SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (20)

dokumen-dokumen yang mirip
SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERBANKAN (14)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEJAHATAN ANTAR WILAYAH (12)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN (27)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS (08)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KORUPSI (19)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SKEMA SERTIFIKASI PETUGAS PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

LSP Teknologi Informasi Indonesia

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

LSP Teknologi Informasi Indonesia

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI TRANSMISI/JARINGAN

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PROSES SERTIFIKASI

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMELIHARAAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

JUDUL SKEMA: PENGEMBANG APLIKASI WEB

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN

SKEMA SERTIFIKASI Analisa Laboratorium Kimia

S O P PEMBERIAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERLUASAN DAN PENGURANGAN RUANG LINGKUP SERTIFIKASI

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK LANSEKAP

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

BAB I P E N D A H U L U A N

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

PANDUAN UJI KOMPETENSI

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

{B,NSP. [rs 028) SKEMA SERTIFIKASI PETAKSANA LAPANGAN PEKERIAAN JATAN RIST KDIKTI 20L6 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAIUAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SUB KONTRAK ASESOR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAYANAN PERAWATAN MEDIKAL BEDAH DOMPET DHUAFA

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

PERATURAN KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

5. Pengurus Lembaga Pendidikan Khusus di bidang Pasar Modal; SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.04/20...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

SKEMA SERTIFIKASI RUANG LINGKUP PEREKAM MEDIS LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TENTANG PEMANGGILAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PANDUAN UJI KOMPETENSI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SKEMA SERTIFIKASI FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

2017, No Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 324, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5793); MEMUTUSK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGENDALIAN CATATAN MUTU

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP

PANDUAN UJI KOMPETENSI

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

*B,NSP. (rl 002) ESTIMATOR BIAYA JALAN SKEMA SERTIFIKASI RIST KDIKTI. zol6 NEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KAJI ULANG MANAJEMEN

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (20) JAKARTA, 21 MARET 2016 1

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA NARKOTIKA Disusun berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi padatingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memberikan tugas dan wewenang kepada Ka LSP Polri untuk melaksanakan sertifikasi Penyidik dan Penyidik Pembantu Tindak Pidana Narkotika,Skema ini dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi profesi Penyidik dan Penyidik Pembantu Tindak Pidana Narkotika. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Maret 2016 KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI Disahkan di : Jakarta pada tanggal : Maret 2016 KA LSP POLRI Dr. ANANG ISKANDAR, S.I.K., S.H., M.H. KOMISARIS JENDERAL POLISI Drs. FIANDAR KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63050899 Menyetujui, a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KALEMDIKLAT Drs. SYAFRUDDIN, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI Nomor Dokumen : Nomor Salinan : Status Distribusi : Terkendali Takterkendali Konseptor: 1. Kasubbag Sertifikasi: 2. Paurmin LSP Polri :. 2

1. LATAR BELAKANG Kepastian hukum yang biasanya dipertentangkan dengan keadilan, sesungguhnya mengandung unsur keadilan itu sendiri. Dalam proses penegakan hukum di Indonesia tentunya sudah seharusnya searah dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu yang terdapat dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945). Dalam proses penegakan hukum dengan memperhatikan ekonomi kerakyatan dan turut menciptakan ketertiban dunia serta perdamaian abadi, khususnya dalam penyelidikan dan penyidikan di bidang tindak pidana Narkotika. Kewenangan dan wewenang Penyidik membawa konsekuensi pada prinsip Negara Hukum, yaitu Negara memerlukan suatu lembaga yang dibebani tugas untuk menegakkan hukum dimaksud, agar hukum tetap dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat. Fungsi penegakan hukum secara universal adalah menjamin ditaatinya norma-norma yang berlaku sehingga masyarakat menjadi tentram, terjaga dari segala ancaman dan gangguan yang datangnya dari masyarakat sendiri. Konsep dasarnya adalah segala kesulitan yang dirasakan oleh masyarakat, maka masyarakat berhak menuntut kepada penyelenggara keamanan dan ketertiban umum, sebagai tanggungjawab pemerintah.semua ini ditujukan dalam rangka menjamin keamanan, ketertiban dan ketentraman bagi masyarakat, sehingga pada gilirannya dapat menjamin kelangsungan/kelestarian masyarakat dalam negara. Wewenang Penyidik dan Penyidik Pembantu dalam tindak pidana Narkotika adalah melakukan penyelidikan berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a KUHAP dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), dan ayat (2) KUHAP. Hal ini memberikan makna bahwa tugas dan wewenang Penyelidik dan Penyidik untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan ketentuan undang-undang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang Penyelidik dan Penyidik. Wewenang pada pasal di atas sebagai bagian tugas dari penegak hukum yang mengandung makna adanya norma perintah. Makna norma perintah tersebut implikasi hukumnya 3

