BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang. 1.1 Identifikasi Masalah. Maluku dengan Ibukota Ambon adalah salah satu provinsi yang terletak di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

INSTRUMEN PENELITIAN TESIS ALAWAU AMANO

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA. IV.1 Sakralnya Pusat Pulau Dalam Pemahaman Orang Abubu

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISA. Bab IV ini merupakan serangkaian analisis dari data lapangan sebagaimana yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

BAB IV ESMAKETDALAM PERSPEKTIF SAKRAL DAN PROFAN. A. Analisis Tentang Esmaket Pada Masyarakat Desa Mepa

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Teknik Pengumpulan Data, 6) Teknik Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN UKDW

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

III. METODE PENELITIAN. jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS. Mitos memang lebih dikenal untuk menceritakan kisah-kisah di masa

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB II METODE PENELITIAN

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini termasuk dalam kategori jenis penelitian Field Research

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

Alat Musik Dalam Adat dan Gereja. (Studi Terhadap Penggunaan Alat Musik di Jemaat GPM Soya Klasis Pulau Ambon) T E S I S

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

UPACARA ADAT LEGU DOU GAM DJAI DI TIDORE. Pembimbing : Drs. Joni Apriyanto M.Hum*, H. Lukman D. KATILI S.Ag.,M.ThI* Oleh: Sofyan S.A.

1 of 5 02/09/09 11:52

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

PEDOMAN PEDOMAN VANG BARU

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrakurikuler PAI di sekolah ini cukup tinggi dan beragam.

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Masyarakat Indonesia tidak terlepas dari adat dan kebudayaan. Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma kebiasaan, kelembagaan dan hukum adat yang lazim dilakukan pada suatu daerah. Adat dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat, karena bentuk dan nilai-nilai yang dianggap sakral dan berguna bagi masyarakat setempat. Dengan adannya adat atautradisi maka kehidupan masyarakat akan menjadi teratur, saling menghargai, rukun serta taat karena adat sendiri memiliki pengaruh yang kuat bagi kehidupan masyarakat. Adat juga dapat memberikan sebuah petunjuk moral dan rohani bagi manusia agar menjadi rukun, sopan, dan dihormati. Ada berbagai aturan-aturan yang ditetapkan misalnya saja aturan mengenai pemilihan lembaga adat. Lembaga adat inilah yang akan mengatur seluruh proses adat dalam masyarakat tersebut. Masyarakat Buru Selatan pada umumnya tidak terlepas dari yang namanya adat. Masyarakat memahami adat sendiri yakni sebagai sebuah kebiasaan atau tradisi yang mengatur realita kehidupan masyarakat, yang diwariskan oleh para leluhur atau tete nene moyang sejak zaman dahulu kala dan harus tetap 1

dilestarikan oleh anak-cucu secara turun temurun, karena mengandung nilai-nilai dan makna bagi mereka. Salah satunya adalah ritual sumpah adat. 1 Masyarakat Buru Selatan mengenal ritual sumpah adat dengan istilah Esmaket. Esmaket merupakan sebuah perjanjian, akta, sumpah yang dilakukan untuk mendapat pertolongan dan perlindungan dari yang memiliki kuasa pada daerah tersebut. Dalam hal ini mendapat pertolongan dan perlindungan dari para leluhur atau orang yang memiliki kuasa, sehingga masyarakat memahami bahwa ketika sumpah adat atau Esmaket dilakukan maka saat itulah ia mengikat janji dengan yang di percaya dalam hal ini paraleluhur yang menjadi keturunannya. Adat ini sudah ada sebelum masuknya injil di Buru Selatan yang diberikan oleh para leluhur yang sudah meninggal dengan sebutan dalam bahasa Buru yaitu Esmaket. Esmaket dilakukan kepada seseorang atau mereka yang dipilih untuk menjabat baik sebagai pejabat pemerintah seperti bupati, wakil bupati, camat dan kepala desa maupun sebagai pejabat adat seperti Matgugul, Soa, dan Kawasan. Proses ini merupakan sebuah ritual yang harus dilakukan di Buru Selatan dan sepenuhnya adalah tanggung jawab kepala adat (Matgugul) sebagaipemimpintertinggiadat di Buru selatan, maka ia yang berprakarsa atau yang mengambil peran utama dalam upacara ini. Dalam pelaksanaannya ritus Esmaket juga turut disaksikan oleh semua tokoh-tokoh adat yang ada di Buru Selatan dan juga disaksikanoleh warga setempat.esmaket dilakukan terpisah dengan pelantikan pemerintah Negara. 1 Wawancaradenganbapak A Solissatanggal 3 januari 2014 2

