BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya sekedar

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

Bab II Landasan Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. interaksi aktif dilakukan pembelajaran dengan lingkungan, yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERORIENTASI PROBLEM-BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1 Tinjauan Tentang Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Kartu-Kartu. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan kegiatan pembelajaran IPA dengan pendekatan pembelajaran

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris scince, Trianto (2010: 136). Kata science sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin scientia yang berarti tahu. Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari (2012:149), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta fakta, konsep konsep, atau prinsip prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut Abdullah (1998: 18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang 9

dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari gejala gejala alam yang tidak hanya penguasaan mengumpulkan fakta, konsep atau prinsip, tetapi juga proses menemukan yang didapat dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Bila IPA diajarkan melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan sendiri oleh manusia. Maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan. Mata pelajaran ini mempunyai nilai - nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Mata pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya. b. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. 10

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi. e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Salah satu unsure dalam strategi pembelajaran adalah menguasai teknik teknik penyajian atau metode mengajar. (Isriani dan Dewi, 2012:150-151) 2.1.2 Hakikat Metode Problem Solving Problem Solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini, anak didik belajar merumuskan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik. (Isriani dan Dewi, 2012:9) Dalam metode problem Solving dapat menggunakan metode metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelak di masyarakat. Metode Problem Solving ini digunakan agar menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi 11

yang andal dalam pemecahan masalah, maka diperlukan serangkaian strategi pembelaaran pemecahan masalah. (Wena, 2011:52) 2.1.2.1 Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. Menurut Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain : a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan secara objektif dan mandiri. b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah. c) Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang bener bener dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif. d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif mandiri, krisis analisis baik secara individual maupun kelompok. Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut. 1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya. 2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa. 3) Potensi intelektual siswa meningkat. 4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. 12

2.1.2.2 Langkah langkah Metode Pemecahan Masalah Langkah langkah metode Problem Solving yang akan dilaksanakan dalam penelitian menurut Syaiful Bahri D dan Aswan Zain, 2010:18, langkah langkahnya sebagai berikut: 1. Merumuskan dan menegaskan masalah Individu melokalisasi letak sumber kesulitan, untuk memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Ia menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan dengan menggunakan prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuinya sebagai pegangan. 2. Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan maslah yang serupa. Kemudian mengidentifikasi berbagai alternative kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pertanyaan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian (hipotesis). 3. Mengadakan pengujian atau verifikasi Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternative pemecahan yang dipilih, dipraktikan, atau dilaksanakan. Dari hasil pelaksanaan itu diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang telah dirumuskan. 4. Menarik Kesimpulan 2.1.2.3 Kelebihan dan kekurangan Metode Pemecahan Masalah Kelebihan dan kekurangan dalam menggunakan Metode Problem Solving menurut Syaiful Bahri D dan Aswan Zain, 2010:92-93, sebagai berikut : 1. Kelebihan: a. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. 13

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para peserta didik menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia. c. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, peserta didik banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagi segi dalam rangka mencari pemecahan. 2. Kekurangan: a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. c. Mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi peserta didik. 2.1.3 Hakikat Keaktifan Belajar Aktif menurut kamus besar Indonesia (2002 : 19) berarti giat (bekerja atau berusaha, sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Keaktifan siswa dalam belajar IPA tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain (Mulyasa, 2008: 158). 14

Menurut Jamal Ma mur Asmani (2010 : 60) aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembeljar dalam membangun pengetahuannya. Bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah dari guru tentang pengetahuan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:115) keaktifan belajar siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya keterlibatan dalam bentuk fisik seperti duduk melingkar, mengerjakan/ melakukan sesuatu, akan tetapi dapat juga dalam bentuk proses analisis, analogi, komparasi, penghayatan, yang kesemuanya merupakan keterlibatan siswa dalam hal psikis dan emosi (Sugandi, 2004: 75). Berdasarkan pengertian keaktifan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keaktifan adalah usaha yang dilakukan oleh guru untuk menumbuhkan suasana pembelajaran yang menarik agar peserta didik tertarik dan mampu terlibat aktif baik jasmani maupun rohani dalam mengikuti pelajaran. Adapun indikator keaktifan belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:122 125) : 1. Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan. 2. Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). 3. Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media/alat peraga yang diciptakan. 4. Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi siswa dalam proses pembelajaran. 15

5. Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelaajaran. 6. Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Keaktifan belajar siswa dapat muncul dengan dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Abu Ahmadi (2008: 78), faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni: (1) Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi faktor fisiologis dan psikologi. (2) Faktor ektern (faktor dari luar manusia) yang meliputi faktor sosial dan non sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik dalam proses belajar adalah faktor internal (faktor dari dalam peserta didik) dan faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik). Guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif, baik fisik maupun mental. Siswa akan belajar secara aktif kalau rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung (Tim, 2010: 142). 2.1.4 Hakikat Hasil Belajar Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar peserta didik dan berhasil tidaknya guru mengajar. Hasil belajar peserta didik digunakan untuk memotivasi peserta didik dan guru agar melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Berdasarkan teori Taksonomi 16

Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Menurut Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana 1990: 22). Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. 17

Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan definisi definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang dialami peserta didik mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan motorik yang diakibatkan dari suatu proses pengalaman belajarnya. Ada seseorang yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang cukup pula. Namun ada pula orang lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup, kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua orang itu dijumlahkan, kemungkinan skornya akan sama, sehingga kemampuan kedua orang itu tampak sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda. Dengan menggunakan metode Problem Solving dapat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik, dalam hal ini adalah pengaruh positif. Peserta didik pasif dan aktif menjadi kreatif dalam mengikuti mata pelajaran IPA ini. Peserta didik lebih memahami materi yang diajarkan guru, karena dalam metode ini peserta didik melakukan kegiatan sendiri dalam memecahkan suatu masalah dengan bimbingan dari guru. Selain itu, dengan metode ini akan membiasakan peserta didik memecahkan masalah secara terampil. Menggunakan metode ini akan meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik menjadi lebih kreatif dan terampil. Jadi, hasil belajar yang diperoleh dalam penerapan metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dan meningkatkan minat belajar dalam pelajaran IPA. 18

2.1.5 Hubungan antara Metode Problem Solving dengan Keaktifan belajar dan Hasil Belajar a. Keaktifan belajar siswa dipengaruhi oleh suatu kondisi dimana guru dengan sengaja mempasifkan diri dalam PBM. Problem Solving adalah suatu pandangan pembelajaran yang memandang pembelajaran sebagai proses interaksi antara siswa dan guru maupun siswa dan lingkungan yang berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya melalui interaksi mereka. b. Suasana pembelajaran yang menuntut siswa membangun sendiri konsep, hipotesis dan teori akan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif untuk menemukan sendiri. Suasana pembelajaran yang dimaksud adalah suasana pembelajaran yang ada dalam metode Problem Solving. c. Suasana dimana murid aktif mencari dan memecahkan masalah. Atau menemukan konsep, hipotesis dan teori akan menuntut mereka untuk saling berinteraksi sesamanya dan interaksi murid dengan guru dalam konteks murid butuh pada guru bukan sebaliknya. d. Penerapan metode Problem Solving dapat membangkitkan keingintahuan antar peserta didik serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga keaktifan dan hasil belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran IPA juga akan meningkat. 2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Huda (2011) dalam skripsinya yang berjudul Penerapan metode Problem Solving untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas VI SDN Bangelan 04 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penerapan metode Problem Solving 19

berturut-turut dari siklus 1 dan siklus 2 memperoleh nilai 91.5 dan 94. Aktivitas belajar siswa dalam belajar IPA meningkat ketika diterapkan metode Problem Solving, pada siklus 1 dan siklus 2 memperoleh nilai ratarata 76 dan 90. Hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan metode Problem Solving nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal siklus 1 yaitu 78 meningkat menjadi 92 pada siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Solving dapat meningkatkan pembelajaran IPA di kelas VI SDN Bangelan 04 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. Untuk itu, disarankan agar guru menerapkan metode Problem Solving pada standar kompetensi mempraktikkan pola penggunaan dan perpindahan energi. Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Dewi Sartika Panggabean (2011) dalam skripsinya yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SAINS IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING DI KELAS IV SD NEGERI 101767 TEMBUNG T.A 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan dari 24 siswa pada siklus I pertemuan I terdapat 11 orang siswa yang tergolong kreativitas belajar siswa rendah sekitar 45,8%. Pada siklus I pertemuan 2 terdapat 10 siswa yang tergolong kreativitas belajar siswa rendah sekitar 41,6%. Pada siklus II pertemuan 1 terdapat 12 orang tergolong siswa yang sedang sekitar 50%. Pada siklus II pertemuan 2 terdapat 20 orang siswa yang tergolong kreativitas belajar siswa sangat baik sekitar 87,5%. Dari hasil yang diperoleh dari 24 orang siswa dapat dilihat bahwa setelah dilakukannya tindakan pada setiap siklus terjadi peningkatan motivasi belajar siswa. Ini dapat disimpulkan bahwa dengan Metode Pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada pelajaran IPA materi pokok sumber daya alam di kelas IV SDN 101767 Tembung Kec. Percut Sei Tuan. Dan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2013) dalam skripsinya yang berjudul PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM 20

