1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, nomor ini juga menjadi salah satu materi kuliah atletik pada Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. Sebagai salah satu materi kuliah, lompat jangkit ini wajib ditempuh dan dikuasai oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Secara teknis nomor lompat jangkit ini relatif lebih sulit dibandingkan dengan nomor lompat lainnya, seperti lompat jauh dan lompat tinggi. Menurut Joo Ho Song dan Jae Kyun Ryu (2011 : 488) lompat jangkit atau triple jump merupakan salah satu nomor atletik yang lebih kompleks atau rumit dibanding nomor lainnya dalam cabang olahraga atletik. Dikatakan kompleks karena rangkaian gerakan lompat jangkit pada fase awalan terdiri dari empat fase gerakan, yaitu diawali lari, jingkat, langkah, dan lompat. Karena tingkat kesulitan yang relatif lebih tinggi dibanding nomor lainnya, maka tidak banyak atlet yang menekuni nomor lompat jangkit ini. Secara nasional, prestasi untuk nomor lompat jangkit ini juga tidak begitu menggembirakan. Prestasi nasional dapat dikatakan mengalami stagnasi. 1
2 Indikator yang mudah dan sederhana adalah jarangnya rekor nasional terpecahkan pada setiap kejuaraan atletik, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Rekor nasional lompat jangkit putra tercatat 15,53 meter atas nama Mohammad Mochtar (Engkos Kosasih, 1994 : 235). Rekor ini diciptakan pada tahun 1981 di Jakarta. Kalau dihitung sampai tahun 2012 ini maka rekor tersebut sudah bertahan selama tiga puluh satu tahun. Lambatnya peningkatan prestasi tingkat nasional mungkin disebabkan, minimnya atlet yang menekuni nomor ini, dan masih minimnya kajian dan penelitian ilmiah pada nomor lompat jangkit ini. Kalaupun sudah ada data penelitian, masih banyak pelatih yang enggan menggunakan dan menerapkan hasil penelitian. Kondisi yang sebaliknya terjadi pada negara-negara maju, terutama di Eropa dan Amerika. Hal ini antara lain ditunjang oleh kemajuan teknologi dan adanya budaya meneliti. Pesatnya perkembangan pencapaian prestasi dalam olahraga, khususnya dalam cabang atletik tidak terlepas dari berbagai faktor yang dapat memacu perkembangan prestasi dalam olahraga diantaranya adalah adanya peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga. Peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut dapat dicapai dengan penerapan berbagai disiplin ilmu dan teknologi yang terkait dalam pelatihan dan pembinaan olahraga. Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga, harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang terkait. Berbagai ilmu yang terkait dalam olahraga dan kesehatan olahraga, menurut Nossek J. (1995 : 1) antara lain adalah fisiologi latihan, biomekanik olahraga, paedagogi dibidang olahraga, sosiologi olahraga, psikologi olahraga dan
3 kesehatan olahraga. Pendapat lain yaitu Pate R., Clenaghan M.B. (1993:3) berbagai ilmu yang berkaitan olahraga antara lain adalah psikologi olahraga, biomekanika, dan fisiologi latihan. Dengan dukungan dari berbagai disiplin ilmu tersebut akan dapat dikembangkan teori latihan yang baik, sehingga prestasi olahraga dapat ditingkatkan dengan baik. Pencapaian prestasi tersebut tidak terlepas dari dukungan masyarakat dan insan olahraga serta para pakar di bidang olahraga. Prestasi atletik tidak dapat dicapai dengan spekulatif, tetapi pembinaan prestasi harus melalui latihan secara intensif dengan program latihan yang benar, teratur dan terukur. Disamping itu harus memperhatikan faktor-faktor pendukung pencapaian prestasi. Setiap prestasi muncul karena dukungan dari berbagai faktor. Dalam atletik antara lain sebagai berikut: (1) bakat, (2) bentuk gerakan dan latihan, (3) tingkat perkembangan faktor prestasi dan sifat-sifat yang berdaya gerak (tenaga, stamina, kecepatan, kelincahan, dan keterampilan), (4) niat dan kemauan. (Ben art Gunter. 1993 : 10) Dalam pembinaan cabang olahraga atletik sebaiknya faktor-faktor tersebut dimiliki oleh setiap atlet, karena faktor tersebut merupakan dasar utama untuk keberhasilan dalam pembinaan atlet meraih prestasi maksimal. Menurut M. Sajoto.(1988:7) Pengembangan fakto-faktor lain yang mendukung dalam pelatihan, misalnya faktor fisik, teknik, taktik, mental dan kematangan juara, hal ini berarti keberadaan fisik yang baik merupakan modal utama bagi atlet dalam meraih prestasi. Menurut M. Sajoto (2002:8), mengatakan bahwa: Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang
4 tidak dapat dipisah-pisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya dalam usaha pengembangan kondisi fisik maka seluruhnya komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk apa keperluan atau status yang dibutuhkan. Kondisi fisik tersebut antara lain: kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, kelentukan, klincahan, keseimbangan, ketepatan, reaksi (M. Sajoto.2002:8). Agar kondisi fisik selalu stabil, atlet harus sadar dan disiplin dalam melakukan latihan serta menjalankan program yang telah ditetapkan pelatih. Dukungan fisik yang baik akan meningkatkan prestasi seseorang atlet bila program yang diberikan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Latihan yang dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus mengembangkan komponen-komponen yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga atletik, dalam penelitian ini khususnya nomor lompat jangkit. Selain itu untuk mencapai prestasi dalam cabang olahraga atletik, khususnya nomor lompat jangkit diperlukan berbagai pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat mengenai faktor-faktor yang menentukan dan menunjang prestasi lompat jangkit. Faktor-faktor penunjang dalam prestasi lompat jangkit tersebut di antaranya adalah motode latihan, kondisi fisik (biomotorik), dan ukuran anthropometris, tinggi badan dan panjang tungkai. Menentukan metode latihan yang sesuai dengan tujuan latihan dalam program latihan yang konstruktif dan sistimatik bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, banyak hal yang perlu dipertimbangkan oleh seorang pelatih. Setiap
5 program latihan yang dibuat harus selalu mencakup faktor kondisi fisik, teknik, taktik, psikis dan persiapan teori (Bompa Tudor O., 1990:51). Pemilihan metode atau bentuk latihan pada unit latihan harus sesuai dengan kondisi atlet dan efek latihan yang diinginkan. Analisis dengan cermat yang dimaksudkan, karena setiap cabang olahraga mempunyai ciri dan sifat yang khas, sehingga analisis terhadap karakteristik cabang olahraga dari berbagai pendekatan sangat diperlukan pada penentuan metode latihan dalam menyusun suatu program latihan. Analisis tersebut bisa dilakukan melalui sifat-sifat fisiologis dari cabang olahraga tersebut untuk melihat kapasitas daya tahan aerobic dan anaerobiknya. Melalui pendekatan anatomi, misalnya penggunaan otot-otot dalam suatu gerak olahraga, melalui pendekatan biomekanik untuk mengetahui efisiensi keterampilan, pengaruh tenaga, kecepatan, akselerasi dan sebagainya, atau dapat juga ditinjau dari segi penggunaan sistim energi seperti pendapat Fox E.L, Mathew, DK (1998:171) bahwa: Latihan harus bersifat khusus ditujukan terhadap sistem energi yang digunakan dan khusus terhadap pola gerak yang sesuai dengan keterampilan olahraga tertentu. Oleh karena itu dengan analisa beberapa hal diatas serta mempertimbangkan faktorfaktor penentu dan penunjang diharapkan pelatih dapat lebih terarah untuk menentukan metode latihan dalam menyusun program latihan. Sudah dijelaskan diatas bahwa faktor ukuran anthropometris merupakan salah satu faktor penentu dan penunjang untuk mencapai prestasi yang optimal. Dalam olahraga lompat jangkit panjang tungkai merupakan salah satu komponen dari ukuran anthropometris yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam
6 pencapaian prestasi maksimal. Gerakan lompat jangkit meliputi gerakan jingkat, langkah, dan lompat. Dengan ukuran tungkai yang memadai serta ditunjang power tungkai yang bagus maka akan diperoleh keuntungan-keuntungan yang dapat prestasi lompatan yang lebih baik. Ukuran anthropometris perlu dipertimbangkan dalam setiap pemilihan calon atlet. Dalam nomor lompat jangkit, maka ukuran tungkai menjadi salah satu kondisi yang layak untuk dipertimbangkan, sesuai dengan karakteristik gerakan lompat jangkit. Selain itu, kondisi fisik (biomotor) seperti power tungkai menjadi salah satu faktor penentu prestasi lompat jangkit. Power tungkai dapat ditingkat melalui latihan, terutama latihan paliometrik. Teknik yang dimaksudkan adalah teknik dasar dalam olahraga lompat jangkit yaitu tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh pelompat dengan berkesinambungan dan terus menerus, antara lain 1). Tahap awalan (lari) 2). Tahap jingkat, langkah, dan tumpuan 3). Tahap saat di udara 4). Tahap mendarat (landing). Jadi bisa dikatakan bahwa teknik melompat dalam olahraga lompat jangkit sangat dipengaruhi oleh kualitas otot tungkai dari atlet, atau untuk dapat melakukan teknik melompat dengan baik diperlukan unsur kekuatan dan kecepatan (eksplosif power) dari sekelompok otot yang mendukung gerakan tersebut. Sekelompok otot yang paling dominan mendukung terhadap gerakan melompat dalam olahraga lompat jangkit. Menurut O.T. Lukman (1993:131) Secara anatomis kelompok yang paling banyak terlibat pada waktu menolak adalah otot panggul, lutut dan ekstensor pergelangan kaki dari tungkai kaki yang menolak. Oleh karena itu pemberian latihan yang diterapkan kepada atlet lompat
