Lampiran 1 Sinopsis Seorang pengarang muda yang bernama Ishak mempunyai pacar atau tunangan yang bernama Satilawati. Namun, kisah cinta mereka sempat terputus. Yang menjadi sebab pertama ialah Ishak sang pengarang muda mengalami depresi hebat. Dia menganggap dirinya sendiri gila. Hal ini diakibatkan pula karena Ishak dipengaruhi oleh temannya Kartili yaitu seorang Dokter yang selalu mengatakan bahwa Kartili mempunyai leluhur yang gila. Selain itu Kartili sering menceritakan bahwa karya-karya Ishak tidak baik sehingga selalu menorehkan kecaman dari berbagai orang. Selain itu, tekanan yang dialami Ishak diakibatkan juga oleh ayahnya Satilawati yang bernama Suksoro yaitu seorang pengarang kolot. Dia sangat mengecam karya-karya ishak yang keluar dari jalur kepengarangan sebelumnya. Ishak dianggap menyalahi keberterimaan karya sastra pada saat itu dan dianggap telah melangkahi para penyair kolot. Hal ini berdampak pada hubungan Ishak dan satilawati yang ditentang keras oleh Suksoro. Namun, meskipun begitu ada teman Ishak yang membantu menyatukan kembali Ishak dan Satilawati yaitu Asmadiputera. Selain Asmadiputera, ada juga perempuan tua yaitu neneknya Satilawati seorang dukun yang diutus oleh Suksoro untuk menjauhkan Ishak dan satilawati, namun justru nanti akan mendukung kisah cinta Ishak dan Satilawati. Di akhir cerita akan ketahuan kejahatan yang dimunculkan oleh Kartili seorang dokter sekaligus teman Ishak yang ternyata juga menaruh hati pada satilawati. ia menjalankan berbagai makar untuk memisahkan keduanya. Salah satunya dengan memberikan obat dan merasuki pikiran ishak sehingga ishak semakin depresi. Di akhir cerita pula akan ketahuan sebuah kedok bahwa Kartili telah bekeluarga dan ia pun sering mencatut (korupsi) obat-obatan. Di akhir cerita Kartili sang penjahat menjadi gila. Dan, kejahatan memang membalas dendam.
Lampiran 2 RANCANGAN SKRIPSI ABSTRAK PRAKATA DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian 1.4.2 Manfaat Penelitian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.2 Landasan Teori 2.3 Tinjauan Pustaka BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Pengumpulan Data 3.1.1 Metode Penelitian 3.1.2 Bahan Analisis BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Unsur-Unsur Intrinsik dalam Drama Kejahatan Membalas Dendam 4.2 Keadaan Psikologis setiap tokoh dalam Drama Kejahatan Membalas Dendam
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Lampiran 3 2.1.3 Data Awal Dalam drama Kejahatan Membalas Dendam ini terdapat enam tokoh, yaitu : ISHAK = Pengarang muda SATILAWATI = Kekasih Ishak KARTILI = Dokter, Sahabat Ishak ASMADIPUTERA = Meester in de rechten, Teman Ishak SUKROSO = Pengarang kolot, Ayah Satiliwati = Nenek Satilawati Dari beberapa dialog, peneliti menemukan bahwa setiap tokoh mengalami kegelisahan dalam jiwanya. Dari perckapannya dengan tokoh-tokoh lain menggambarkan bahwa jiwanya sangat gelisah. Berikut adalah beberapa dialog yang menggambarkan kegelisahan hati tokoh utama : ISHAK : Engkau perlu rupanya. Sebentar ini aku baru katakan. Aku cinta kepadamu dan aku akan pergi. SATILAWATI : Engkau menybutkan cinta dan pergi itu satu nafas saja. Seakan-akan ada hubungannya antara kedua itu. SATILAWATI : (berontak) Tapi itu aku tidak mau, tidak bisa. Engkau boleh pergi sekarang, tapi lekas kembali. Aku tetap menungggu engkau. ISHAK : jangan berkata bagitu, Satilawati. Hatiku bertambah rusak pergi ini. Lepas aku, seperti melepaskan burung dari sangkar. Banyak orang yang akan mau lagi dengan engkau. SATILAWATI : Engkau pengarang pengecut! ISHAK : (terkejut) Mengapa?...(mengeluh)Ah, engkau juga!
