DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 NO. LAMPIRAN JUDUL HALAMAN



dokumen-dokumen yang mirip
PMA MENJADI 67% SEMULA (%) Kehutanan 51 NO JENIS/BIDANG USAHA SEKTOR KETERANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG


- 4 - LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39 TAHUN 2014 TANGGAL : 23 APRIL 2014

- 1 - DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP UNTUK PENANAMAN MODAL NO. BIDANG BIDANG USAHA KBLI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN

- 6 - No. Bidang Usaha KBLI a b c d e f g h i j c d e. 100% dan perizinan khusus - Kedelai j. Persyaratan - Kacang Tanah 01114

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 36 TAHUN 2010 TANGGAL : 25 Mei 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

PERPRES NO 39 TAHUN 2014 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR NEGATIF INVESTASI PASCA DIUNDANGKANNYA PERPRES NOMOR 39 TAHUN 2014 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. 7. Bidang Pekerjaan Umum. No. Bidang Usaha KBLI. Keterangan. a b c d e f g h i j c d e

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Paket Kebijakan Ekonomi Minggu ke-ii Februari 2016 (Tahap X)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NO. BIDANG JENIS IZIN / NON IZIN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Paket Kebijakan Ekonomi X

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

Perubahan Jenis/Bidang Usaha Yang Tertutup dan Terbuka Dengan Persyaratan (Daftar Negatif Investasi) Revisi Pepres No. 39/2014

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

-2- Mesin dan/atau Peralatan Industri kecil dan/atau Industri menengah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kement

6. Pengusahaan sarang Burung walet di Alam Kehutanan 7. Industri Kayu gergajian (kapasitas produksi sampai dengan 2000 m 3 /th)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p16) File: sakernas05nov

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

Lapangan usaha/pekerjaan tambahan utama (b4p14) File: sakernas00

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

Lapangan usaha/pekerjaan sebelum berhenti bekerja/pindah pekerjaan terakhir (b4p26) File: sakernas05nov

Lapangan usaha/bidang pekerjaan utama dari tempat bekerja selama seminggu yang lalu (b4cr7) File: sakernas02

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

DAFTAR KONVERSI KLASIFIKASI USAHA JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH YANG DILIMPAHKAN KEPADA DEWAN KAWASAN SABANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 08 / PRT / M / 2011 TENTANG PEMBAGIAN SUBKLASIFIKASI DAN SUBKUALIFIKASI USAHA JASA KONSTRUKSI

DAFTAR NAMA KOMPETENSI KEAHLIAN (PROGRAM KEAHLIAN) UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KOMPETENSI KEAHLIAN

Tabel Kesesuaian Lapangan Usaha KBLI 2009 KBLI 2005

Landasan Hukum UU nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik UU nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

UPAH MINIMUM KOTA BATAM 2013 OLEH : DINAS TENAGA KERJA KOTA BATAM

LAMPIRAN I: PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015

BIDANG USAHA TERTENTU DAN DAERAH TERTENTU

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2018

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 1998 TENTANG DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP BAGI PENANAM MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG BIDANG USAHA YANG TERTUTUP DAN BIDANG YANG TERBUKA

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-28/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

DAFTAR INFORMASI PUBLIK DINAS PENANAMAN MODAL DAN PTSP PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

LAMPIRAN 2. MATRIKS PERKEMBANGAN DAFTAR NEGATIF INVESTASI

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN (HASIL PENATAAN )

DAFTAR ISI. Nota Kesepahaman... iii Kata Pengantar... ix Daftar Isi... xiii Penjelasan Umum... xix

TARIF RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN. TARIP RETRIBUSI (Rp) NO JENIS DAN FUNGSI BANGUNAN UKURAN BANGUNAN SEDERHANA

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2018

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KEPALA DINAS. Subbag Penyusunan Program dan Pelaporan. Bidang Perlindungan Tanaman dan Pembinaan Usaha. Seksi Identifikasi dan Pengendalian OPT

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

GUBERNUR SUMATERA UTARA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN

PERTANIAN BUAH-BUAHAN, PERKEBUNAN KELAPA, PERKEBUNAN KELAPA SAWIT, PERKEBUNAN TANAMAN UNTUK MINUMAN, PEKEBUNAN JAMBU 0113

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

N O M O R 5 0 T A H U N 2015 M O D A L K E P A D A K E P A L A B A D A N P E N A N A M A N M O D A L D A N PERIZINAN

Transkripsi:

