BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

tatanan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data diatas. ialah:

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pulihnya perekonomian Amerika Serikat. Disaat perekonomian global mulai

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tempat pusat pemerintahan. Dahulunya pemerintahan pusat harus mengurusi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia senantiasa melakukan pembangunan nasional untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlu terus dilaksanakan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DI KOTA PADANG. Oleh: FIKRI ZUHRI PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ( PAD ) DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

PERATURAN BUPATI BREBES NOMOR 001 TAHUN 2018 TENTANG TENTANG TATA CARA PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

III. METODE PENELITIAN. pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah di kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK SERTA RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BEKASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, memiliki tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan yang dimaksud, maka dilaksanakan pembangunan Nasional yang terencana, terstruktur serta berkesinambungan. Hal ini dilakukan guna meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Pemungutan merupakan perwujudan peran wajib pajak yang langsung dan bersama-sama dalam melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk Pembangunan Nasional. Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berupaya secara optimal mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu modal dasar pemerintahan daerah dalam memperoleh dana untuk pembangunan dan untuk memenuhi belanja daerah. Pendapatan Asli Daerah

2 (PAD) merupakan usaha daerah guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas. (Widjaja, 2001). Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009, berasal dari: 1. Hasil pajak daerah. 2. Hasil retribusi daerah. 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. 4. Lain-lain pendapatan usaha daerah yang sah. Dari berbagai alternatif penerimaan daerah, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menetapkan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari dalam daerah itu sendiri dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. (Puji Wibowo, 2008)

3 Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2009-2013 Tahun Daerah (Rp) Retribusi Daerah (Rp) Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (Rp) Lain-lain PAD yang sah (Rp) 2009 272.664.041.773 77.170.447.766-22.589.480.849 2010 302.378.839.983 84.955.499.382 14.852.163.728 38.145.055.909 2011 665.854.660.260 79.702.575.533 10.168.969.381 47.937.308.311 2012 820.484.823.396 86.503.573.547 7.084.367.446 87.733.599.725 2013 1.194.087.447.016 115.506.811.284 11.662.442.681 121.518.537.342 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Berdasarkan tabel 1.1 bahwa pajak daerah merupakan sumber penerimaan terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan pajak daerah setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana penerimaan tertinggi sebesar Rp. 1.194.087.447.016,00 pada tahun 2013. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009, tentang pajak daerah disebutkan bahwa pajak kota/kabupaten terdiri dari: a. Hotel b. Restoran c. Hiburan d. Reklame e. Penerangan Jalan f. Mineral Bukan Logam & Batuan g. Parkir

4 h. Air Tanah i. Sarang Burung Walet j. PBB sektor Perdesaan & Perkotaan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB) Kota Bandung merupakan salah satu daerah yang diberi kewenangan untuk melaksanakan otonomi daerah yang salah satu pendapatan daerah yang diperoleh berasal dari sektor pajak. Kota Bandung sangat memungkinkan menggali Pendapatan Asli Daerahnya dari sektor pajak sebab melihat kondisi Kota Bandung sebagai ibu Kota Provinsi serta pusat berkumpulnya aktivitas perdagangan, industri, dan jasa bagi daerah-daerah sekitarnya, sehingga keadaan seperti ini menjadi peluang bagi Kota Bandung untuk menggali pajak daerah. (Ikin Solikin, 2007)