adalah bersifat harus/wajib dipatuhi, jika tidak dipatuhi maka akan menimbulkan sanksi hukum. Hanya saja sanksi hukumnya tidak jelas jika tidak dipatuhinya perintah undang-undang tersebut, yaitu Pasal 18 ayat (1) UU RI Nomor: 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI yang menyatakan bahwa guna kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam Pasal 18 ayat (2) UU RI Nomor 2 Tahun 2002 hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Artinya, alat ukur untuk kewenangan sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu dalam bertindak harus mempunyai sertifikasi sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu. Oleh karena itu, perlu disusun Skema Sertifikasi Penyidik atau Penyidik pembantu dengan bidang tugas penyidikan tindak pidana di bidang Narkotika. Skema sertifikasi ini akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan sertifikasi kompetensi Penyidik atau Penyidik pembantu. 2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI Ruang lingkup Skema Sertifikasi Penyidik atau penyidik pembantu Tindak Pidana Narkotika ini meliputi: 2.1. Penyidik/Penyidik Pembantu Tindak Pidana Narkotika; 3. TUJUAN SERTIFIKASI 3.1. Untuk organisasi 3.1.1. Membantu organisasi meyakinkan kepada stakeholder bahwa pelaksanaan tugas organisasi dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang kompeten. 3.1.2. Memastikan organisasi mendapatkan personil yang kompeten. 3.1.3. Memastikan dan meningkatkan produktivitas kerja. 3.2. Untuk personel 3.2.1. Membantu personel meyakinkan kepada organisasi/stakeholder bahwa dirinya kompeten dalam bekerja. 3.2.2. Membantu memastikan dan memelihara kompetensi kerja untuk meningkatkan percaya diri personel. 4

3.2.3. Membantu personel dalam mengukur tingkat pencapaian kompetensi kerja dalam pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan Tindak Pidana Narkotika 3.2.4. Membantu personel dalam memenuhi persyaratan regulasi. 3.2.5. Membantu pengakuan kompetensi kerja lintas sektoral. 3.2.6. memberikan justifikasi bagi personel yang ditunjuk dalam pelaksanaan tugas sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Narkotika. 4. ACUAN NORMATIF 4.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1946 tentang KUHP; 4.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana; 4.3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika; 4.4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4.5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; 4.6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; 4.7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pencucian Uang; 4.8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; 4.9. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri; 4.10. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi; 4.11. Peraturan Pemerintah Nomor 27Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP; 4.12. Peraturan pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP; 4.13. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana; 5

4.14. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri; 4.15. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana; 4.16. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4.17. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Penyidikan Tindak Pidana; 4.18. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 1 Tahun 2014 tentang SOP Perencanaan Penyidikan Tindak Pidana; 4.19. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 2 Tahun 2014 tentang SOP Pengorganisasian Penyidikan Tindak Pidana; 4.20. Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Nomor 3 Tahun 2014 tentang SOP Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana; 4.21. Peraturan Kabareskrim Nomor 4 Tahun 2014 tentang Standar Operasional Prosedur Pengawasan Penyidikan Tindak Pidana; 4.22. Peraturan BNSP Nomor 5 tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi. 5. KEMASAN/PAKET KOMPETENSI KERJA 5.1. Jenis Kemasan: Klaster 5.2. Rincian Unit Kompetensi Penyidik/Penyidik Pembantu Tindak Pidana Narkotika adalah anggota Polri yang ditugaskan sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu Tindak Pidana Narkotika yang terdapat masing-masing Unit kompetensi: 5.2.1. Penyidikan Tindak Pidana Narkotika NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI 1 RSK.PN01.092.01 Melakukan Kegiatan Penyelidikan Tindak Pidana Narkotika 6

