3 hingga 4 periode tonsilitis atau pharingitis maka harus dilakukan pembedahan agar tidak terjadi infeksi dan penyumbatan pada jalan nafas atas (Reeves, 2001). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengetahui lebih banyak tentang tonsilitis dan bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan tonsilitis. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum 3
Setelah menyelesaikan laporan tonsilitis diharapkan mengetahui gambaran pengelolaan dengan tonsilitis serta mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan anak dengan tonsilitis. 2. Tujuan khusus Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan penulis mampu: a. Mampu menjelaskan tinjauan teori tentang tonsilitis. b. Mampu menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada An. K dengan Tonsilitis Kronik dan Post Tonsilektomi. c. Mampu menggambarkan masalah-masalah keperawatan yang timbul pada An. K dengan Tonsilitis Kronik dan Post Tonsilektomi. d. Mampu menggambarkan alternatif pemecahan masalah keperawatan yang timbul pada An. K dengan Tonsilitis Kronik dan Post Tonsilektomi. C. Metode Penulisan Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian yang dilaksanakan dengan cara: 4
1. Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab dengan klien, keluarga, perawat, dokter serta tim kesehatan lain tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. 2. Observasi partisipasi aktif Observasi partisipasi aktif yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dengan ikut berperan secara aktif dalam pengelolaan klien. Observasi dilakukan pada saat pengkajian sampai evaluasi. 3. Dokumentasi Studi dokumentasi adalah metode untuk mengungkapkan kebenaran mengenai suatu kejadian atau proses yang terjadi pada masa lampau, dengan cara mempelajari catatan keperawatan maupun catatan medis yang berkaitan dengan klien kelolaan. 4. Literatur 5
Dengan mempelajari buku-buku medis maupun dari internet serta jurnal keperawatan yang membahas masalah yang berhubungan dengan penulisan karya tulis ilmiah ini, sehingga mendapat data teoritis. D. Sistematika Penulisan Sistematika penyusunan yang digunakan dalam penulisan laporan ini terdiri atas 5 (lima) bab. Bab Satu yaitu Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab Dua, Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, tumbuh kembang anak, dampak hospitalisasi pada anak, penatalaksanaan, pengkajian fokus, pathways keperawatan, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan rasional. Bab Tiga yaitu Tinjauan Kasus yang melaporkan hasil pengelolaan klien An. K dengan diagnosa medis tonsilitis kronik di RSUD Tugurejo Semarang selama tiga hari yang meliputi tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab Empat yaitu Pembahasan menjawab tujuan penulisan atau bagaimana tujuan tercapai dan sesuai atau tidak antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus. Bab Lima yaitu penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran memaparkan rangkuman dari hasil pembahasan pada pengelolaan kasus serta saran. 6
Daftar pustaka Lampiran (Doenges, 2000) 7