Pada masyarakat Buru Selatan terdapat pula ritus-ritus lain yang diarahkan untuk kehidupan baik secara individu maupun kelompok antara lain; Ritus Hawa Lalen (Untuk Hasil Kebun). Pada ritus ini mereka memohon agar pada musim tersebut terdapat banyak hasil yang ditanam dan juga hasil tersebut dapat mempengaruhi orang yang membutuhkannya apabila mau dijual, misalnya Warahe (kacang tanah). Dilakukan ritus Hawa lalen agar hasil tanaman tersebut bertambah banyak dan ketika dijual tidak ada tawar-menawar dengan harga kacang tanah tersebut. Ritus ini tidak melibatkan seluruh masyarakat yang ada di Mepa, Hanya dilakukan oleh pribadi saja. Ritus Bele merupakan ritus pantangan dan di dalam ritus Bele terdapat pula ritus lainnya seperti ritus untuk kejahatan tidak terulang lagi, ritus untuk menjauhkan diri dari kejahatan, ritus untuk memutuskan hubungan pasangan muda-mudi yang sementara menjalin hubungan, bahkan ritus untuk membuat orang lain menderita atau hidup susah. Ritual ini diperuntuhkan bagi mereka yang ingin untuk dilakukan ritus dan ini tidak dilakukan oleh sembarang orang. Hanya tokoh-tokoh adat yang memilki kuasa. Berkaitan dengan ritus Esmaket, pada awalnya kata Esmaket hanya dipakai untuk bidang pemerintahan, tetapi kemudian karena kata Esmaket itu dianggap sesuatu yang hebat dan memiliki kekuatan maka kata Esmaket kemudian dipakai juga oleh masyarakat Buru Selatan untuk kegiatan-kegiatan ritus yang lain. Sehingga Esmaket bagi masyarakat Buru Selatan ialah sumpah adat atau janji dalam hal ini berkaitan dengan seseorang yang memangku jabatan atau seseorang yang dipilih sebagai pemimpin dan bersumpah atau berjanji kepada leluhur tetapi juga memohon berkat agar dalam melaksanakan tugasnnya, ia mampu melakukan 3

dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian dari beberapa ritus yang ada pada masyarakat Buru Selatan tersebut yang mendapat perhatian dalam penelitian ini yakni ritus Esmaket atau sumpah adat. Dalam proses Esmaket itu ada hal-hal yang terjadi seperti; dalam melakukan Esmaket atau sumpah adat itu seseorang yang melakukan sumpah itu akan menangis dan gemetar bahkan orang-orang yang berada disekitarpun bisa merasakan hal yang sama. Kemudian tempat pelaksanaan Esmaket yang awalnya tertutup terbuka secara tiba-tiba walaupun tidak ada angin dan hujan turun yang kemudian ditandai dengan petir dan gemuruh. Masyarakat percaya bahwa hal-hal yang terjadi inilah yang menandakan bahwa Esmaket atau sumpah itu benar-benar direstui atau didengar oleh para leluhur atau tete nene moyang. Setiap Esmaket dilakukan untuk meminta berkat dan pertolongan kepada para leluhur agar dalam masa-masa menanam sampai menuai akan mendapat berkat yang banyak atau juga dalam kepemimpinan seseorang akan berjalan aman dan lancar, ada perdamaian, kerukunan dan sebagainya, tidak ada pertengkaran, perkelahian dan hal-hal buruk yang akan menimpah mereka. Esmaket ini dilakukan pada waktu serta orang tertentu saja. Esmaket ini menjadi ritual yang penting dalam memaknai arti kehidupan masyarakat desa Mepa, tidak hanya sebagai individu tertapi juga sebagai kelompok persaudaraan yang sudah tertanam sejak dibentuk oleh tete nene moyang masyarakat desa Mepa. Ritual ini memiliki nilai-nilai (termasuk juga nilai teologi) penting yang sangat berhubungan dengan keberlangsungan kehidupan masyarakat desa Mepa. Ritual ini memiliki nilai penghormatan kepada tete nene 4