2 RSK.PN01.093.01 Merencanakan Penyidikan Tindak Pidana Narkotika 3 RSK.PN01.094.01 Melakukan Kegiatan Upaya Paksa 4 RSK.PN01.095.01 5 RSK.PN01.096.01 6 RSK.PN01.097.01 7 RSK.PN01.098.01 Melakukan Pemeriksaan Saksi, Ahli dan Tersangka Melakukan Penyelesaian dan Penyerahan Berkas Perkara Melakukan Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti Melakukan Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Narkotika 6. PERSYARATAN 6.1. Persyaratan dasar pemohon sertifikasi 6.1.1. Memiliki SK Penyidik. 6.1.2. Telah direkomendasikan kompeten terhadap kompetensi Penyidik Dasar dari Assesor 6.1.3. Memiliki pengalaman dinas yang bertugas sebagai penyidik di fungsi Reskrim. 6.1.4. Telah mengikuti Dikbangspes dan/atau pelatihan di bidang penyidikansebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Narkotika. 6.1.5. Sehat jasmani dan rohani. 6.1.6. Direkomendasikan oleh kepala satuan kerja. 6.2. Persyaratan dasar asesor kompetensi 6.2.1. Memiliki sertifikat asesor kompetensi yang masih berlaku. 6.2.2. Anggota Polri atau purnawirawan Polri. 6.2.3. Sehat jasmani dan rohani. 6.2.4. Untuk anggota Polri direkomendasikan oleh Kasatkernya, untuk Purnawirawan Polri direkomendasikan oleh Ka LSP. 6.2.5. Memiliki Surat Perintah Tugas melakukan uji kompetensi dari Ka LSP Polri 7

7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT 7.1. Hak peserta sertifikasi 7.1.1. Peserta sertifikasi yang dinyatakan kompeten dalam asesmen pada semua unit kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi. 7.1.2. Sertifikat kompetensi dapat dijadikan dasar penugasan sebagai penyidik/penyidik pembantu bidang Tindak Pidana Narkotika. 7.1.2 Mempunyai hak banding jika dalam proses uji kompetensi ada yang merasa dirugikan. 7.2. Kewajiban Peserta Sertifikasi 7.2.1. Memenuhi semua persyaratan administrasi asesmen. 7.2.2. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan asesmen. 7.2.3. Mematuhi peraturan dalam proses asesmen. 8. BIAYA SERTIFIKASI Biaya sertifikasi bersumber dari APBN atau sumber lain yang sah secara hukum dan bersifat tidak mengikat. Biaya sertifikasi mencakup: 8.1. Tahap persiapan 8.1.1. Biaya rapat persiapan. 8.1.2. Biaya ATK termasuk penggandaan soal. 8.1.3. Biaya penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan uji kompetensi. 8.2. Tahap pelaksanaan 8.2.1. Biaya akomodasi dan transportasi 8.2.2. Honor panitia dan asesor 8.2.3. Biaya rapat komite 8.2.4. Biaya cetak sertifikat 8.2.5. Biaya pendistribusian sertifikat 8.3. Tahap pembuatan laporan 8.3.1. Biaya penyusunan laporan 8.3.2. Biaya pencetakan dan penggandaan laporan 8.3.3. Biaya pengiriman laporan 9. PROSES SERTIFIKASI 9.1. Proses pendaftaran 8

9.1.1. Permohonan Permohonan sertifikasi dilakukan melalui surat permohonan dari kepala satuan kerja dengan melampirkan: a. Foto copy ijazah pendidikan Umumterakhir. b. Foto copy Keputusan penempatan pada fungsi Reskrim sebagai penyidik atau penyidik pembantu Tindak Pidana Narkotika. c. Foto copy ijasah/sertifikat/surat keterangan pendidikan kejuruan dan atau pendidikan dan pelatihan penyidikan Tindak Pidana Narkotika. d. Foto copy surat perintah tugas pada fungsi Reskrim sebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Narkotika. e. Daftar riwayat hidup. f. Surat perintah untuk mengikuti sertifikasi dari kepala satuan kerja. g. Pas photo berwarna dengan PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2 lembar, 4x6 = 2 lembar. h. Dokumen portofolio memadai terdiri dari: 1) Skep Penyidik/Penyidik Pembantu 2) SK Penempatan Pada Fungsi Reskrim akumulasi 5 Tahun 3) Sprin Sidik terakhir 4) Dokumen penyelesaian perkara berupa berkas perkara dan P-21 5) Laporan Hasil Penyelidikan (LHP) 6) Dokumen pendukung lain yang terkait dengan fungsi penyidikan. 9.1.2. Verifikasi a. Panitia sertifikasi melakukan penelitian terhadap berkas/ persyaratan yang diajukan oleh pemohon meliputi : - Keaslian - Kecukupan 9

