BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan selalu diarahkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pemimpin dalam sebuah perusashaan atau manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dengan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lurus dengan risiko yang diperoleh. Return setiap jenis asset akan dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dalam jangka panjang. Melalui penjualan barang dan jasa kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kinerja dari perusahaan itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang belum memiliki rumah. Disisi lain pemerintah juga sulit untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. efektif, efisien, berhati-hati dalam melakukan pengambilan keputusan. Pengambilan

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. yang masih belum stabil mempengaruhi kondisi perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dewasa ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menghadapi persaingan dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi yang begitu cepat membuat masyarakat lebih kritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup bagus dan cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu target

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus mengikuti perkembangan usahanya. Begitu juga dengan setiap

UKDW BAB I PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk penggalangan dana publik. Bagi investor, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998). Besarnya laba digunakan

BAB I PENDAHULUAN. mahal, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang terus meningkat sehingga

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. usaha berlomba-lomba untuk meningkatkan usahanya, salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang diperoleh atas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian, memacu perusahaan untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kelangsungan hidup (going concern), dan pertumbuhan (growth). Oleh

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam masa pembangunan seperti sekarang ini, persaingan usaha di berbagai sektor semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pada saat ini membuat dunia usaha mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: AYU ASTREA NINGSIH B.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan selalu diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama perusahaan menurut Brigham dan Houston (2009) adalah untuk memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemilik perusahaan (stakeholder). Salah satu cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan meningkatkan profitabilitas perusahaan tersebut. Profitabilitas atau kemampulabaan sangat penting bagi suatu perusahaan. Profitabilitas menunjukkan keunggulan perusahaan dalam persaingan bisnis. Semakin tinggi tingkat profitabilitas maka kinerja perusahaan semakin baik. Laba merupakan hasil yang diperoleh perusahaan atau aktivitas yang dilakukan perusahaan pada periode tertentu. Dengan adanya laba yang di peroleh maka perusahaan mendapatkan biaya dalam upaya pengembangan dan pelaksanaan aktivitas perusahaan. Perkembangan pada persaingan yang sangat ketat, menyebabkan keunggulan kompetitif telah berkembang dan melibatkan pada pentingnya kinerja keuangan perusahaan. Oleh karena itu sangat penting untuk lebih mendalami studi mengenai kinerja keuangan perusahaan. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas (profitability ratio) akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi (Brigham dan 1

2 Houston, 2009:107). Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan (profitabilitas penjualan) dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi (profitabilitas investasi). Profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi dalam penelitian ini menggunakan rasio Return on Assets (ROA). ROA sering disebut juga dengan ROI (Return on Investment). ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Setiap perusahaan melakukan aktivitas produksi barang atau jasa, menjualnya, lalu memperoleh penghasilan. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari proses yang panjang tersebut. Kinerja perusahaan dapat bernilai positif atau negatif, tergantung bagaimana perusahaan dikelola. Informasi mengenai kinerja perusahaan tertuang dalam laporan keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan diukur secara periodik untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh para pemangku kepentingan (stakeholder). Hal ini dikarenakan perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi stakeholders-nya (Chariri dan Ghozali, 2007). Meskipun laba merupakan salah satu hal yang penting tapi tidak selamanya laba dapat diandalkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan faktor kondisi tertentu yang dialami perusahaan, seperti perusahaan mengalami kerugian atau tingkat aktivitas,