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2014 NO. LAMPIRAN JUDUL HALAMAN 1. LAMPIRAN I Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Untuk Penanaman Modal 1 2. LAMPIRAN II Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan 1. Bidang Pertanian 2. Bidang Kehutanan 20 3. Bidang Kelautan dan Perikanan 25 4. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral 29 5. Bidang Perindustrian 34 6. Bidang Pertahanan dan Keamanan 45 7. Bidang Pekerjaan Umum 47 8. Bidang Perdagangan 59 9. Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 66 10. Bidang Perhubungan 74 11. Bidang Komunikasi dan Informatika 82 12. Bidang Keuangan 87 13. Bidang Perbankan 89 14. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi 92 15. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan 95 16. Bidang Kesehatan 98 4 4

1 DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERTUTUP UNTUK PENANAMAN MODAL LAMPIRAN I PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39 TAHUN 2014 TANGGAL : 23 APRIL 2014 NO. BIDANG BIDANG USAHA KBLI 1. Pertanian Budidaya Ganja 01289 2. Kehutanan 1. Penangkapan Spesies Ikan Yang Tercantum dalam Appendix I Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) 2. Pemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahan bangunan/kapur/kalsium dan souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (recent death coral) dari alam. 3. Perindustrian 1. Industri Bahan Kimia yang Dapat Merusak Lingkungan: Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri Industri Bahan Aktif Pestisida: Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT), Aldrin, Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan Toxaphene Industri Bahan Kimia Industri: Polychlorinated Biphenyl (PCB), Hexachlorobenzene Industri Bahan Perusak Lapisan Ozone (BPO): Carbon Tetrachloride (CTC), Methyl Chloroform, Methyl Bromide, Trichloro Fluoro Methane (CFC11), Dichloro Trifluoro Ethane (CFC12), Trichloro Trifluoro Ethane(CFC113), Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CFC114), 'Chloro Pentafluoro Ethane (CFC115), Chloro Trifluoro Methane (CFC13), Tetrachloro Difluoro Ethane (CFC112), Pentachloro Fluoro Ethane (CFC111), Chloro Heptafluoro Propane (CFC217), Dichloro Hexafluoro Propane (CFC216), Trichloro Pentafluoro Propane (CFC215), Tetrachloro Tetrafluoro Propane (CFC214), Pentachloro Trifluoro Propane (CFC213), Hexachloro Difluoro Propane (CFC 211), Bromo Chloro Difluoro Methane (Halon1211), Bromo Trifluoro Methane (Halon1301), Dibromo Tetrafluoro Ethane (Halon2402), R500, R502. 01701 03119 20111 20211 20119 20119 2. Industri...

2 NO. BIDANG BIDANG USAHA KBLI 2. Industri Bahan Kimia Daftar1 Konvensi Senjata Kimia Sebagaimana Tertuang Dalam Lampiran I UndangUndang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia 20119 3. Industri Minuman Mengandung Alkohol: Minuman Keras Anggur Minuman Mengandung Malt 4. Perhubungan 1. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Terminal Penumpang Angkutan Darat 52211 2. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Penimbangan Kendaraan Bermotor 11010 11020 11030 52219 3. Telekomunikasi/Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan Vessel Traffic Information System (VTIS) 52221 4. Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan 52230 5. Penyelenggaraan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor 71203 5. Komunikasi dan Informatika 6. Pendidikan dan Kebudayaan 7. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Manajemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit 61300 1. Museum Pemerintah 91021 2. Peninggalan Sejarah dan Purbakala (candi, keraton, prasasti, petilasan, bangunan kuno, dsb) 91023 3. Perjudian/Kasino 92000 Catatan...

3 Catatan: 1. Bidang Usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuantujuan nonkomersial seperti: penelitian dan pengembangan, dan mendapat persetujuan dari instansi yang bertanggungjawab atas pembinaan bidang usaha tersebut. 2. Dalam hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka ketentuan sebagaimana termaksud dalam Lampiran I hanya berlaku bagi bidang usaha yang tercantum dalam kolom bidang usaha tersebut. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Perekonomian, ttd. Ratih Nurdiati

4 DAFTAR BIDANG USAHA YANG TERBUKA DENGAN PERSYARATAN LAMPIRAN II PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39 TAHUN 2014 TANGGAL : 23 APRIL 2014 1. Bidang Pertanian 1. Usaha perbenihan/pembibitan tanaman pangan pokok dengan luas lebih dari 25 Ha: Padi 01120 Jagung 01111 Kedelai 01113 Kacang Tanah 01114 Kacang Hijau 01115 Tanaman pangan lainnya (ubi 01135 kayu dan ubi jalar) 2. Usaha budidaya tanaman pangan pokok dengan luas kurang dari 25 Ha: Maksimal Rekomendasi Menteri Pertanian a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi b. Kemitraan c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu e. Perizinan khusus f. Modal dalam negeri 100% g. Kepemilikan modal asing serta lokasi h. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing Padi

