BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Pembangunan dibidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan nasional, artinya dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan. Upaya dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian, untuk menunjang kesehatan yang optimal. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal, salah satunya perlu dilakukan pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). Masalah terbesar yang dihadapi saat ini di bidang kesehatan gigi dan mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit periodontal. Plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Untuk mencegah akumulasi plak gigi, maka tindakan kebersihan mulut dengan pengendalian plak gigi sangat penting (Sriyono, 2005). Penyakit gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar salah satunya adalah karies gigi, karena kurangnya melakukan kebersihan gigi. Salah satu penyebabnya karena faktor perilaku, karena pada usia ini biasanya anak-anak menggemari makanan yang dapat merusak kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan setelah mengkonsumsi makanan
tersebut, mereka jarang membersihkan gigi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies (Ahmad, 2006). Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas ke arah pulpa. Karies gigi dapat menjadi masalah kesehatan yang penting karena kelainan pada gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jika dibiarkan berlanjut akan menjadi sumber infeksi dalam mulut sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini tentu saja akan mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah, menggangu konsentrasi belajar, mempengaruhi asupan gizi sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi anak dna dapat berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia (Siagian, 2008). Kejadian karies gigi walaupun tidak menimbulkan kematian sebagai akibat dari kerusakan gigi dan jaringan pendukung gigi, tetapi dapat menurunkan tingkat produktivitas seseorang. Dampak karies dari aspek biologis akan dirasakan sakit atau nyeri pada gigi sehingga aktivitas belajar, makan dan tidur terganggu, dari aspek estetikapun dapat menimbulkan masalah psikososial (Tarigan, 2006). Penyakit periodontal juga merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Seperti halnya karies gigi, penyakit periodontal juga lambat perkembanganya dan apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis (Samuel, 1994).
Cara menggosok gigi yang kurang baik menyebabkan plak pada gigi mengumpul semakin banyak dan akan mengiritasi gingiva, dan berlanjut merusak jaringan penyangga yang lebih dalam. Bila penyakit ini berlangsung terus maka tulang penyangga lama kelamaan menjadi goyang dan sampai pada akhirnya gigi yang terkena penyakit ini akan tanggal sendiri tanpa pencabutan. Usaha pengendalian plak gigi dapat ditempuh melalui dua cara yaitu secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis yaitu dengan menggunakan pola gosok gigi yang benar, sedangkan cara kimiawi adalah dengan menggunakan bahan kimia yang bersifat antiplak (Sriyono, 2005). Karies gigi terdapat di seluruh dunia tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Penelitian di negara-negara Eropa, Amerika, Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi. Anak usia sekolah di seluruh dunia diperkirakan 90% pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin, prevalensi terendah terdapat di Afrika. Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Anak usia antara 6-12 tahun atau anak usia sekolah masih kurang mengetahui dan mengerti memelihara kebersihan gigi dan mulut, terbukti pada angka nasional untuk karies gigi usia 12 tahun 76,62%. Target dan indikator yang ditetapkan World Hearth Organization (WHO) adalah 90% anak umur 5 tahun bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi berdasarkan indicator status kesehatan gigi dengan angka Decay Missing Filled (DMF-T= 1) gigi, penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut karena karies atau kelainan periodontial (Tarigan, 2006 dan Riskesdas, 2007).
Hasil analisis sederhana deskriptif penderita karies gigi dan faktorfaktornya di Indonesia diambil dari sumber Riskesdas tahun 2007-2013 dan Pusdatin serta Badan PPSDM. Menurut Riskesdas tahun 2013 terjadi peningkatan prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4% menjadi 53,2%. Suatu peningkatan yang cukup tinggi jika dilihat dari kacamata besaran kesehatan masyarakat. Terlebih jika di konversikan ke dalam jumlah absolut penduduk Indonesia. Data estimasi olahan Pusdatin tentang penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 176.689.336 jiwa, maka di Indonesia terdapat 93.998.727 jiwa yang menderita karies aktif. Untuk provinsi Jawa Tengah sendiri terjadi kenaikan dari 43,1% menjadi 47,6%. Selanjutnya bila ditinjau dari kelompok umur (menurut WHO) penderita karies aktif terjadi peningkatan pula prevalensinya dari tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar pada usia 12 tahun (13,7%) (Budijanto, 2014). Data dari Riskesdas tahun 2013 juga menunjukan untuk perilaku benar dalam menggosok gigi ditemukan sebagian besar penduduk Indonesia menggosok gigi pada saat mandi pagi maupun mandi sore (76,6%). Menggosok gigi dengan benar adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam, untuk Indonesia ditemukan hanya 2,3% (3,8% menggosok gigi sesudah makan pagi dan 27,3% sebelum tidur malam). Provinsi tertinggi untuk perilaku menggosok gigi dengan benar adalah Sulawesi Barat yaitu 8,0%, yang terendah adalah Provinsi Lampung yaitu 0,4%. Provinsi Jawa Tengah sendiri untuk perilaku benar dalam menggosok gigi hanya 1,7%