3 produktivitas dan potensial perusahaan tidak mencapai target. Untuk mengetahui perusahaan itu memiliki kinerja yang potensial atau baik dalam bidang finansialnya, salah satunya dilihat dari kondisi keuangan dalam sebuah perusahaan. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Mengetahui kondisi keuangan perusahaan merupakan salah satu hal yang penting, terutama bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan kelangsungan hidup perusahaan, misalnya investor, manajer, kreditor, pemerintah, serta masyarakat yang ingin memperoleh informasi mengenai perkembangan perusahaan terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan sebagai salah satu informasi untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan bagi pihak intern dan ekstern perusahaan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi kinerja perusahaan dapat dilakukan menggunakan analisis laporan keuangan. Dimana analisis laporan keuangan dapat dilakukan menggunakan rasio keuangan. Rasio-rasio yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas. Analisis rasio memungkinkan manajer keuangan dan pihak yang berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi keuangan akan menunjukkan sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Analisis rasio juga menghubungkan unsur-unsur rencana dan perhitungan laba rugi sehingga dapat menilai efektivitas dan efesiensi perusahaan.

4 Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax (NIAT) terhadap total aset. Menurut Subalno, (2009:42), ROA digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan-perusahaan multinasional, khususnya jika dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. ROA sering dipakai manajemen untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dan menilai kinerja operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan, disamping perlu mempertimbangkan masalah pembiayaan terhadap aktiva tersebut. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi, hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur industry barang konsumsi yang listing di BEI tahun 2012-2016.

5 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05-0.16 0.17 ROA 2012 ROA 2013 ROA 2014 0.14 0.11 ROA 2015 0.14 ROA 2016 AISA HMSP PYFA RATA-RATA Sumber : data diolah Gambar 1.1 Grafik Return On Asset pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi di BEI Tahun 2012-2016. Return On Asset menjelaskan tentang hasil yang didapatkan dari investasi yang dilakukan perusahaan pada total aktiva. Berdasarkan gambar grafik 1.1 merupakan perhitungan Return On Asset per tahun 2012-2016 pada tiga perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, Handjaya Mandala Sampoerna Tbk, dan Pyridam Farma Tbk. Dari grafik diatas rasio profitabilitas yang diproksikan dengan ROA menunjukkan nilai ROA yang berfluktuatif (naik-turun). Rata-rata ROA pada tahun 2012 sebesar 0,16. Kemudian pada tahun 2013 menurun menjadi 0,17. Namun tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 0,14. Pada tahun 2015 kembali mengalami penurunan menjadi 0,11. Dan tahun 2016 meningkat menjadi 0,14. Penurunan kinerja keuangan dapat memberikan indikasi negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.

6 Untuk menghasilkan keuntungan, perusahaan melakukan aktivitas penjualan. Supaya tersedia produk untuk dijual, perusahaan melakukan aktivitas produksi. Terdapat empat faktor produksi utama yang sering dikenal dengan 4M (man, machine, material, money). Man merujuk pada sumber daya manusia dalam perusahaan, machine merujuk pada mesin atau peralatan yang digunakan sebagi penunjang efisiensi kegiatan perusahaan, material merujuk pada bahan baku yang akan diolah menjadi produk jadi, dan money (uang) merujuk pada modal yang digunakan untuk pendanaan aktivitas perusahaan. Modal (uang) adalah faktor produksi yang sangat penting. Perusahaan harus memiliki modal yang cukup untuk menggaji karyawan, membeli mesin produksi, membeli bahan baku, dan membayar berbagai biaya lainnya. Modal diinvestasikan dengan tujuan untuk menciptakan keuntungan dan menambah kekayaan bagi pemilik perusahaan. Supaya dapat memperoleh tingkat keuntungan yang diharapkan, diperlukan pengelolaan modal yang baik. Manajer memegang peranan penting dalam pengelolaan modal perusahaan. Modal merupakan sumber dana untuk menjalankan perusahaan. Setiap perusahaan tentu diharapkan dapat terjaga kontinuitas usahanya, sehingga manajer harus pandai memilih pendanaan yang tepat. Sumber pendanaan perusahaan dapat berasal dari modal sendiri (ekuitas) atau pinjaman (utang). Pendanaan ekuitas dapat berasal dari laba ditahan dan saham. Laba ditahan merupakan bagian dari laba bersih perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai dividen, tetapi diakumulasikan sebagai bagian dari ekuitas. Perusahaan juga dapat memperoleh tambahan dana dari hasil penjualan saham