5 Padi 01120 i. Modal dalam negeri Jagung 01111 100% dan perizinan khusus Kedelai 01113 j. Kacang Tanah 01114 kepemilikan modal asing dan/atau lokasi Kacang Hijau 01115 bagi penanam modal Tanaman pangan lainnya (ubi 01135 dari negaranegara kayu dan ubi jalar) ASEAN 3. Usaha budidaya tanaman pangan pokok dengan luas lebih dari 25 Ha: Padi 01120 Jagung 01111 Kedelai 01113 Kacang Tanah 01114 Kacang Hijau 01115 Tanaman pangan lainnya (ubi 01135 kayu dan ubi jalar) 4. Usaha perbenihan perkebunan dengan luas kurang dari 25 Ha: Tanaman Jarak Pagar 01118 Maksimal Rekomendasi Menteri Pertanian Tanaman

6 Tanaman Pemanis Lainnya 01137 Tanaman Tebu 01140 Tanaman Tembakau 01150 Tanaman Bahan Baku Tekstil dan 01160 Tanaman Kapas Tanaman Lainnya yang Tidak 01299 diklasifikasikan di Tempat Lain Tanaman Jambu Mete 01252 Tanaman Kelapa 01261 Tananam Kelapa Sawit 01262 Tanaman Untuk Bahan Minuman 01270 (Teh, Kopi dan Kakao) Tanaman Lada 01281 Tanaman Cengkeh 01282 Tanaman Minyak Atsiri 01284 Tanaman Obat/Bahan Farmasi (di 01285 luar hortikultura) 01286 01289 Tanaman Rempah Lainnya 01289 Tanaman Karet dan Penghasil Getah Lainnya 01291 5. Usaha

7 5. Usaha industri perbenihan perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih: Tanaman Jarak Pagar 01118 Tanaman Pemanis Lainnya 01137 Tanaman Tebu 01140 Tanaman Tembakau 01150 Tanaman Bahan Baku Tekstil dan 01160 Tanaman Kapas Tanaman Jambu Mete 01252 Tanaman Kelapa 01261 Tanaman Kelapa Sawit 01262 Tanaman Untuk Bahan Minuman 01270 (Teh, Kopi dan Kakao) Tanaman Lada 01281 Tanaman Cengkeh 01282 Tanaman Minyak Atsiri 01284 Tanaman Obat/Bahan Farmasi (di luar hortikultura) 01285 01286 01289 Maksimal 95% Rekomendasi Menteri Pertanian Tanaman

8 Tanaman Rempah Lainnya 01289 Tanaman Karet dan Penghasil Getah Lainnya Tanaman lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain 6. Usaha perkebunan dengan luas kurang dari 25 Ha: 01291 01299 Perkebunan Pemanis Lainnya 01137 Perkebunan Tebu 01140 Perkebunan Tembakau 01150 Perkebunan Bahan Baku Tekstil 01160 dan Tanaman Kapas Perkebunan Jambu Mete 01252 Perkebunan Kelapa 01261 Perkebunan Kelapa Sawit 01262 Perkebunan Untuk Bahan 01270 Minuman (Teh, Kopi dan Kakao) Perkebunan Lada 01281 Perkebunan Cengkeh 01282 Perkebunan Minyak Atsiri 01284 Perkebunan

9 Perkebunan Obat/Bahan Farmasi 01285 (di luar hortikultura) 01286 01289 Perkebunan Rempah Lainnya 01289 Perkebunan Karet dan Penghasil Getah Lainnya 01291 Perkebunan Lainnya 01299 7. Usaha perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih sampai luasan tertentu tanpa unit pengolahan sesuai dengan peraturan perundangundangan: Perkebunan Jarak Pagar 01118 Perkebunan Pemanis Lainnya 01137 Perkebunan Tebu 01140 Perkebunan Tembakau 01150 Perkebunan Bahan Baku Tekstil dan Tanaman Kapas Perkebunan Lainnya yang Tidak diklasifikasikan di Tempat Lain 01160 01299 Perkebunan Jambu Mete 01252 Maksimal 95% Rekomendasi Menteri Pertanian Perkebunan

10 Perkebunan Kelapa 01261 Perkebunan Kelapa Sawit 01262 Perkebunan Untuk Bahan Minuman (Teh, Kopi dan Kakao) 01270 Perkebunan Lada 01281 Perkebunan Cengkeh 01282 Perkebunan Minyak Atsiri 01284 Perkebunan Obat/Bahan Farmasi 01285 01286 Perkebunan Rempah Lainnya 01289 Perkebunan Karet dan Penghasil Getah Lainnya 8. Usaha perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih yang terintegrasi dengan unit pengolahan dengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan: Perkebunan jambu mete dan industri biji mete kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) 01291 01252 10614 Maksimal 95% Rekomendasi Menteri Pertanian Perkebunan