- Kesesuaian dokumen persyaratan dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan. b. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi belum memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan atau tidak sesuai dengan ruang lingkup uji kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan ditolak sebagai peserta sertifikasi. c. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi sesuai dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan diterima sebagai peserta sertifikasi. 9.1.3. Persiapan uji kompetensi a. Penentuan Tempat Uji Kompetensi (TUK) berupa TUK Sewaktu atau tempat kerja. b. Penunjukan asesor kompetensi dan panitia uji kompetensi ditunjuk oleh LSP Polri dengan menugaskan Tim Asesor untuk melakukan uji kompetensi sesuai dengan skema dan rencana uji kompetensi setelah berkoordinasi dengan Pembina Fungsi. c. Penyiapan Materi Uji Kompetensi (MUK) oleh LSP Polri. 9.2. Proses Asesmen 9.2.1. Proses asesmen dilaksanakan berdasarkan jadwal yang ditetapkan, menerapkan metoda dan prosedur asesmen sesuai yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2.2. Apabila ada perubahan skema sertifikasi yang mengharuskan asesmen tambahan, LSP Polri mendokumentasikan metoda dan prosedur yang diperlukan untuk melakukan verifikasi agar para pemegang sertifikat memenuhi persyaratanyang diubah. 9.2.3. Untuk menjamin verifikasi persyaratan skema sertifikasi, asesmen direncanakan dan disusun secara obyektif dan sistematis dengan bukti terdokumentasi untuk memastikan kompetensi peserta. 9.2.4. Untuk menjamin setiap asesmen sah dan adil, LSP Polri melakukan verifikasi metoda untuk asesmen peserta sertifikasi. 10

9.2.5. LSP Polri melakukan verifikasi terhadap kebutuhan peserta asesmen secara umum dan menyediakan kebutuhan khusus bagi peserta sertifikasi yang berkebutuhan khusus, sepanjang integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan aturan yang berlaku di lingkungan Polri. 9.2.6. LSP Polri akan mempertimbangkan hasil penilaian dari badan atau lembaga lain berkaitan dengan portofolio peserta sertifikasi, LSP Polri menjamin ketersediaan laporan, data dan rekaman yang menunjukkan bahwa hasil-hasilnya setara, dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2.7. Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti Valid, Asli, Terkini dan Memadai (VATM), direkomendasikan kompeten dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM direkomendasikan untuk mengikuti uji kompetensi. 9.3. Proses uji kompetensi 9.3.1. Pengisian formulir asesmen mandiri dan konsultasi pra asesmen. 9.3.2. Penilaian uji kompetensi dapat dilakukan dengan cara: tertulis, lisan, simulasi/praktek di tempat kerja atau Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang disimulasikan seperti tempat kerja. 9.3.3. Peserta yang memenuhi bukti portofolio memadai akan disertifikasi menggunakan metode verifikasi portofolio dan wawancara, sedangkan bagi peserta yang belum memenuhi bukti portofolio yang memadai atau peserta yang memenuhi bukti memadai tetapi asesor meragukan kompetensi peserta, maka metode yang digunakan observasi demonstrasi, pertanyaan lisan dan atau pertanyaan tulisan. 9.3.4. Uji kompetensi dilaksanakan di TUK tempat kerja atau ditempat lain yang telah diverifikasi sesuai dengan skema sertifikasi. 9.3.5. Uji kompetensi dilaksanakan oleh asesor kompetensi yang kompeten sesuai dengan ruang lingkup skema sertifikasi. 9.3.6. Rekomendasi hasil uji kompetensi diputuskan oleh asesor kompetensi dan dilaporkan ke LSP. 9.3.7. Pembuatan rekomendasi dan laporan 11