7 kepada investor, dengan syarat perusahaan tersebut sudah go public. Sementara itu, pendanaan utang dapat berasal dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Utang jangka pendek dapat berupa kredit jangka pendek, utang dagang, utang gaji, dan utang bunga. Utang jangka panjang dapat berupa kredit jangka panjang, utang obligasi, utang hipotik, utang wesel, atau utang sewa. Struktur modal merupakan komposisi pendanaan ekuitas dan pendanaan utang. Pilihan struktur modal dapat bervariasi pada masing-masing perusahaan. Pada periode awal berdirinya perusahaan, umumnya sumber pendanaan mengandalkan laba ditahan dan utang. Setelah perusahaan settled atau posisi perusahaan dalam industri sudah cukup kuat, biasanya pemilik usaha mulai berpikir untuk melakukan ekspansi bisnis. Pada saat tersebut perusahaan akan membutuhkan biaya ekspansi yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, pendanaan melalui penjualan saham dapat menjadi alternatif. Posisi pendanaan perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagian besar masih bertumpu pada kredit perbankan, meskipun pendanaan yang bersumber dari kredit perbankan ini sudah dianggap menjadi cara tradisional (Widoatmodjo, 2009). Pendanaan ekuitas maupun pendanaan utang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pendanaan yang berasal dari laba ditahan dianggap sebagai alternatif pendanaan yang paling mudah dan murah, namun jumlahnya terbatas dan dapat mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Pendanaan utang dapat menjadi alternatif di saat laba ditahan tidak mencukupi untuk membiayai aktivitas perusahaan. Biaya modal utang

8 relatif lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham. Namun demikian, pendanaan utang mewajibkan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman, apapun kondisi perusahaan, baik ketika perusahaan sedang untung maupun rugi. Pendanaan dari penjualan saham juga dapat menjadi alternatif di saat perusahaan membutuhkan dana yang relatif besar, terutama apabila perusahaan memiliki rencana ekspansi. Namun konsekuensinya pemilik perusahaan akan kehilangan sebagian dari proporsi kepemilikannya. Oleh karena hal-hal di atas, diperlukan manajer yang cermat untuk menentukan struktur modal yang optimal, sehingga kinerja perusahaan dapat dimaksimalkan. Pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan telah menjadi perdebatan panjang dalam berbagai literatur akuntansi. Terdapat berbagai teori yang menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan. Sejumlah penelitian yang menguji pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan telah dilakukan dan menampakkan hasil yang berbeda-beda. Rasio solvabilitas berkaitan dengan pendanaan eksternal yaitu sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang atau pengungkit keuangan (financial leverage). Leverage keuangan dapat menjadi pisau bermata dua. Dalam keadaan normal, perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau leverage. Pada masa resesi, penjualan menjadi lebih rendah dan biaya-biaya lebih tinggi dari yang diharapkan, maka tingkat pengembalian ekuitas perusahaan yang leveraged akan

9 turun sangat tajam, dan terjadi kerugian. Sementara itu, perusahaan yang bebas utang akan masih mendapatkan keuntungan. Menurut Brealey, et.all (2008:75), rasio solvabilitas yang aman digunakan adalah rasio hutang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER). Hubungan antara hutang dengan ekuitas sering digunakan untuk meneliti masalah pembiayaan (rasio hutang) (Keown, et.all, 2008:121). Semakin tinggi DER maka semakin besar risiko yang dihadapi dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva (Sartono, 2001:121). DER akan berbeda tergantung pada sifat bisnis dan variabilitas arus kas. Perbandingan DER untuk suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang hamper sama memberi kita indikasi umum tentang nilai kredit dan risiko keuangan dari perusahaan itu sendiri (Brigham dan Houston, 2009:209). Perusahaan-perusahaan yang memiliki rasio utang relatif tinggi, akan memiliki ekspektasi pengembalian yang juga lebih tinggi ketika perekonomian sedang berada dalam keadaan normal, namun memiliki risiko kerugian ketika ekonomi mengalami masa resesi. Oleh sebab itu, keputusan akan penggunaan utang mengharuskan perusahaan menyeimbangkan tingkat ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang meningkat (Brigham & Houston; 2006). Leverage berarti penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan profitabilitas (Van Home; 2005). Oleh karena itu rasio leverage