moyang karena berangkat dari kenyataan hidup masyarakat desa Mepa yang menjunjung tinggi sikap saling menghormati. Hal ini nampak dalam pemahaman masyarakat bahwa selain untuk mendapat perlindungan ritual ini juga dilakukan untuk melanjutkan tugas yang pernah dilakukan oleh tete nene moyang masayarakat desa Mepa. Ini merupakan wujud dari rasa hormat mereka kepada para leluhur yang memberikan tatanan adat sebagai tata tertib sosial masyarakat yang diwariskan dari generasi ke generasi dan apa yang telah dilakukan oleh leluhur itu baik bagi keberlangsungan hidup mereka. Nilai kepercayaan juga terkandung dalam ritual ini dan sudah ada sejak zaman para leluhur. Tete nene moyang sejak zaman dahulu telah mengembangkan ritus adat ini sebagai bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang tertinggi yang tidak kelihatan. Selain itu, ritus Esmaket juga memiliki nilai persekutuan. Hal ini nampak jelas ketika kebersamaan masyarakat desa Mepa dalam keyakinan yang sama untuk saling memelihara dan memperkokoh hubungan satu dengan yang lain. Ritual Esmaket ini sekaligus menjadi makna bagi masayarakat desa Mepa untuk saling menopang dan melindungi serta membantu untuk kepentingan bersama di desa Mepa. Ritual Esmaket dianggap suci dan sakral oleh masyarakat, karena pada zaman dahulu, sebelum masuknya agama Kristen atau injil di Buru Selatan pada umumnya, para leluhur belum mengenal agama, namun mereka percaya bahwa ada penguasaalam atau ada kekuatan lain diluar kekuatan mereka yang setiap saat memelihara mereka sehingga mereka sembah atau puji dengan sebutan 5

OpoLahtahlah. Ritual Esmaket ini dijadikan sebagai sebuah penyembahan kepada Tuhan, sehingga Esmaket tetap dianggap sakral oleh masyarakat Mepa. Masyarakat tetap memelihara dan menjunjung tinggi Esmaket sebab di dalamnya terkandung nilai-nilai sejarah dan nilai-nilai moral serta iman yang dapat dipelajari, sehingga tradisi ini tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud hormat kepada para leluhur. Masyarakat masih mempercayai dan melakukan serta melestarikan ritual Esmaket secara bersama oleh masyarakat atau jemaat dalam kemajuan dan perkembangan dunia sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Bertolak dari beberapa fakta atau realitas di atas, maka yang menjadi topik penelitian ini adalah Esmaket (Peranan Esmaket Bagi Masyarakat Desa Mepa di Tinjau dar iperspektif Sosio-Teologis) B. PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: 1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Esmaket sehingga tetap bertahan sampai sekarang meskipun masyarakat sudah menjadi kristen. 2. Bagaimana nilai-nilai Esmaket itu mempengaruhi kehidupan bermasyarakat desa Mepa sekarang C. TUJUAN PENELITIAN Dari pertanyaan penelitian yang sudah ada di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 6