7 jangkit sangat tepat kalau mengutamakan pada otot tungkai, dengan tidak mengesampingkan otot-otot yang lain. Proses pelatihan dan pembinaan bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik dengan memepertimbangkan efisiensi waktu, teknik dan taktik, untuk itu perlu pemilihan dan pengembangan motode latihan. Melalui pemilihan dan pengembangan motode latihan yang tepat, diharapkan kualitas fisik dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya kualitas teknik dan psikis para pemain secara signifikan pada setiap akhir siklus makro yang dirancang. Banyak metode latihan untuk meningkatkan kondisi fisik atlek lompat jangkit, dalam penelitian ini penulis memilih salah satu jenis metode latihan untuk meningkatkan power otot tungkai (eksplosif power) dengan metode latihan plyometric. Dalam metode latihan plyometric, beban yang digunakan dalam latihan dengan menggunakan berat badan sendiri atau dengan menggunakan beberapa alat untuk meningkatkan rangsangan latihan. Bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan power otot tungkai dengan latihan plyometric menurut Bompa Tudor O. (1994 : 77) adalah melangkah, melompat, melayang, meloncat dengan menempuh jarak, skipping, mengayun dan memutar. Dengan latihan plyometric diperkirakan dapat menstimuli berbagai perubahan dalam sistem neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok-kelompok otot untuk memberikan respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plyometric adalah pengkondisian sistem neuromuskuler sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat. Dengan
8 mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini, maka kekuatan dan kecepatan dapat ditingkatkan. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan saat menumpu pada lompat jangkit dalam penelitian ini menggunakan latihan plyometric dengan bentuk latihan bounding, yaitu double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop untuk meningkatkan power otot tungkai. Peningkatan power otot tungkai diperlukan karena pada saat jingkat dan tumpuan melompat diperlukan kecepatan dan kekuatan yang akan menghasilkan efek lompatan maksimal. Ukuran tungkai layak dipertimbangkan sebagai salah satu penentu prestasi, karena ukuran tungkai yang panjang diyakini memberikan kontribusi yang besar terutama pada fase jingkat dan langkah. Aplikasi dari teori pelatihan sesuai dengan pendapat-pendapat diatas akan dicobakan pada penelitian ini. Dari pengalaman selama ini, dalam lingkup nasional, atlet lompat jangkit dari Surakarta belum mampu bersaing dengan atlet dari daerah lain. Bertolak dari kondisi tersebut maka dipandang perlu untuk diupayakan pemberian model latihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga stagnasi prestasi dapat diatasi. Banyak bentuk-bentuk latihan yang digunakan untuk meningkatkan kondisi fisik atlet yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi dari atlet tersebut. Pada penelitian ini atlet akan diberikan perlakuan metode latihan plyometric dengan bentuk latihan double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop. Metode latihan plyometric dengan bentuk latihan double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop dalam pelaksanaannya menggunakan fleksi tungkai penuh, hal ini merupakan latihan yang sangat baik
9 untuk aktivitas langkah lebar yang melibatkan otot-otot gluteal, gastrocnemius, quadriceps, hamstrings, dan fleksor pinggul. Latihan ini juga melibatkan otot-otot punggung bagian bawah, perut, dan shoulder girdle. Perbedaan yang ekstrim latihan double leg bound, alternate leg boiund, dan incrimental vertical hop pada saat tumpuan menggunakan dua kaki dan satu kaki, serta adanya peralatan yang harus dilewati pada incrimental vertical hop. Pada proses pelatihan dan pembinaan jangka panjang khususnya pada kemampuan fisik atlet juga akan berdampak positif terhadap peningkatan kepercayaan diri dengan kondisi fisik yang dimiliki. Apabila latihan plyometric double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop tersebut dapat meningkatkan power otot tungkai, maka bentuk latihan tersebut dapat digunakan khususnya pada atlet lompat jangkit, dan secara tidak langsung juga dapat memberi wacana baru tentang metode latihan plyometric dapat meningkatkan prestasi lompatan pada atlet olahraga atletik nomor lompat jangkit. Berdasarkan permasalahan diatas, maka tema sentral yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah ingin menemukan melalui penelitian di lapangan tentang pengaruh latihan plyometric double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop terhadap peningkatan prestasi lompat jangkit ditinjau dari panjang tungkai. Sehubungan dengan hal tersebut, bentuk latihan plyometric perlu dikembangkan, agar dapat digunakan dalam berbagai cabang-cabang olahraga, khusunya lompat jangkit. Adapun tujuan penelitian ini akan membuktikan bahwa