10 yaitu rasio utang terhadap modal sendiri (Debt to Equity Ratio) digunakan sebagai variabel untuk menguji pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan. 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 - DER 2012 0.76 DER 2013 0.81 DER 2014 0.98 0.98 DER 2015 DER 2016 0.68 AISA HMSP PYFA RATA-RATA Sumber : data diolah Gambar 1.2 Grafik Debt to Equity Ratio pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi di BEI Tahun 2012-2016. Berikut ini gambar 1.2 Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Manufaktur yang bergerak dalam bidang industri barang konsumsi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Menunjukkan rata-rata sampel debt to equity ratio perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang mengalami fluktuatif setiap tahunnya dari rata-rata penggunaan hutang sebesar 0,76 pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 berada pada titik 0,81 dan meningkat kembali menjadi 0,98 di tahun 2014 yang stabil hingga tahun 2015 dan mengalami penurunan di tahun 2016 pada titik 0,68. Aktivitas operasi perusahaan membutuhkan investasi, baik untuk aset yang bersifat jangka pendek (inventory and account receivable) maupun jangka

11 panjang (property, plan, and equipment). Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan (baik untuk kegiatan operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk meningkatkan penjualan akan membutuhkan tambahan aset. Rasio aktivitas memungkinkan para analis menduga kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan aset yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhannya. Dalam penelitian ini, rasio aktivitas yang digunakan ialah total perputaran aset (total asset turnover). Total assets turnover mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Ukuran penggunaan aset paling relevan adalah penjualan, karena penjualan penting bagi laba. Total assets turnover atau investment turnover (TAT atau ITO), merupakan rasio antara jumlah asset yang digunakan dengan jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tertentu. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aset telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aset berputar dalam periode tertentu. Rasio perputaran merupakan rasio dimana penjualan dibagi dengan aset. Sesuai namanya, rasio ini menunjukkan berapa kali pos tersebut berputar sepanjang tahun. Rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya berupa asset. Dan semakin tinggi rasio ini semakin efisien penggunaan asset dan semakin cepat

12 pengembalian dana dalam bentuk kas (Abdul Halim, 2007). Sebagai contoh, toko penjual makanan mempunyai tingkat turnover yang jauh lebih tinggi daripada pabrik pembuat pesawat terbang. Sama seperti rasio yang lain, adalah penting untuk membandingkan rasio ini dengan rasio dari perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri yang sama (Ang, 1997). Sehingga variabel ini juga digunakan untuk menguji pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan. Berikut ini gambar 1.3 Total Asset Turnover (TATO) perusahaan Manufaktur yang bergerak dalam bidang industri barang konsumsi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Dimana grafik dibawah ini menunjukkan nilai rata-rata TATO juga berfluktuatif. Fenomena TATO pada tahun 2012 sebesar 1,50 kemudian meningkat di tahun 2013 sebesar 1,52 dan pada tahun 2014 sebesar 1,55 di tahun 2015 meningkat menjadi sebesar 1,61. Pada tahun 2016 menurun menjadi sebesar 1,46. 3.00 2.50 2.00 1.50 1.50 1.52 1.55 1.61 1.46 AISA HMSP 1.00 PYFA 0.50 RATA-RATA - TATO 2012 TATO 2013 TATO 2014 TATO 2015 TATO 2016 Sumber : data diolah Gambar 1.3 Grafik Total Asset Turnover pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi di BEI Tahun 2012-2016.