1. Mendeskripsikan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Esmaket sehingga tetap bertahan sampai sekarang meskipun masyarakat sudah menjadi kristen. 2. Mendeskripsikan bagaimana nilai-nilai ritual Esmaket itu mempengaruhi kehidupan bermasyarakat desa Mepa D. URGENSI Dalam penelitian ini di harapkan akan : 1. Mendapat informasi yang mendalam mengenai ritual Esmaket 2. Penelitian tentang ritual Esmaket ini juga penting bagi pelestarian budaya sebagai warisan leluhur. E. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian Untuk mendapatkan data bagi penulisan tesis ini, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode dan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan semua fenomena yang terdapat di dalam masalah yang diteliti yang meliputi pengumpulan dan penyususnan serta interpretasi dan analisa tetntang arti data tersebut. 2 Imam Suprayogo dan Tobrani mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif tersebut bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai Press, 1983), 63 2 H.Hadari Nawawi, Metidologi Penelitian Bidang Sosial. (Jakarta: Gajah Madah Univ. 7

fenomena atau hubungan antar fenomena yang sedang diselidiki. 3 Dengan menggunakan metode ini peneliti berusaha menggambarkan suatu keadaan yang sedang terjadi pada apa yang diteliti. Pendekatan kualitatif mendeskripsikan peranan Esmaket bagi masyarakat desa Mepa di Buru Selatan. b. Teknik Pengumpulan Data Teknikpengumpulan data darilapangandilakukandengancara : 1. Data Primer : Wawancara mendalam/in dept interview. Wawancara mendalam dipakai guna mencari informasi utama dari sumber asli (first hand) dan bukan dari sumber kedua. 4 Menurut Asmadi Alsa, wawancara mendalam dapat dipakai untuk mengali apa yang tersembunyi dihati sanubari subjek penelitian, baik yang menyangkut masa lalu, masa sekarang dan harapan untuk masa depan. Teknik ini dipakai guna mendapat informasi tentang nilai dan makna Esmaket yang diyakini oleh masyarakat Mepa Observasi/pengamatan langsung. Observasi atau pengamatan langsung merupakan teknik utama yang dipakai dalam penelitian kualitatif. 5 Cara ini merupakan observasi langung terhadap subjek yang memiliki kaitan dengan topik yang akan 3 Ibid., 63 4 Muhamad Idrus. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta: Erlangga, 2009), 4 5 Ibid., 35 8

diteliti. Peneliti mengadakan observasi langsung terhadap tindakan subjek penelitian yang berkaitan dengan topik penelitian. Hasil pengamatan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui rekam dan foto. Dengan demikian peneliti menggabungkan kegiatan melihat, mendengar dan bertanya dalam melakukan penelitian terhadap peranan Esmaket bagi masyarakat Desa Mepa. 2. Data Sekunder : Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah sejumlah referensi yang berupa buku-buku atau dokumendokumen cetak maupun non cetak yang berkaitan dengantopik penelitian. 3. Key Informan : Untuk mendukung penelitian dan mendapatkan data yang akurat, penulis akan memilih beberapa informan kunci seperti tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat di desa Mepa. 4. TeknikAnalisis Data: Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data yang dilakukan terlebih dahulu dengan mengelompokan data atau informasi menurut jenis dan 9

karakteristik sesuai dengan fokus penelitian dan membuat kesimpulan dan saran. 6 5. Lokasipenelitian : Lokasi penelitian ini dilakukan di masyarakat Desa dan Jemaat GPM Mepa Klasis Buru Selatan Propinsi Maluku. F. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan ini terdari dari beberapa bab yakni : BAB I : Berisikan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, urgensi penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Bab ini memaparkan pandangan tentang yang sakral dan profan. BAB III : Bab ini memapaparkan gambaran umum lokasi penelitian dan hasil penelitian. BAB IV: Bab ini menganalisis Esmaket dalam perspektif sakral dan profan dan implikasi sosio-telogis. BAB V: Penutup : Kesimpulan dan Saran. 248 6 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000), 10