SOLVING MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL (VIDEO) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VA SD N 89 KOTA BENGKULU. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah pada siklus I diperoleh nilai rata-rata skor observasi keaktifan guru sebesar 39,75 dengan kriteria baik, dan rata-rata skor observasi keaktifan siswa sebesar 37,5 dengan kriteria baik. Pada siklus II rata-rata skor observasi keaktifan guru sebesar 42,75 dengan kriteria baik dan rata-rata skor observasi keaktifan siswa sebesar 43,75 dengan kriteria baik. Hasil analisis ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus 1 sebesar 73% dengan nilai rata-rata 73,5. Pada siklus II ketuntasan belajar secara klasikal meningkat menjadi 86% dengan nilai rata-rata meningkat menjadi 83,16. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Problem Solving melalui penggunaan Media Audio-Visual (Video) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas VA SDN 89 Kota Bengkulu (Materi Peristiwa Alam dan Kegiatan Manusia). Berdasarkan beberapa hasil kajian yang relevan di atas bahwa dengan penggunaan model Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pembelajaran model Problem Solving efektif untuk diterapkan di SD khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan demikian, penelitian tersebut mendukung pada penelitian ini yang menekankan penerapan pembelajaran menggunakan metode Problem Solving. 2.3 Kerangka Pikir Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang diajarkan melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik dibawah bimbingan dan pengawasan guru. Maka pelajaran IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan. Mata pelajaran ini mempunyai nilai - nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat 21

membentuk kepribadian anak secara keseluruhan dan mampu menumbuhkan sikap kreatif dalam kehidupan sehari hari. Pembelajaran IPA yang digunakan untuk mengajar kelas 4 SDN Candirejo 01 Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yaitu dengan menggunakan metode diskusi atau kerja kelompok. Dengan metode diskusi ini, peserta didik dibentuk dalam kelompok kelompok kecil, kemudian guru memberikan tugas atau lembar kerja pada tiap tiap kelompok. Peserta didik dalam kelompok masing masing harus bekerja sama dengan kelompoknya untuk mengerjakan tugas dari guru. Namun, karakter dari peserta didik kelas 4 di SDN Candirejo 01 Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ini berbeda beda. Selain itu, kurangnya perhatian guru terhadap peserta didik yang belum paham tentang tugas yang diberikan. Jadi banyak peserta didik pasif yang tidak mampu berpikir seperti peserta didik aktif. Maka banyak peserta didik kelas 4 yang belum mampu mencapai KKM yang telah ditentukan. Dengan kelemahan tersebut, pendidik perlu mengganti metode yang digunakan dalam mengajar, yaitu dengan menerapkan metode Problem Solving. Dalam metode ini, peserta didik diajarkan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Pendidik juga dapat membimbing tiap peserta didik, sehingga tidak ada peserta didik yang kebingungan dalam mencari data sampai menarik kesimpulan. Dengan menggunakan metode Problem Solving ini, peserta didik dengan bimbingan pendidik dapat menentukan suatu masalah, mencari dan mengumpulkan data, menentukan jawaban - jawaban atau pendapat pendapat sementara, kemudian peserta didik mampu menentukan kesimpulan dari data data dan jawaban jawaban sementara yang mereka kumpulkan. Maka metode ini mampu untuk mengajak peserta didik berpikir aktif dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Dengan begitu, peserta didik yang mengikuti pembelajaran IPA menggunakan metode Problem Solving mampu mencapai KKM yang ditentukan dan mampu mengembangkan kemampuannya dengan berpikir aktif dan kreatif. 22

Dari pergantian metode diatas dalam pembelajaran IPA, dari metode diskusi kemudian beralih pada metode Problem Solving. Dari peserta didik bekerja dalam kelompok dan tidak semua peserta didik didampingi oleh pendidik kemudian beralih pada kerja mandiri yang dibimbing pendidik. Dengan perubahan metode tersebut, peserta didik menjadi aktif dan kreatif. Hasil belajar peserta didik menggunakan metode Problem Solving mampu mencapai KKM yang ditentukan. Selain itu, peserta didik menjadi aktif dan mampu mengembangkan kemampuannya berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Problem Solving Pada Kelas 4 SDN Candirejo 01 Desa Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. 23