11 Perkebunan lada dan industri biji lada putih kering dan biji lada hitam kering Perkebunan Jarak dan Industri Minyak Jarak Pagar Perkebunan Tebu, Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu, dan Bagas Perkebunan Tembakau dan Industri Daun Tembakau Kering Perkebunan Kapas dan Industri Serat Kapas Perkebunan Kelapa dan Industri Minyak Kelapa Perkebunan Kelapa dan Industri Kopra, Serat (fiber), Arang Tempurung, debu (dust), Nata de Coco Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Minyak Kelapa Sawit (CPO) Perkebunan Kopi dan Industri Pengupasan, Pembersihan dan Sortasi Kopi Perkebunan Kakao dan Industri Pengupasan, Pembersihan dan Pengeringan Kakao 01281 10614 01118 20294 01140 10721 01150 12091 01160 01261 10423 01261 10421 10773 01262 10432 01270 10612 01270 10613 Perkebunan

12 Perkebunan Teh dan Industri Teh Hitam/Teh Hijau Perkebunan Cengkeh dan Industri Bunga Cengkeh Kering Perkebunan Tanaman Minyak Atsiri dan Industri Minyak Atsiri Perkebunan Karet dan Industri Sheet, Lateks Pekat Perkebunan Bijibijian selain Kopi dan Kakao dan Industri Pengupasan dan Pembersihan Biji Bijian Selain Kopi dan Kakao 9. Usaha industri pengolahan hasil perkebunan di bawah kapasitas tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan: 01270 10761 01282 01284 20294 01291 22121 22122 10614 Industri Bunga Cengkeh Kering 01630 Industri Minyak Mentah (minyak 10411 makan) dari Nabati dan Hewani Industri Kopra, Serat (fiber), Arang 10421 Tempurung, Debu (dust), Nata de Coco Industri Minyak Kelapa 10422 Industri

13 Industri Minyak Kelapa Sawit 10431 Industri Serat Kapas 01630 Industri Biji Kapas 10490 Industri Pengupasan, Pembersihan 10612 dan Sortasi Kopi Industri Pengupasan, Pembersihan 10613 dan Pengeringan Kakao Industri Pengupasan dan 10614 Pembersihan Bijibijian selain Kopi dan Kakao Industri jambu mete menjadi biji 10614 mete kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) Industri lada menjadi biji lada 10614 putih kering dan biji lada hitam kering Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu 10721 dan Bagas Industri Teh Hitam/Teh Hijau 10761 Industri Daun Tembakau Kering 12091 (Krosok) Industri karet menjadi sheet, 22121 lateks pekat 22122 Industri Minyak Jarak Kasar 20294 10. Usaha

14 10. Usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan : Industri Minyak Mentah (minyak 10411 makan) dari Nabati dan Hewani Industri Kopra, Serat (fiber), Arang 10421 Tempurung, Debu (dust), Nata de Coco Industri Minyak Kelapa 10423 Industri Minyak Kelapa Sawit 10432 Industri Pengupasan, Pembersihan 10612 dan Sortasi Kopi Industri Pengupasan, Pembersihan 10613 dan Pengeringan Kakao Industri Pengupasan dan 10614 Pembersihan Bijibijian selain Kopi dan Kakao Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu, 10721 dan Bagas Industri Teh Hitam/Teh Hijau 10761 Industri Tembakau Kering (Krosok) 12091 Maksimal 95% Rekomendasi Menteri Pertanian Industri

15 Industri Minyak Jarak Kasar 20294 Industri Serat Kapas dan Biji 01630 Kapas 10490 Industri karet menjadi sheet, 22121 lateks pekat 22122 Industri jambu mete menjadi biji 10614 mete kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) Industri lada menjadi biji lada 10614 putih kering dan biji lada hitam kering Industri Bunga Cengkeh Kering 01630 11. Perbenihan hortikultura: Maksimal 30% Perbenihan Tanaman Buah 01139 Semusim Perbenihan Anggur 01210 Perbenihan Buah Tropis 01220 Perbenihan Jeruk 01230 Perbenihan Apel dan Buah Batu 01240 (Pome and Stone Fruit) Perbenihan Buah Beri 01251 Perbenihan

16 Perbenihan Tanaman Sayuran Semusim Perbenihan Tanaman Sayuran Tahunan 01139 01253 Perbenihan Tanaman Obat 01285 01286 Perbenihan Jamur 01139 Perbenihan Tanaman Florikultura 01194 01302 12. Budidaya hortikultura: Maksimal 30% Budidaya Buah Semusim 01132 Budidaya Anggur 01210 Budidaya Buah Tropis 01220 Budidaya Jeruk 01230 Budidaya Apel dan Buah Batu (Pome and Stone Fruit) 01240 Budidaya Buah Beri 01251 Budidaya Sayuran Daun (antara lain: kubis, sawi, bawang daun, seledri) 01131 Budidaya

