I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pertanian. Pengertian agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

Pola Subkontrak Kopi Luwak Satria Agrowisata di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Kakao Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

BAB IV GAMBARAN UMUM

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

I. PENDAHULUAN. dan mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah industri kecil merupakan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyedia kebutuhan pangan bagi penduduk, tetapi juga sebagai sumber penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, holtikultura, peternakan dan perikanan. Kopi sebagai salah satu produk pertanian unggulan di Indonesia merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa Negara Indonesia. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta orang petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012). Data Departemen Perdagangan Republik Indonesia menunjukan perdagangan kopi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Selama periode 2008 hingga 2012 tercatatat mengalami peningkatan sebesar 1,95% (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2013). Bali merupakan daerah potensial penghasil kopi, ini dapat dilihat dari produksi kopi di Bali yang cukup besar dan berfluktuatif Produksi kopi pada tahun 2010 hingga 2011 mengalami penurunan dikarenakan pada saat itu tanaman yang baru ditanam belum menghasilkan, sedangkan tanaman yang sudah ada tidak produktif lagi (Dinas Perkebunan, 2013) 1

2 Data mengenai produksi kopi di Provinsi Bali dan Kabupaten Gianyar pada tahun 2010 s.d 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Produksi Kopi di Provinsi Bali dan di Kabupaten Gianyar Tahun 2010 s.d 2013. Produksi Kopi Produksi Kopi Tahun (%) Provinsi Bali (ton) Kabupaten Gianyar (ton) 2010 14.364 225 0,01 (-3.985) (+2) 2011 10.379 227 0,02 (+8.501) (+2) 2012 18.880 229 0,01 (-1.563) (+2) 2013 17.317 231 0,01 Rata-rata Persentase 15,33 0,83 0,01 Peningkatan Produksi Sumber : Badan Pusat Statistik Bali, 2014 Berdasarkan Tabel 1.1, rata- rata persentase peningkatan produksi kopi di Provinsi Bali adalah sebesar 15,33% ton setiap tahunnya, sedangkan rata-rata persentase peningkatan produksi kopi di Kabupaten Gianyar hanya sebesar 0,83% setiap tahunnya. Perbandingan produksi kopi Provinsi Bali dengan produksi kopi Kabupaten Gianyar sangat jauh berbeda. Produksi kopi Kabupaten Gianyar ratarata hanya menyumbang 0,01 % dari total produksi kopi yang ada di Provinsi Bali, dan jumlah tersebut sangatlah kecil untuk dapat dijadikan daerah potensial penghasil kopi. Persentase penduduk di Kabupaten Gianyar yang bekerja menurut lapangan usahanya pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.2

3 Tabel 1.2 Persentase Penduduk Kabupaten Gianyar yang Bekerja Menurut Lapangan Usahanya Tahun 2014 No Lapangan Usaha (%) 1 Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 14,33 2 Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air 22,15 3 Konstruksi 7,34 4 Perdagangan Besar dan Eceran, Restoran dan Hotel 28,73 5 Transportasi, pergudangan dan perhubungan 4,42 6 Lembaga keuangan, Perasuransian, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 2,90 7 Jasa masyarakat,sosial dan perorangan 20,13 Jumlah 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Gianyar, 2015. Berdasarkan Tabel 1.2 persentase penduduk di Kabupaten Gianyar yang bekerja menurut lapangan usahanya di dominasi oleh penduduk yang bekerja pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, restoran dan hotel dengan persentase 28,73%,. Persentase terendah, yaitu penduduk yang bekerja pada lapangan usaha lembaga keuangan, perasuransian, eal estate dan jasa perusahaan sebesar 2,90%. Komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha menunjukkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian bukanlah yang tertinggi, namun karakter Kabupaten Gianyar masih tergolong daerah agraris. Keadaan tersebut dapat terlihat dari komposisi penduduk yang bekerja di sektor pertanian masih cukup banyak dan berada di urutan keempat dengan persentase sebesar 14,33%. Kabupaten Gianyar secara umum memang bukan dikenal sebagai daerah pertanian melainkan sebagai daerah pariwisata, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung. Banyaknya wisatawan ataupun turis yang berkunjung baik mancanegara maupun lokal menyebakan banyaknya peluang bisnis yang tercipta.

4 Kabupaten Gianyar memang tidak memiliki potensi di bidang pertanian khususnya kopi, namun dengan banyaknya wisatawan atau turis yang datang berkunjung menyebabkan banyaknya pelaku bisnis yang mengembangkan usaha di bidang pertanian dengan mendatangkan bahan baku dari daerah lain untuk menunjang produksinya. Agrowisata kopi luwak merupakan salah satu dari banyaknya usaha yang sedang berkembang di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar saat ini. Kopi luwak merupakan kopi dengan harga termahal saat ini. Hal tersebut yang menyebabkan banyak pelaku bisnis yang memilih untuk mengembangkan usaha ini. Pengembangan komoditas kopi memiliki prospek yang cerah, apalagi dengan adanya usaha kopi luwak yang berdampak positif pada perkembangan perkebunan kopi arabika di Gianyar. Hasil panen kopi arabika selain dipasarkan ke pengepul karena hasil panen kopi di Gianyar masih dalam skala kecil, juga dipasarkan kepada pengusaha kopi luwak seperti yang terdapat di Desa Manukaya Kecamatan Tampaksiring (Anonim, 2013) Proses terbentuknya serta rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual kopi luwak. Kopi ini merupakan kopi jenis arabika, biji kopi ini dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Biji kopi mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya yang memberikan cita rasa tambahan yang unik. Proses produksi kopi luwak memiliki sedikit perbedaan dengan pengolahan kopi seperti biasanya, perbedaannya yaitu terdapat tambahan bantuan dari hewan luwak untuk memilih kopi yang benar-benar berkualitas dan dalam proses fermentasinya yang terjadi di dalam perut luwak.