10 pengembangan latihan dengan metode latihan plyometric akan dapat meningkatkan prestasi lompat jangkit pada atlet lompat jangkit. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Faktor-faktor penentu dalam upaya pencapaian prestasi lompat jangkit. 2. Kondisi fisik yang diperlukan dalam pencapaian prestasi lompat jangkit yang maksimal. 3. Ukuran anthropometris yang layak dipertimbangkan dalam pemilihan atlet lompat jangkit. 4. Salah satu jenis metode latihan untuk meningkatkan prestasi lompat jangkit adalah dengan metode latihan plyometric. 5. Metode latihan plyometric untuk meningkatkan eksplosif power otot tungkai adalah dengan bentuk latihan double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop. 6. Bentuk latihan plyometric double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop untuk meningkatkan kemampuan saat jingkat dan menumpu pada atlet lompat jangkit. 7. Untuk mencapai prestasi lompat jangkit dipengaruhi berbagai faktor penentu yang perlu dilakukan eksperimen untuk mengetahui sejauhmana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap prestasi lompat jangkit.
11 C. Pembatasan Masalah Untuk membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka perlu ada batasan-batasan pada permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini tidak akan dikaji keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi lompat jangkit, namun hanya akan meneliti pada permasalahan sebagai berikut: 1. Perbedaan pengaruh latihan double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop terhadap prestasi lompat jangkit. 2. Perbedaan prestasi lompat jangkit antara atlet yang memiliki rasio tinggi badan : panjang tungkai yang berbeda (antara rasio tinggi, sedang, dan rendah). 3. Pengaruh interaksi antara latihan plyometric dan rasio tinggi badan : panjang tungkai terhadap prestasi lompat jangkit. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan plyometric double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop terhadap prestasi lompat jangkit? 2. Adakah perbedaan prestasi lompat jangkit antara atlet yang memiliki rasio tinggi badan : panjang tungkai yang berbeda (antara rasio tinggi, sedang, dan rendah)
12 3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan plyometric leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop dan rasio tinggi badan : panjang tungkai (antara rasio tinggi, sedang, dan rendah) terhadap prestasi lompat jangkit? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode latihan plyometric double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop terhadap prestasi lompat jangkit. 2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi lompat jangkit antara atlet yang memiliki rasio tinggi badan : tungkai panjang, tinggi, sedang dan rendah. 3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara metode latihan plyometric dan rasio tinggi badan : panjang tungkai terhadap prestasi lompat jangkit. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi para pelatih olahraga pada umumnya, dan khususnya cabang olahraga atletik nomor lompat jangkit. 1. Manfaat Teoritis Dari sisi teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang keolahragaan, khususnya cabang olahraga atletik. Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
13 bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian sejenis di masa mendatang. 2. Manfaat Praktis Dari sisi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi para pelatih atletik, khususnya nomor lompat jangkit, dalam melaksanakan kegiatan latihan. Hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan latihan plaiometrik double leg bound, alternate leg bound, dan incrimental vertical hop dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun program latihan lompat jangkit. Untuk selanjutnya dapat dipilih model latihan plaiometrik manakah yang lebih cocok untuk diterapkan dalam latihan. Hasil temuan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh ukuran tungkai terhadap prestasi belajar gerak lompat jangkit dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam seleksi atlet lompat jangkit, dan layak tidaknya ukuran athropometris ini dipertimbangkan dalam penilaian lompat jangkit pada mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan olahraga khususnya teori dan metodologi latihan serta menambah pemahaman mengenai peran latihan fisik yang terkait dengan prestasi dalam olalahraga atletik khususnya nomor lompat jangkit.