17 Budidaya Sayuran Umbi (antara 01134 lain: bawang merah, bawang putih, kentang, wortel) Budidaya Sayuran Buah (antara 01133 lain: tomat, mentimun) Budidaya Cabe, Paprika 01283 Budidaya Jamur 01136 Budidaya Tanaman Hias 01193 Budidaya Tanaman Hias Non 01301 Bunga 13. Industri pengolahan hortikultura: Maksimal Usaha Pasca Panen Buah dan Sayuran 14. Usaha penelitian hortikultura dan usaha laboratorium uji mutu hortikultura 15. Pengusahaan wisata agro hortikultura 10311 10320 10313 10314 10330 30% 72102 Maksimal 30% 93231 Maksimal 30% 16. Usaha

18 16. Usaha Jasa Hortikultura lainnya: Usaha Jasa Pascapanen 01630 Usaha perangkaian 47761 Bunga/Florist/dekorator Konsultan pengembangan 70209 hortikultura Landscaping 43305 71100 81300 Jasa Kursus Hortikultura 85499 17. Penelitian dan pengembangan Ilmu Teknologi dan Rekayasa: Sumber Daya Genetik Pertanian Produk GMO (Rekayasa Genetika) 18. Pembibitan dan budidaya babi: Maksimal 30% 72102 Maksimal Rekomendasi dari Menteri Pertanian Jumlah kurang atau sama dengan 01450 125 ekor Jumlah lebih dari 125 ekor 01450 Tidak bertentangan dengan Perda 19. Pembibitan dan budidaya ayam buras serta persilangannya 01463 Catatan

19 Catatan: 1. = Mengikuti persyaratan kolom tersebut. 2. Dalam hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka persyaratan sebagaimana termaksud dalam Lampiran II hanya berlaku bagi Bidang Usaha yang tercantum dalam kolom Bidang Usaha tersebut. 3. Yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam Peraturan Presiden ini adalah orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. 4. Dalam hal suatu bidang usaha yang tercakup dalam komitmen Indonesia pada ASEAN Economic Community tidak tercantum pada Lampiran II kolom j Peraturan Presiden ini, namun tercantum dalam kolomkolom yang lain, maka penanam modal yang berasal dari negaranegara ASEAN dapat melakukan penanaman modal berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam kolomkolom tersebut. 2. Bidang

20 2. Bidang Kehutanan 1. Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) dari Habitat Alam kecuali reptil (ular, biawak, kurakura, labilabi dan buaya) 2. Pengusahaan Hutan Tanaman Lainnya (antara lain: Aren, Kemiri, Biji Asam, Bahan Baku Arang, Kayu Manis) 3. Industri Primer Pengolahan Hasil Hutan bukan Kayu lainnya: Getah Pinus 02303 Bambu 02308 4. Pengusahaan Sarang Burung Walet di Alam 5. Industri Kayu Gergajian (kapasitas produksi sampai dengan 2000M3/tahun) 01701 02119 a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi b. Kemitraan c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu e. Perizinan khusus f. Modal dalam negeri 100% g. Kepemilikan modal asing serta lokasi h. Perizinan khusus dan 01469 16101 kepemilikan modal asing i. Modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus 6. Industri Primer Pengolahan Rotan 16104 7. Pengusahaan

21 7. Pengusahaan Rotan 02131 j. 8. Pengusahaan Getah Pinus 02132 9. Pengusahaan Bambu 02134 10. Pengusahaan Damar 02135 11. Pengusahaan Gaharu 02136 12. Pengusahaan Shellak, Tanaman Pangan Alternatif (sagu), Getahgetahan, dan Perlebahan 02139 13. Pengusahaan Kokon/Kepompong Ulat Sutra (persutraan alam) 14. Pengusahaan Perburuan di Taman 01701 Buru dan Blok Buru 93229 15. Penangkaran Satwa Liar dan 01702 Tumbuhan dan 02209 Penangkaran/Budidaya Koral Di luar Kawasan Konservasi 16. Pengusahaan Pariwisata Alam berupa Pengusahaan Sarana, Kegiatan dan Jasa Ekowisata di Dalam Kawasan Hutan: Wisata tirta 93241 93242 93243 93249 02305 Maksimal Maksimal Maksimal 51% kepemilikan modal asing dan/atau lokasi bagi penanam modal dari negaranegara ASEAN Wisata

22 Wisata petualangan alam 93223 Wisata gua 93222 Wisata minat usaha lainnya 93229 17. Penangkapan dan Peredaran reptil (ular, biawak, kurakura, labilabi dan buaya) dari habitat alam 18. Pengembangan teknologi pemanfaatan genetik tumbuhan dan satwa liar 19. Pemanfaatan (pengambilan) dan peredaran: Koral/karang hias dari alam untuk akuarium *) Koral/karang untuk koral mati (recent death coral) dari hasil transplantasi/propagasi 01701 Rekomendasi dari Menteri Kehutanan 02409 Pernyataan kerjasama dengan lembaga yang terakreditasi/ laboratorium di Indonesia/ lembaga nasional bidang litbang yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan 03119 46206 03119 46206 Rekomendasi dari Menteri Kehutanan 20. Industri