(menggosok gigi sesudah makan pagi sebesar 2,9% dan sebelum tidur malam sebesar 21,2%). Di Indonesia penyakit gigi dan mulut yang bersumber dari karies gigi menjadi urutan tertinggi yaitu sebesar 45,68% dan termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Selanjutnya SKRT tahun 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan menyebutkan prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05% (Zatnika, 2010), dan dari penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2011) bahwa di Jakarta, 90% anak mengalami masalah gigi berlubang dan 80% menderita penyakit gusi. Angka ini diduga akan lebih parah lagi di daerah-daerah, serta anak-anak dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anitasari pada tahun 2004 didapatkan hasil penilaian tingkat kebersihan gigi mulut dengan menggunakan indeks OHI-S pada 1650 siswa Sekolah Dasar Negeri kelas 1 sampai 6 di dapatkan 6,73% siswa keadaan kebersihan gigi dan mulut baik, 59,03% sedang dan 34,24% buruk. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2013 tentang pemeriksaan gigi dan mulut pada murid SD melalui program UKGS, melaporkan bahwa dari 29.841 siswa, telah mendapat pemeriksaan sebanyak 14.893 siswa dan terdapat sebanyak 11.018 (73,98%) siswa sekolah dasar yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut namun hanya 8.819 siswa atau 80,0% nya yang mendapatkan perawatan (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2013).
Di wilayah Kecamatan Somagede di tahun 2013 prevalensi karies gigi pada anak sekolah dasar kelas 1 mencapai 77,68% atau sekitar 456 siswa. Sedangkan dari data hasil penjaringan siswa baru pada awal tahun 2014 dari jumlah siswa kelas 1 sebanyak 568, yang diperiksa 551 didapatkan prevalensi angka karies sebesar 86,75% (478 siswa) yang menderita karies gigi (Profil Puskesmas Somagede, 2013). Hasil survey pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri II Somagede, jumlah siswanya sebanyak 227 dimana jumlah siswa kelas I-III adalah 102 siswa. Dimana kelas I berjumlah 37 siswa, kelas II berjumlah 29 siswa dan kelas III berjumlah 36 siswa. Dari hasil pemeriksaan didapatkan 78 siswa (76,47%) mengalami karies gigi. Dan dari hasil pengukuran indeks plak gigi pada 10 siswa didapatkan hasil 10% dikategorikan baik, 40% dikategorikan sedang dan 50% dikategorikan buruk. Keterangan yang disampaikan oleh kepala sekolah, penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut belum pernah dilaksanakan di sekolah tersebut, hanya ada kegiatan penjaringan siswa baru di awal tahun oleh petugas Puskesmas Somagede. Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan pencegahan yang paling utama dianjurkan, juga berarti individu tadi telah melakukan tindakan pencegahan yang sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok gigi. Tujuan menggosok gigi adalah untuk menghilangkan dan menghambat pembentukan plak, membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gingiva, mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus
yang ditujukan terhadap karies, penyakit periodontal atau sensitivitas (Sriyono, 2005). Dilihat dari segi usia rentannya anak yang terkena penyakit, maka penyuluhan terutama ditujukan pada golongan yang rawan terhadap gangguan kesehatan gigi dan mulut yaitu anak usia sekolah dasar. Pada usia ini, struktur giginya termasuk jenis gigi bercampur (masa gigi bercampur) antara gigi susu dan gigi permanen, sehingga rentan mengalami karies gigi, selain itu juga anak usia sekolah dasar kurang dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut (Romadhona, 2009). Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut juga di pengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat (Riyanti, 2005). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang cara menggosok gigi yang benar dengan metode ceramah, demonstrasi disertai media video dan praktek terhadap penghambatan pembentukan plak gigi pada siswa kelas I-III di Sekolah Dasar Negeri II Somagede, Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas menunjukkan bahwa plak gigi yang dibiarkan atau tidak dilakukan pembersihan akan menyebabkan terjadinya karies gigi dan penyakit periodontal. Salah satu
tindakan pencegahanya adalah dengan menggosok gigi dengan baik dan benar, dan pada usia sekolah dasar merupakan waktu yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak termasuk mengajarkan cara menggosok gigi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang menggosok gigi yang benar dengan metode ceramah, demonstrasi, disertai media video dan praktek terhadap penghambatan pembentukan plak gigi pada siswa kelas I-III Sekolah Dasar Negeri II Somagede di Kecamatan Somagede? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan tentang menggosok gigi dengan metode ceramah, demonstrasi disertai media video dan praktek terhadap penghambatan pembentukan plak gigi pada siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede di Kecamatan Somagede. 2. Tujuan khusus a) Untuk mengetahui gambaran karakteristik umur, jenis kelamin siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede. b) Untuk mengetahui gambaran skor plak gigi sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede. c) Untuk mengetahui karakteristik skor plak gigi sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede.
d) Untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan tentang menggosok gigi terhadap skor plak gigi pada kelompok intervensi siswa kelas I-III SD Negeri II Somagede. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan, pemahaman seta pengalaman melalui penelitian tentang perilaku menggosok gigi pada siswa sekolah dasar. 2. Bagi Siswa Sekolah Dasar Dapat digunakan sebagai koreksi terhadap perilaku menggosok gigi yang benar selama ini pada siswa SD Negeri II Somagede. 3. Bagi Institusi Sekolah Dasar Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan program pendidikan tentang kesehatan gigi dengan seksama. 4. Bagi Institusi Puskesmas Dapat memberikan masukan bagi institusi untuk lebih menggiatkan lagi program UKGS ke sekolah dasar. 5. Bagi Perkembangan Ilmu Kesehatan Dapat menambah pengetahuan betapa pentingnya kesehatan gigi sehingga perlu dilakukan perawatan gigi dengan benar dan juga untuk dijadikan salah satu informasi ilmiah bagi penelitian yang lebih lanjut pada manusia sehingga berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang dilakukan oleh Isrofah dan Eka (2007) dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah di SD Boto Kembang Kulonprogo Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental one group pretest and posttest design, dengan sampel 30 responden siswa-siswi kelas III dan IV. Uji statistik yang digunakan adalah uji t test (paired sample t test). Pencarian datanya menggunakan kuesioner tentang pengetahuan dan sikap tentang kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan gigi berpengaruh terhadap pengetahuan anak usia sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, tetapi tidak berpengaruh terhadap sikap anak usia sekolah dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Persamaan penelitian ini adalah pada responden penelitian samasama pada usia sekolah dasar dan melakukan intervensi berupa penyuluhan kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut. Perbedaanya dalam penelitian yang dilakukan peneliti intervensinya menggunakan metode ceramah, demonstrasi disertai video dan praktek dan mempunyai kelompok kontrol. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Silvia Anitasari (2004) dengan judul Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya Samarinda Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan metode observasional pada 1650 siswa Sekolah Dasar Negeri kelas I-VI
Kecamatan Palaran Samarinda. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified. Analisis data menggunakan rumus chi-square. Hasil penelitiannya adalah terdapat hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa SD N Palaran, dimana siswa SD yang sudah pernah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan menggosok gigi dengan baik dan benar tingkat kebersihan mulut mereka rata-rata 3 dengan kriteria sedang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah samasama meneliti tentang menggosok gigi pada anak Sekolah Dasar. Perbedaan dengan penelitian peneliti adalah peneliti menggunakan metode eksperimen, analisis data menggunakan uji independent sample t test serta instrumen pengukuranya menggunakan indeks PHP (Personal Higyene Performance). 3. Penelitian yang dilakukan oleh Aji Priyono (2012) dengan judul Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Metode Ceramah Disertai Media Video Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa Kelas 1 Tentang Kesehatan Gigi Di SD dan MI Adipasir Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara. Jenis penelitianya adalah pre eksperimen design dengan rancangan one group pre test-post test design. Jumlah sampelnya 92 anak yang ditentukan secara total sampling. Uji yang digunakan adalah t- paired (berpasangan). Hasil penelitianya menunjukan bahwa penyuluhan kesehatan gigi dengan metode ceramah disertai media video secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan sikap anak tentang kesehatan gigi di SD dan MI Adipasir Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara.
Penelitian ini mempunyai persamaan dalam hal jenis penelitianya yaitu eksperimen. Tetapi yang membedakan adalah desain penelitian peneliti adalah desain pretest-postest control group design, intervensi peneliti adalah penyuluhan dengan metode ceramah, demonstrasi disertai media video dan praktek, serta peneliti mengukur skor plak gigi responden penelitian. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Emita Kurniasari (2012) dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi dengan Metode Simulasi Ular Tangga Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah di SD Wilayah Paron Ngawi. Jenis penelitianya adalah quasy experimental dengan rancangan penelitian pretest posttest control group design. Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh hasil p value sebesar <0,005, sehingga dapat di simpulkan ada perbedaan yang signifikan terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi pada anak usia sekolah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Emita Kurniasari (2012) adalah terletak pada metode intervensi penelitian, pada penelitian Emita yaitu intervensi dengan metode simulasi ular tangga sedangkan penelitian ini menggunakan metode ceramah, demonstrasi disertai media video dan praktek. Persamaanya terletak pada responden penelitian yaitu sama-sama pada siswa sekolah dasar dan mempunyai kelompok kontrol.