5 Tabel 1.2 Realisasi Penerimaan Macam-Macam Daerah Kota Bandung Tahun 2009-2013 (Rupiah) TAHUN Daerah 2009 2010 2011 2012 2013 Hotel 66.781.224.609 87.611.335.427 110.865.807.790 142.766.250.847 177.490.303.830 Restoran, Rumah makan & Katering 60.764.014.014 73.573.789.261 85.192.607.158 98.040.550.470 118.700.322.856 Hiburan 43.457.847.493 26.747.603.927 31.019.515.619 33.856.025.207 37.767.188.531 Reklame 32.120.179.668 11.616.090.321 15.315.316.254 18.512.330.978 17.603.910.300 Penerangan Jalan 64.569.640.161 96.946.622.459 108.779.806.117 118.649.903.427 135.297.036.036 Parkir 4.961.668.627 5.883.398.588 5.897.885.990 19.797.707.448 7.796.908.376 Bumi dan Bangunan Pedesaan & Perkotaan - - - - 281.095.280.643 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan - - 306.250.907.376 385.391.791.475 414.770.399.234 Air Bawah Tanah - - 2.532.813.956 3.470.263.544 3.566.097.210 TOTAL 272.654.574.572 302.378.839.983 665.854.660.260 820.484.823.396 1.194.087.447.016 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa pada tahun 2009-2010 untuk data Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Air Bawah Tanah belum ada, dikarenakan sebelumnya keduanya merupakan pajak pusat yang beralih

6 menjadi pajak daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Daerah dan Retribusi Daerah, pengalihan pengelolaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dilaksanakan mulai 1 Januari 2011 dan pengalihan pengelolaan Bumi dan Bangunan Pedesaan & Perkotaan (PBB-P2) ke seluruh pemerintahan kabupaten/kota dimulai paling lambat 1 Januari 2014. (http://www.pajak.go.id/content/pengalihan-pbb-perdesaan-dan-perkotaan). Untuk Kota Bandung pengelolaan Bumi dan Bangunan Pedesaan & Perkotaan (PBB-P2) mulai menerima pengalihan pengelolaan tahun 2013. Pada tabel 1.2 pajak penerangan jalan merupakan salah satu komponen dari pajak daerah yang penerimaannya cukup besar dilihat dari penerimaannya selama lima tahun yang selalu meningkat. Tabel 1.3 Anggaran dan Realisasi Penerangan jalan Kota Bandung Tahun 2009 sampai dengan 2013 Tahun Penerangan Jalan Realisasi Anggaran Selisih % 2009 64.569.640.161 72.324.370.936 (7.754.730.775) 89,28 2010 96.946.622.459 96.000.000.000 946.622.459 100,99 2011 108.779.806.117 98.500.000.000 10.279.806.117 110,00 2012 118.649.903.427 114.000.000.000 4.649.903.427 104,00 2013 135.297.036.036 121.500.000.000 13.797.036.036 111,00 TOTAL 524.243.008.200 502.324.370.936 21.918.637.264 104,36

7 Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa realisasi penerimaan Penerangan Jalan setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan, akan tetapi pada tahun 2009 realisasi penerimaan pajak penerangan jalan tidak mencapai target yang telah ditentukan serta pertumbuhannya hanya mencapai 89,28%. Dalam menyelenggarakan Penerangan Jalan (PPJ), Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah mengawasi proses pelaksanaan Penerangan Jalan (PPJ) akan tetapi dalam hal pengelolaan pemungutan nya Dinas Pendapatan Daerah berkerjasama dengan PLN dalam pemungutan pajak penerangan jalan yang dimana peran PLN dalam hal ini PLN wajib menerima dan menyetor pajak penerangan jalan ke Kas Daerah. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Penerangan Jalan, salah satu pajak daerah yang diharapkan dapat memberikan andil yang besar dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah sehingga dapat mensukseskan pembangunan daerah. Maka dalam penelitian ini mengambil judul: Pengaruh Penerimaan Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung).

8 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penerimaan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah tahun 2009-2013. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerimaan pajak penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah tahun 2009-2013. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis mengenai penerimaan pajak penerangan jalan Kota Bandung. b. Untuk membandingkan antara teori yang dipelajari dengan praktik yang sesungguhnya. 2. Bagi Masyarakat, Digunakan sebagai motivasi untuk memberikan kesadaran dalam melaksanakan kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.

9 3. Bagi Peneliti Selanjutnya, Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi yang mengadakan penelitian berikutnya, terutama yang berhubungan dengan pajak penerangan jalan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian untuk memperoleh data sekunder adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jl. Wastukencana No. 2 Bandung Jawa Barat. Adapun waktu dan lamanya penelitian dimulai dai bulan september 2014 sampai dengan 17 Februari 2015.