23 20. Industri kayu : Rekomendasi Gergajian dengan kapasitas 16101 pasokan produksi di atas 2000M3/tahun veneer 16214 bahan baku berkelanjutan dari kayu lapis 16211 Kementerian laminated veneer lumber (LVL) 16212 Kehutanan Industri serpih kayu (wood chip) 16299 dan diatur Pelet kayu (wood pellet) 16295 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 dan/atau perubahannya 21. Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam 22. Pengadaan dan peredaran benih dan bibit tanaman hutan (ekspor dan impor benih dan bibit tanaman hutan) 23. Usaha pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan 02120 02139 02209 Catatan

24 Catatan: 1. = Mengikuti persyaratan kolom tersebut. 2. Dalam hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka persyaratan sebagaimana termaksud dalam Lampiran II hanya berlaku bagi Bidang Usaha yang tercantum dalam kolom Bidang Usaha tersebut. 3. Yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam Peraturan Presiden ini adalah orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. 4. Dalam hal suatu bidang usaha yang tercakup dalam komitmen Indonesia pada ASEAN Economic Community tidak tercantum pada Lampiran II kolom j Peraturan Presiden ini, namun tercantum dalam kolomkolom yang lain, maka penanam modal yang berasal dari negaranegara ASEAN dapat melakukan penanaman modal berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam kolomkolom tersebut. 5. *) = Tercantum juga di bidang kelautan dan perikanan. 3. Bidang

25 3. Bidang Kelautan dan Perikanan 1. Perikanan Tangkap Dengan Menggunakan Kapal Penangkap Ikan Berukuran Sampai Dengan 30 GT, di Wilayah Perairan Sampai Dengan 12 Mil 2. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan yang Dilakukan Secara Terpadu dengan Penangkapan Ikan di Perairan Umum 03111 a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi 03121 03122 3. Pembesaran Ikan: Ikan Laut 03211 Ikan Air Payau 03251 Ikan Air Tawar 03221 b. Kemitraan c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu e. Perizinan khusus f. Modal dalam negeri 100% g. Kepemilikan modal asing serta lokasi 4. Pembenihan Ikan: h. Perizinan khusus dan Ikan Laut 03213 kepemilikan modal asing Ikan Air Payau 03252 Ikan Air Tawar 03236 i. Modal dalam negeri 5. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI) 100% dan perizinan khusus Industri

26 Industri Penggaraman/ Pengeringan Ikan dan Biota Perairan Lainnya Industri Pengasapan Ikan dan Biota Perairan Lainnya 6. Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI) Peragian, Fermentasi, Pereduksian/Pengekstaksian, Pengolahan Surimi, dan Jelly Ikan 7. Usaha pemasaran, distribusi, perdagangan besar, dan ekspor hasil perikanan 8. Usaha Perikanan Tangkap menggunakan kapal penangkap ikan berukuran 100 GT dan/atau lebih besar di wilayah penangkapan ZEEI Usaha Perikanan Tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan berukuran 100 GT dan/atau lebih besar di wilayah penangkapan laut lepas 10211 j. kepemilikan modal asing dan/atau lokasi 10212 bagi penanam modal 10219 dari negaranegara ASEAN 46206 03111 dan ketentuan lebih lanjut diatur oleh Menteri Kelautan dan Perikanan 03111 dan ketentuan lebih lanjut diatur oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Usaha

27 Usaha Perikanan Tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan berukuran di atas 30 GT, di wilayah perairan di atas 12 Mil 9. Pemanfaatan (pengambilan) dan peredaran koral/karang hias dari alam untuk akuarium*) 10. Pengangkatan Benda Berharga asal Muatan Kapal yang Tenggelam 03111 03119 46206 Rekomendasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan 52229 Sesuai dengan Peraturan Perundangan mengenai pengangkatan dan pemanfaatan benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam 11. Penggalian Pasir Laut 08104 Catatan

28 Catatan: 1. = Mengikuti persyaratan kolom tersebut. 2. Dalam hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka persyaratan sebagaimana termaksud dalam Lampiran II hanya berlaku bagi Bidang Usaha yang tercantum dalam kolom Bidang Usaha tersebut. 3. Yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam Peraturan Presiden ini adalah orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. 4. Dalam hal suatu bidang usaha yang tercakup dalam komitmen Indonesia pada ASEAN Economic Community tidak tercantum pada Lampiran II kolom j Peraturan Presiden ini, namun tercantum dalam kolomkolom yang lain, maka penanam modal yang berasal dari negaranegara ASEAN dapat melakukan penanaman modal berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam kolomkolom tersebut. 5. *) = Tercantum juga di bidang kehutanan. 4. Bidang