SATILAWATI : Pengecut. Sedikit diserang kritik orang engkau hendak melarikan diri. Untuk menjaga nama, supaya jangan merosot. Aku sudah maklum. ISHAK : (sambil menunjuk ke kanan). Pergi dari padaku. Engkau pun boleh memusuhi aku. Untuk cita-cita aku bersedia mengurbankan segalanya. Juga cintaku. Ishak). : (bergerak, bangun duduk diatas balai-balai memperhatikan ISHAK : (menoleh kebelakang, pandangan mereka bertemu, Ishak tersenyum. Memandang jauh kembali). Aku sehat. Aku sehat. : (girang berdiri, berjalan arah Ishak). ISHAK : Dengar, dengarlah petani bernyanyi pergi ke sawah. : Senang hatimu, Nak? ISHAK : Mereka bernyanyi. Tapi suara mereka tidak lepas keluarnya. Rasa mereka bersedih. : Mereka senang hatinya, Nak. Pekerjaan yang terberat telah selesai. Akan tiba waktu menyabit. Seminggu lagi. ISHAK : (berontak) Tidak, tidak, mereka tidak bersenang, mereka bersedih. Padi menguningdan mereka bersedih. Heran. SUKROSO : tapi, biar bagaimana juga orang berdua itu harus dipisahkan. Harus, harus, bi. Tolonglah aku sekali ini, bi. : (marah berdiri) Jangan engkau pandai pula memaksa aku, Sukroso. Aku akan merusakkan cucuku, seperti berpuluh-puluh gadis yang telah aku rusakka? Tidak, sekali ini aku selidiki dulu, dan jika dapat sekali ini aku hendak membangunkan, ya membangunkan, (menjinjing koper kecil itu lalu berjalan tergesa-gesa ke kanan diikuti Sukroso). (2001 : 33)
SUKROSO : (bertambah marah) Harus, kataku! Kalau tidak : Kalau tidak? SUKROSO : Bibi akan kuadukan kepada polisi! : Aku tidak takut, aku tidak bersalah. SUKROSO : (mengejek) Tidak bersalah? Aku tahu rahasia Bibi. Bibi menjual padi kepasar gelap! : Engkau tahu, dimana letak kelemahanku. Silakan, Sukroso. Adukanlah kepada polisi. Jangan engkau menghendaki yang bukan-bukan daripadaku. Bahkan sekarang ini telah kuputuskan, hendak menolong mereka. Dan aku dapat menolong. SUKROSO : (dengan suara keras) Pergi dari sini! Aku akan mencari dukun lain! : Engkau tiada berhati! (berdiri) Anakmu sendiri hendak engkau celakakan. Hatimu busuk! Engkau hanya memikirkan dirimu sendiri. Karena bencimu kepada Ishak itu engkau hendak mencelakakan anakmu. SUKROSO : Aku tidak perlu mendengarkan perkataan Bibi lagi. Pergilah hari ini juga. Aku akan mencari dukun lain. : (hendak pergi) Carilah dukun lain itu. Aku akan bertempur dengan dukunmu itu. Untuk cucuku! (dengan gagah ke luar) Kartili : (mengambil segumpal uang kertas, meletakkannya di atas meja). Aku sedang dlam bahaya. Rahasiaku akan di buka oleh teman sejawatku. Perempuan Tua : Rahasia apa? Kartili :Adalah suatu rahasia. Perempuan Tua : kalau berahasia pula kepadaku, aku tidak bisa menolong. KARTILI : Rahasia bahwa aku ada beristri di desa. PERMPUAN TUA : Jadi apa yang tuan minta kepadaku? KARTILI : Supaya rahasia itu jangan terbuka. Supaya orang itu... : Dibinasakan. Aku telah mengerti. Coba aku selidiki sebentar (keluar, masuk lagi dengan semangkuk kopi. Memberikan semangkuk kepada Kartili). Minumlah ini sampai habis. (2001:56)