13 Perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur membutuhkan pengelolaan terhadap modal kerja secara lebih efesien. Hal ini karena aktiva lancar perusahaan manufaktur biasa menggunakan lebih dari separuh total aktivanya. Tingkat aktiva lancar yang berlebih dapat dengan mudah membuat perusahaan merealisasi pengembalian atas investasi (ROI) yang rendah. Akan tetapi, perusahaan dengan jumlah aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat mengalami kekurangan dan kesulitan dalam mempertahankan operasi yang lancar (Van Home dan Wachowicz, 2009:308). Untuk itu mengetahui seberapa besar modal kerja yang dialokasikan perusahaan untuk operasi perusahaan, dapat digunakan rasio lancar atau yang lebih dikenal dengan current ratio. Rasio lancar (current ratio) dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, oleh karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang (Brigham dan Houston, 2010:134-135). Menurut Sartono (2001:206), semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan aktiva lancar yang menganggur. Jadi hal tersebut tidak baik bagi profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Hanafi

14 dan Halim, 2003:54). Current ratio yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitas. Likuiditas suatu perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio lancar (current ratio) merupakan indikator terbaik sampai sejauh mana klaim dari kreditur jangka pendek telah ditutup oleh aktiva-aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup cepat, rasio ini merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering digunakan (Brigham & Houston; 2006). Oleh karena itu, dalam penelitian ini current ratio digunakan sebagai variabel untuk menguji pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan. Berikut ini gambar 1.4 rata-rata Current Ratio yang bergerak dalam perusahaan manufaktur bidang industri barang konsumsi berfluktuatif pada tahun 2012 sebesar 2,06 dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 1,82. Kemudian pada tahun 2014 sebesar 1,68 dan meningkat di tahun 2015 menjadi sebesar 1,94. Pada tahun 2016 mencapai tingkat tertinggi sebesar 3,39.

15 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 2.06 1.82 1.68 1.94 3.39 AISA HMSP PYFA RATA-RATA 1.00 - CR 2012 CR 2013 CR 2014 CR 2015 CR 2016 Sumber : data diolah Gambar 1.4 Grafik Current Ratio pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi di BEI Tahun 2012-2016. Keberlangsungan sebuah perusahaan ditentukan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah lingkungan eksternal. Kondisi perekonomian secara makro merupakan unsur dari lingkungan eksternal tersebut. Kajian ekonomi makro meliputi nilai tukar mata uang, inflasi, dan suku bunga acuan. Peristiwa perekonomian secara makro tersebut sedemikian rupa akan mempengaruhi proses dan keberlanjutan sebuah perusahaan. Tingkat inflasi akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Tingginya tingkat inflasi dapat membuat pendapatan rill masyarakat (konsumen) menurun dan akan mengurangi daya beli. Sebaliknya, apabila tingkat inflasi rendah maka daya beli konsumen akan meningkat. Daya beli konsumen terhadap barang dan jasa akan sangat mempengaruhi profitabilitas sebuah perusahaan. Misalnya, apabila daya beli konsumen terhadap barang konsumsi

16 diprediksi meningkat, perusahaan akan menjual lebih banyak produk barang konsumsi yang secara otomatis akan meningkatkan laba. INFLASI 10 8 6 4 2 0 8.38 8.36 3.79 4.3 3.35 3.02 2011 2012 2013 2014 2015 2016 INFLASI Sumber : Badan Pusat Statistik Gambar 1.5 Tingkat Inflasi yang mengindikasikan Daya Beli Masyarakat Hubungan antara variabel current ratio, debt to equity ratio dan total asset turnover terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi menunjukkan fenomena yang berbeda. Hal tersebut juga didukung adanya hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan beberapa research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap return on asset, yaitu: 1. Current Ratio (CR) Peningkatan Current Ratio (CR) akan berdampak pada meningkatnya profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah hubungan antara Current Ratio (CR) dan profitabilitas adalah positif. (Claudia Yuke Kartika Sefiani, 2015). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sefty Setyafani