29 4. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral 1. Jasa Konstruksi Migas: a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Platform 09100 Maksimal 75% Tangki Spherical 09100 Maksimal Instalasi Produksi Hulu Minyak dan Gas Bumi di Darat 09100 Instalasi Pipa Penyalur di Darat 42219 Instalasi Pipa Penyalur di Laut 42219 Maksimal Tangki Horisontal/Vertikal 42914 Instalasi Penyimpanan dan Pemasaran Minyak dan Gas Bumi di Darat 2. Jasa Survei: 42914 Migas 71100 Maksimal Menengah dan Koperasi b. Kemitraan c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu e. Perizinan khusus f. Modal dalam negeri 100% g. Kepemilikan modal asing serta lokasi h. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing i. Modal dalam negeri 100% dan perizinan khusus Geologi

30 Geologi dan Geofisika Panas Bumi 71100 71100 Maksimal Maksimal j. kepemilikan modal asing dan/atau lokasi 95% bagi penanam modal dari negaranegara 3. Jasa Pemboran: ASEAN Migas di darat 09100 Migas di laut 09100 Maksimal 75% Panas Bumi 09900 Maksimal 95% 4. Jasa Penunjang Migas: Jasa Operasi Sumur dan Pemeliharaan Jasa Desain dan Engineering Migas 09100 71100 Jasa Inspeksi Teknis 71204 5. Jasa Pengoperasian dan Pemeliharaan Panas Bumi 09900 Maksimal 90% 6. Pembangkit Tenaga Listrik: 35101 Pembangkit Listrik < 1MW Pembangkit Listrik skala kecil (1 10 MW) Maksimal Pembangkit

31 Pembangkit Listrik > 10 MW Maksimal 95% (maksimal 100% apabila dalam rangka Kerjasama Pemerintah Swasta/ KPS selama masa konsesi) 7. Transmisi Tenaga Listrik 35102 Maksimal 95% (maksimal 100% apabila dalam rangka KPS selama masa konsesi) 8. Distribusi

32 8. Distribusi Tenaga Listrik 35103 Maksimal 95% (maksimal 100% apabila 9. Konsultasi di Bidang Instalasi Tenaga Listrik 10. Industri Penghasil Pellet Biomassa untuk Energi 11. Pembangunan dan Pemasangan Instalasi Tenaga Listrik: dalam rangka KPS selama masa konsesi) 71100 Maksimal 95% 16295 Instalasi Penyediaan tenaga listrik 42213 Maksimal 95% Instalasi pemanfaatan tenaga listrik 43211 12. Pengoperasian dan Pemeliharaan 43211 Maksimal Instalasi Tenaga Listrik 95% 13. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi Tenaga Listrik 71204 Catatan

33 Catatan: 1. = Mengikuti persyaratan kolom tersebut. 2. Dalam hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi lebih dari satu bidang usaha, maka persyaratan sebagaimana termaksud dalam Lampiran II hanya berlaku bagi Bidang Usaha yang tercantum dalam kolom Bidang Usaha tersebut. 3. Yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam Peraturan Presiden ini adalah orang perorangan atau badan usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian. 4. Dalam hal suatu bidang usaha yang tercakup dalam komitmen Indonesia pada ASEAN Economic Community tidak tercantum pada Lampiran II kolom j Peraturan Presiden ini, namun tercantum dalam kolomkolom yang lain, maka penanam modal yang berasal dari negaranegara ASEAN dapat melakukan penanaman modal berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam kolomkolom tersebut. 5. Bidang

34 5. Bidang Perindustrian 1. Industri penggaraman/ pengeringan ikan dan biota perairan lainnya 10211 10793 a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi b. Kemitraan c. Kepemilikan modal asing d. Lokasi tertentu e. Perizinan khusus f. Modal dalam negeri 100% g. Kepemilikan modal asing serta lokasi 10794 h. Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing i. Modal dalam negeri 10616 100% dan perizinan khusus Industri pemindangan ikan 10214 2. Industri makanan olahan dari bijibijian dan umbiumbian, sagu, melinjo Industri tempe kedelai 10391 Industri tahu kedelai 10392 Industri kue basah 10792 Industri Makanan dari Kedelai dan kacangkacangan selain kecap, tempe dan tahu Industri krupuk, keripik, peyek dan sejenisnya 3. Industri gula merah 10722 4. Industri Pengupasan dan Pembersihan Umbiumbian 5. Industri