5 Proses produksi kopi luwak sangat tergantung pada masa panen kopi arabika, yaitu dimulai dari bulan Mei atau Juni dan berakhir pada bulan Agustus atau September. Kopi luwak tidak dapat diproduksi di luar bulan tersebut, sebab di luar bulan tersebut pohon kopi arabika tidak dapat berbuah. Luwak bukanlah mesin yang dapat dipaksa untuk menghasilkan produk. Proses produksi kopi luwak terjadi secara alami yang menyebabkan produk atau kopi yang dihasilkan sangatlah terbatas. Kopi luwak bebas dari kandungan pestisida berbahaya karena pestisida yang terdapat pada kopi telah dibersihkan oleh secara alami oleh luwak, sehingga kopi luwak lebih sehat untuk dikonsumsi dibandingkan kopi yang lainnya (Ririn, 2012). Data mengenai produksi kopi luwak Satria Agrowisata pada tahun 2011 s.d tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.3 Tabel 1.3 Produksi Kopi Luwak Satria Agrowisata Tahun 2011 s.d 2014 Tahun Produksi (kg) 2011 172,00 2012 216,00 2013 345,00 2014 432,00 (+ 44 ) (+129) (+ 87 ) Rata-rata Persentase Peningkatan Produksi 36,66 Sumber : Diolah dari data primer, 2015. Berdasarkan Tabel 1.3, produksi kopi luwak di Satria Agrowisata dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Rata-rata persentase peningkatan produksi kopi luwak di Satria Agrowisata sebesar 36,66%., yang juga berarti permintaan kopi luwak setiap tahunnya semakin bertambah. Permintaan kopi luwak yang tinggi disebabkan oleh cita rasa dan manfaat yang terkandung di dalam kopi luwak tersebut.

6 Kopi luwak memiliki manfaat yang sangat banyak bagi kesehatan, diantaranya mencegah penyakit syaraf, dapat meningkatkan stamina tubuh dan bahkan mencegah diabetes, selain itu masih banyak lagi manfaat yang dimiliki oleh kopi luwak jika dibandingkan kopi yang lainnya. Banyaknya manfaat yang dimiliki oleh kopi luwak membuat permintaan kopi menjadi meningkat, dan hal yang harus dilakukan untuk memenuhi permintaan adalah dengan cara meningkatkan produksi kopi luwak tersebut. Meningkatkan produksi kopi luwak tersebut tentunya diperlukan kerjasama diantara pegiat luwak dan perusahaan penyedia kopi yaitu dengan melakukan kemitraan. Perusahaan penyedia kopi menyediakan biji kopi, dan pegiat luwak sebagai penghasil biji kopi yang telah difermentasi untuk kemudian menjadi kopi luwak. Kabupaten Gianyar atau khususnya di Kecamatan Tampak Siring, Desa Manukaya kini sudah berjamuran agrowisata kopi luwak, diantara banyaknya agrowisata yang ada, banyak yang sudah melakukan pola kemitraan dengan pegiat luwak, ini merupakan strategi pembangunan pertanian khususnya agribisnis yang saling menguntungkan satu sama lain. Pola kemitraan yang terjadi membuat pegiat luwak memperoleh beberapa keuntungan, namun pada sisi lain justru merasa tidak memiliki kebebasan. Perusahaan yang mengadakan kemitraan dengan pegiat luwak sebagai pelaku agribisnis, bahkan ada yang menerapkan konsep dan pola dengan pemberian modal usaha kepada pegiat luwak. Pemberian modal ini tentunya memberikan keuntungan tersendiri, terutama bagi pegiat luwak yang memiliki keterbatasan sektor permodalan.