a. Setelah melakukan uji kompetensi maka asesor memberikan rekomendasi terhadap hasil pelaksanaan asesmen. b. Berdasarkan hasil uji kompetensi yang dilaksanakan oleh asesor kompetensi peserta direkomendasikan atau tidak direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. c. Asesor kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen kepada panitia uji kompetensi. d. Panitia mengecek kelengkapan berkas uji kompetensi. e. Panitia uji kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen kepada Ka LSP Polri. 9.4. Keputusan Sertifikasi 9.4.1. Keputusan sertifikasi dilakukan oleh LSP Polri melalui rapat komite sertifikasi yang dilaksanakan oleh komite sertifikasi LSP Polri. 9.4.2. LSP Polri melakukan verifikasi dokumen rekaman asesmen berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses asesmen dan menetapkan status kompetensi sesuai skema sertifikasi. 9.4.3. LSP Polri memberikan sertifikat kepada semua peserta yang dinyatakan kompeten sesuai dengan skema sertifikasi. 9.4.4. Sertifikat kompetensi berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal diterbitkannya dan dapat diperpanjang selama pemegang sertifikat masih bertugas di fungsi Reserse. 9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat 9.5.1. Pembekuan dan pencabutan sertifikat dilakukan kepada pemegang sertifikat bilamana: a. Penggunaan sertifikat kompetensi tidak sesuai dengan tugas pokok. b. Terbukti melanggar kode etik profesi Polri c. Apabila pemegang sertifikat kompetensi menjadi status tersangka dalam suatutindak pidana maka LSP membekukan sementara sertifikat kompetensi. d. Sudah tidak bertugas lagi pada fungsi Reserse. 12

9.5.2. Selama pembekuan sertifikat, pemegang sertifikat diwajibkan mengikuti program pembinaan yang ditetapkan oleh satuan kerja pada fungsi Reserse. 9.5.3. Setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak berhak menggunakan sertifikat tersebut. 9.6. Pemeliharaan sertifikasi/surveillance 9.6.1. Surveillance minimal dilakukan sekali dalam jangka waktu masa berlaku sertifikat kompetensi. 9.6.2. Surveillance dilaksanakan dengan memonitor kinerja pemegang sertifikat. 9.7. Proses Sertifikasi Ulang/Perpanjangan 9.7.1. Persyaratan sertifikasi ulang. Sertifikat kompetensi dapat diperpanjang sebelum masa berlakunya berakhir dengan persyaratan: a. Dua bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir, kasatker mengajukan surat permohonan perpanjangan sertifikat kompetensi. b. Melampirkan surat rekomendasi dari kepala satuan kerja pemegang sertifikat kompetensi. c. Melampirkan sertifikat kompetensi asli yang akan diperpanjang. d. Melampirkan fotocopy Logbook (catatan penugasan selama memegang sertifikat) dilampiri bukti pendukung. e. Pas photo berwarna PDH Polri dengan ukuran 3x4 = 2 lembar, 4x6 = 2 lembar. 9.7.2. Persyaratan sertifikasi ulang sama dengan persyaratan awal sertifikasi. 9.7.3. Proses sertifikasi ulang dilaksanakan dengan cara melakukan asesmen yang didasarkan pada laporan kinerja. 9.8. Penggunaan Sertifikat 9.8.1. Sertifikat hanya berlaku di lingkungan Polri. 13

9.8.2. Sertifikat dapat digunakan sebagai dokumen pendukung usulan promosi ke tingkat jabatan berikutnya. 9.8.3. Penyidik atau Penyidik pembantu pada Klaster Tindak Pidana Umumyang disertifikasi harus menandatangani pernyataan untuk: 9.8.3.1. Mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema sertifikasi; 9.8.3.2. Membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan; 9.8.3.3. Tidak menyalahgunakan sertifikasi yang dapat mencemarkan Polri secara umum dan LSP Polri khususnya, dan tidak membuat pernyataan terkait sertifikasi yang dianggap menyesatkan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan; 9.8.3.4. Menghentikan penggunaan semua pengakuan atas sertifikasi apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan mengembalikan sertifikat ke LSP Polri; 9.9. Banding 9.9.1. LSP Polri menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan kajian, dan membuat keputusan terhadap banding secara konstruktif, tidak berpihak dan diselesaikan selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah banding diterima. 9.9.2. Penjelasan mengenai keputusan hasil penanganan banding dapat diketahui publik. 14