35 5. Industri pewarnaan benang dari serat alam maupun serat buatan menjadi benang bermotif/celup, ikat, dengan alat yang digerakan tangan 6. Industri Percetakan Kain Terutama Motif Batik dan Tradisional 13122 13133 j. kepemilikan modal asing dan/atau lokasi bagi penanam modal dari negaranegara ASEAN 7. Industri Batik Tulis 13134 8. Industri Kain Rajut Khususnya 13911 Renda 9. Industri kerajinan: Industri Bordir/Sulaman 13912 Industri Anyamanyaman dari rotan dan bambu Industri Anyamanyaman dari tanaman selain rotan dan bambu Industri Kerajinan Ukirukiran dari kayu kecuali mebeler Industri Alatalat dapur dari kayu, rotan dan bambu Industri Alatalat Musik Tradisional Industri dari kayu, rotan, gabus yang tidak diklasifikasikan ditempat lain 16291 16292 16293 16294 32201 16299 10. Industri

36 10. Industri Mukena, Selendang, 14111 Kerudung, dan Pakaian Tradisional Lainnya 11. Industri Pengasapan Karet 22121 12. Industri Barang dari Tanah Liat 23932 untuk keperluan rumah tangga khusus gerabah 13. Industri Perkakas Tangan: Untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan kecuali cangkul dan sekop 25931 Yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan 14. Industri Jasa Pemeliharaan dan Perbaikan Sepeda Motor kecuali yang terintegrasi dengan bidang usaha penjualan sepeda motor (agen/distributor) Industri Reparasi Barangbarang Keperluan Pribadi dan Rumah Tangga 25932 25933 25934 45407 95220 95230 95240 95290 15. Industri Makanan Olahan: Industri

37 Industri kopra 10421 Industri asinan buahbuahan dan 10311 sayursayuran Industri Kecap 10771 16. Industri pengolahan susu bubuk 10510 dan susu kental manis 17. Industri Batik Cap 13134 18. Industri Pengolahan Rotan 16104 Industri Pengawetan Rotan, 16103 Bambu dan Sejenisnya 19. Industri Barang dari Kayu (Industri 16221 Moulding dan Komponen Bahan Bangunan) 20. Industri Minyak Atsiri 20294 21. Industri pengeringan dan 12091 pengolahan tembakau 22. Industri barang dari tanah liat untuk bahan bangunan, industri barang dari kapur dan industri barangbarang dari semen: Industri Batu Bata dan Tanah 23921 Liat/Keramik Industri Barang Lainnya dari Tanah Liat/Keramik 23939 Industri

38 Industri Kapur 23942 Industri Barangbarang dari 23951 Semen Industri Barangbarang dari Kapur 23952 Industri Barangbarang dari 23959 Semen dan Kapur Lainnya 23. Industri paku, mur, dan baut 25952 Industri komponen dan suku 28113 cadang motor penggerak mula Industri pompa dan kompresor 28120 Industri komponen dan 30912 perlengkapan kendaraan bermotor roda dua, dan tiga, Industri perlengkapan sepeda dan 30922 becak 24. Industri alat mesin pertanian yang 28210 menggunakan teknologi madya seperti perontok padi, pemipil jagung, dan traktor tangan 25. Industri kapal kayu 30111 Industri peralatan dan 30113 perlengkapan kapal kayu untuk wisata bahari dan untuk penangkapan ikan 26. Industri

39 26. Industri Perhiasan: Industri Barang Perhiasan Berharga untuk Keperluan Pribadi Dari Logam Mulia Industri Barang Perhiasan Berharga Bukan Untuk Keperluan Pribadi Dari Logam Mulia Industri Barang Perhiasan Bukan untuk Keperluan Pribadi Dari Bukan Logam Mulia 32112 32113 32120 Industri Permata 32111 Industri kerajinan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain 27. Daur Ulang Barangbarang Bukan Logam 32903 38302 28. Pemeliharaan dan Reparasi Mobil 45201 Maksimal 29. Industri Rokok: Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian: Industri

40 Industri Rokok Kretek 12011 1) Untuk Industri Rokok Putih 12012 perluasan Industri Rokok lainnya 12019 usaha, hanya industri rokok yang telah memiliki Izin Usaha Industri (IUI) pada bidang usaha sejenis; atau 2) Untuk penanaman modal baru, hanya industri rokok skala kecil dan menengah yang bermitra dengan industri rokok skala besar yang sudah memiliki IUI pada bidang usaha sejenis 30. Industri

41 30. Industri Bubur Kertas Pulp (dari kayu) 31. Industri Kertas Berharga (antara lain: Bank Notes Paper, Cheque Paper, Watermark Paper) Industri Percetakan Uang dan Industri Percetakan Khusus/Dokumen Sekuriti (antara lain: perangko, materai, surat berharga, paspor, dokumen kependudukan dan hologram) 17011 Bahan baku dari Hutan Tanaman Industri (HTI) atau berasal dari Chip Impor jika bahan baku dalam negeri tidak mencukupi 17013 1) Izin operasional dari 18112 BOTASUPAL/ BIN; dan 2) Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian 32. Industri