7 Kelebihan yang dimiliki pola kemitraan, yaitu perusahaan menawarkan permodalan kepada pegiat luwak, hal ini tentu sangat menguntungkan bagi pegiat luwak. Perusahaan ada yang bahkan menawarkan dukungan sarana-sarana produksi, sehingga pegiat luwak tidak kesulitan dalam menyediakan sarana-sarana produksi. Sektor pemasaran dengan adanya pola kemitraan lebih terjamin, karena hasil produksi dibeli atau disalurkan oleh perusahaan mitra pegiat luwak itu sendiri. Pendampingan teknis oleh perusahaan yang akan memberikan tambahan pengalaman kepada pegiat luwak. Kualitas produksi akan lebih terkontrol, sehingga pegiat luwak akan lebih disiplin selama proses produksi. Penetapan target produksi, sehingga dapat memacu produktivitas di sektor pertanian. Berkembangnya sistem kemitraan tentu juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pada suatu daerah. Pola kemitraan memang memiliki banyak kelebihan, namun disamping banyaknya kelebihan tersebut terdapat kekurangan yang dimiliki sistem kemitraan, yaitu adanya keterkaitan dan tanggung jawab banyak orang, sehingga sistem kemitraan ini memerlukan banyak proses dalam pelaksanaannya. Aturan yang dibuat biasanya berdasarkan kepentingan perusahaan untuk memenuhi pangsa pasar yang dikelolanya, sehingga pegiat luwak tidak memiliki nilai tawar yang kuat dan jika salah satu pihak tidak menepati komitmen yang telah disepakati, maka dapat menimbulkan suatu perselisihan. Pola kemitraan yang telah dikembangkan, yaitu pola kemitraan inti plasma, pola kemitraan subkontrak, pola kemitraan dagang umum, pola kerjasama operasional agribisnis (KOA) dan pola kemitraan keaneka ragaman.

8 Pola kemitraan yang terjadi pada kenyataannya masih terjadi ketidakdisiplinan di dalam mentaati peraturan yang telah disepakati bersama, ini berdampak terhadap keberlangsungan kemitraan yang terjadi. Ketergantungan pihak mitra (pegiat luwak) terhadap perusahaan mitra (perusahaan besar) juga menyebabkan timbulnya masalah yang terjadi pada pola kemitraan. Kemitraan yang menguntungkan salah satu pihak ini tentu menjadi bentuk yang tidak adil, eksploitatif, dan dalam hal ini pihak yang biasanya diuntungkan adalah perusahaan besar (Martodireso dan Widada, 2002). Kemitraan antara pegiat luwak di Desa Manukaya, Kecamatan, Tampak Siring, Kabupaten Gianyar dengan Satria Agrowisata kopi luwak sudah dijalin sejak tahun 2011 hingga saat ini. Kemitraan ini bertujuan untuk saling melengkapi baik dari permodalan bagi pegiat luwak maupun kebutuhan produksi berupa ketersediaan bahan baku bagi Satria Agrowisata dan kemitraan yang terjalin ini diharapkan menguntungkan kedua belah pihak. Satria Agrowisata adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi kopi, baik itu kopi bali, kopi ginseng, dan kopi luwak. Komitmen antara kedua belah pihak sangat dibutuhkan untuk menjalankan kemitaan ini. Peraturan seperti hak dan kewajiban antara pihak yang bermitra harus ditaati sesuai dengan peraturan yang telah disepakati. Satria Agrowisata dan pegiat luwak diharapkan memperoleh keuntungan bersama dari kemitraan yang terjalin, tetapi pada pelaksanaanya banyak kemungkinan yang dapat terjadi seperti pelanggaran perjanjian dan lain-lain yang dapat menghambat berkembangnya kemitraan tersebut. Penelitian untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya terjadi dalam kemitraan antara Satria Agrowisata dengan pegiat luwak dalam hal ini sangat perlu dilakukan.

9 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diangkat beberapa permasalahan untuk diteliti sebagai berikut. 1. Bagaimana pola dan mekanisme kemitraan yang dilakukan oleh Satria Agrowisata dengan pegiat luwak? 2. Apa saja hak dan kewajiban Satria Agrowisata dan pegiat luwak? 3. Bagaimana efisiensi kemitraan yang terjadi antara Satria Agrowisata dengan pegiat luwak? 4. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Satria Agrowisata dan pegiat luwak? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1. Pola dan mekanisme kemitraan yang dilakukan oleh Satria Agrowisata dengan pegiat luwak. 2. Hak dan kewajiban pegiat luwak dan Satria Agrowisata dalam melakukan kemitraan. 3. Efisiensi kemitraan yang terjadi antara pegiat luwak dengan Satria Agrowisata. 4. Kendala-kendala yang dihadapi oleh pegiat luwak dan Satria Agrowisata.

10 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini berguna bagi 1. Satria Agrowisata maupun pegiat luwak sebagai acuan atau pertimbangan di dalam menjalankan kemitraan. 2. Pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut serta memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam bidang ekonomi pertanian. 3. pemerintah dalam menentukan arah kebijakan bidang pembangunan khususnya sektor pertanian. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian yang dilakukan antara Satria Agrowisata dan pegiat luwak tentang pola kemitraan kopi luwak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar ini dilakukan pada Periode April s.d Oktober Tahun 2014. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu untuk mengetahui bagaimana pola kemitraan dan mekanisme yang terjadi antara Satria Agrowisata dengan pegiat luwak, hak dan kewajiban Satria Agrowisata dan pegiat luwak dalam melakukan kemitraan, kendala-kendala yang dihadapi dalam kemitraan tersebut, dan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisa efisiensi kemitraan usaha kopi luwak yang terjadi antara Satria Agrowisata dengan pegiat luwak.