17 Sansasilia (2015) mengatakan bahwa current rasio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on asset. 2. Debt to Equity Ratio Variabel DER berpengaruh signifikan secara positif terhadap ROA, artinya setiap peningkatan rasio debt to equity ratio akan menambah rasio retun on asset (Bony Feryanto Maryono, 2014). Sementara menurut hasil penelitian Diantik Herwidy (2014) Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Return on Investment. 3. Total Asset Turnover Penelitian yang dilakukan oleh Sarbini (2015) yang menyatakan bahwa Total Assets Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Elyas Setiawan (2015) Total Asset Turnover (TATO) tidak berpengaruh signifikan terhadap Retun On Asset (ROA) Berdasarkan fenomena gap dan research gap sebagaimana dijelaskan diatas, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui pengaruh current ratio, debt to equity ratio dan total asset turnover terhadap return on asset terutama pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012-2016. Alasan dilakukan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengelolaan struktur modal, pertumbuhan penjualan, dan perputaran asset perusahaan manufaktur, juga menguji kembali pengaruh variabel tersebut terhadap profitabilitas yang telah

18 dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena pada perusahaan manufaktur merupakan perusahaan dengan skala produksi yang besar dan mempunyai volume perdagangan yang besar atau mempunyai potensi dalam mengembangkan produknya secara lebih cepat yaitu dengan melakukan berbagai inovasi dan membutuhkan modal atau dana yang besar untuk mengembangkan produknya serta cenderung mempunyai ekspansi pasar yang lebih luas dibandingkan perusahaan non manufaktur atau perusahaan jasa. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan penelitian dengan judul Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover Terhadap Return On Asset. 1.2 Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi permasalahanpermasalahan sebagai berikut : 1. Kinerja perusahaan yang naik turun yang memberikan indikasi negatif mengenai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. 2. Adanya tingkat persaingan bisnis pada perusahaan manufaktur industri barang konsumsi yang cukup tinggi, sehingga diharuskan untuk meningkatkan kinerja. 3. Perusahaan dalam memperoleh tingkat pengembalian atas investasi yang belum optimal.

19 4. Laporan keuangan merupakan suatu dasar untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. 1.3 Perumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) secara simultan terhadap Return On Asset (ROA) pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi tahun 2012-2016? 2. Apakah terdapat pengaruh Current Ratio (CR) secara parsial terhadap Return On Asset (ROA) pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi tahun 2012-2016? 3. Apakah terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial terhadap Return On Asset (ROA) pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi tahun 2012-2016? 4. Apakah terdapat pengaruh Total Asset Turnover (TATO) secara parsial terhadap Return On Asset (ROA) pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi tahun 2012-2016?

20 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisa pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap Return On Asset (ROA) secara simultan, pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. 2. Untuk menganalisa pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return On Asset (ROA) secara parsial, pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. 3. Untuk menganalisa pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return On Asset (ROA) secara parsial, pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. 4. Untuk menganalisa pengaruh Total Asset Turnover (TATO) terhadap Return On Asset (ROA) secara parsial, pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan Go Public khususnya perusahaan manufaktur industri barang konsumsi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi pemikiran pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga dapat digunakan sebagai alat

21 ukur dalam menilai kinerja keuangan dan dapat dijadikan masukan bagi manajemen dalam memperbaiki kinerja keuangan dimasa yang akan datang. 2. Bagi investor hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi pengetahuan dan rujukan bagi investor yang dapat membantu dalam melakukan analisis untuk pengambilan keputusan investasi pada Perusahaan Manufaktur Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Bagi akademis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi dan mengembangkan penelitian akuntansi. 4. Bagi peneliti sebagai sarana yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta untuk mengetahui dan membandingkan teori yang telah didapat selama kuliah dan praktek yang terjadi dilapangan.