BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena bank syariah merupakan salah satu fenomena yang tetap hangat

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah pertama yang berdiri `di Indonesia adalah Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk bunga nol persen (zero interest). Hal ini terus berlangsung paling. bank-bank baru (Umam dan Utomo, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, Perbankan Syariah di Indonesia. mengalami perkembangan yang cukup pesat dan signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

1 Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sianar Grafiak, 2007, h.1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syari ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 17

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi berdasarkan prinsip jual beli, titipan, sewa dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur yang dilarang, berupa unsur perjudian (maisyir), unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. konvensional dan bank syari ah. Bank syari ah adalah bank yang aktivitasnya

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN adalah Bank Muamalat (BMI). Walaupun perkembangannya agak. terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat guna menunjang jalannya proses pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkain perjuangan yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yaitu untuk mendapatkan laba (profit). Di samping itu, untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai moraldan prinsip-prinsip syari ah Islam.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Serikat kemudian merambat ke negara-negara lainnya termasuk Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan juga terjadi di Indonesia. 1. meminjamkan uang serta memberikan jasa-jasa pembiayaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BABl PENDAHULUAN. Industri perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam. pembangunan nasional, salah satunya sebagai pengatur urat nadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berikut : Produk Pendanaan ( Funding Product), Produk Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, baik itu mencakup kelembagaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Graha Ilmu,2010), hlm Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Pertama (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insane, Jakarta, 2001, hlm. Vii

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Islam atau yang disebut dengan bank syariah adalah, bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al- Qur an dan Hadist Nabi SAW. Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Perkembangan bank syariah secara internasional dimulai dengan adanya sidang Menteri Luar Negeri yang diselenggarakan oleh Organisasi Konfrensi Islam (OKI) di Karachi, Pakistan, Desember 1970. Mesir mengajukan proposal pendirian bank syariah internasional untuk perdagangan dan pembangunan (International Islamic Bank For Trade and Development), serta proposal pendirian Federasi Bank Islam (Frderation of Islamic Bank). Isi dari proposal tersebut intinya adalah mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus digantikan dengan sesuatu sistem kerjasama dengan skema bagi hasil atau keuntungan maupun kerugian. Setelah mendapatkan pembahasan dari delapan belas negara Islam, akhirnya proposal tersebut diterima. Sidang menyetujui renacana mendirikan Bank Islam 1

2 Internasional dan Federasi Bank Islam. Baru pada tahun 1975 sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah, menyetujui pendirian Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar Islam. Dan semua anggota OKI menjadi anggota IDB. Untuk membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai negara, maka Islamic Development Bank (IDB) mendirikan sebuah institut riset dan pelatihan untuk pengembangan penelitian dari pelatihan ekonomi Islam, baik dalam perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini dikenal dengan Islamic Research an Training Institute (IRTI). Perkembangan perbankan syariah yang telah mendapat momentum sejak 1970-an di dunia internasional, secara umum mengambil dua pola, pertama, mendirikan bank syariah berdampingan dengan bank konvensional (dual banking system) seperti yang terjadi di Mesir, Malasyia, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, Bangladesh dan Indonesia. Kedua, merestructurisasi sistem perbankan secara keseluruhan sesuai dengan syariah Islam (full flaged islamic financial system) seperti yang terjadi di Sudan, Iran, Pakistan. Peranan regulasi menjadi titik kritis terpenting dalam kedua model yang dimaksud, yang mana seluruh inisiasi awal perbankan syariah dimulai dengan dukungan regulasi yang memadai. 1 1 Setiawan Budi Utomo, PERBANKAN SYARIAH:Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: PT Grafindo Persada,2016, hal.22-23.

syariah. 2 Operasional perbankan syariah di indonesia didasarkan 3 Indonesia sebagai sebuah negara berpenduduk muslim terbesar di dunia baru pada akhir-akhir abad ke-20 ini memiliki bank-bank yang berdasarkan pengelolaannya pada prinsip syariah. Pada awal-awal berdirinya negara indonesia perbankan masih berpegang pada sistem konvensional atau sistem bunga bank (interest system). Secara kelembagaan bank syariah pertama kali yang berdiri di indonesia adalah PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), kemudian baru menyusul bank-bank lain yang membuka jendela syariah (Islamic Window) dalam menjalankan kegiatan dalam usahanya. Melalui islamic window ini, bank-bank konvensional dapat memberikan jasa pembiayaan syariah kepada nasabahnya melalui produk-produk yang bebas dari unsur riba (usury), gharar (uncertainty), dan maysyir (speculative) dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). UUS adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit pada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diperbarui dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Pertimbangan perubahan Undang-Undang tersebut dilakukan untuk mengantisipasi tantangan sistem keuangan yang semakin maju dan kompleks dan mempersiapkan infrastruktur memasuki 2 Ibid hal.26-27.

4 era globalisasi. Jadi, adopsi dalam sistem perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional bukanlah semata-mata mengakomodasi kepentingan penduduk indonesia yang kebetulan sebagian besar muslim. Namun lebih kepada adanya faktor keunnggulan atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjebatani ekonomi. 3 Menurut UU No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Islam dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam pasal 1 ayat (7) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang disebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam pasal 1 ayat (12), menyebutkan bahwa prinsip bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasrkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dalam bidang syariah. 4 Perkembangan ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada tingkatan ekonomi makro, tetapi telah mulai menyentuh sektor 3 Muhamad, Manajemen Bank Syari ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, hal.9. 4 Sumar in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, hal.49-50.

5 paling bawah yaitu mikro, lahirnya lembaga keuangan mikro Islam yang berorientasi sebagai lembaga sosial dan keagamaan, yang kemudian disebut dengan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT). Baitul Mal Wa Tamwil merupakan suatu lembaga yang mempunyai dua istilah yaitu baitul mal dan baitul tamwil. baitul mal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti zakat, infak, dan sedeka. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berdasarkan syariat isalam. Lembaga ini didirikan dengan maksut untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank syariah atau BPR syariah. Prinsip operasionalnya didasrkan atas prinsip bagi hasil, jual beli, ijarah, dan titipan (wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan bank syariah, bahkan boleh dikatakan menjadi cikal bakal dari bank syariah, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta pelaku usaha kecil yang mengalami hambatan psikologis bila berhubungan dengan pihak bank. Sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank berprinsip syariah. Operasionalisasinya BMI kurang menjangkau masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan

6 lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasional di daerah. Hasil positif mulai dirasakan oleh masyarakat, terutama pada kalangan masyarakat kecil dan menengah. Mereka sering memanfaatkan pelayanan BMT yang saat ini telah tersebar diseluruh indonesia. Hal ini disebabkan mereka memperoleh banyak keuntungan dan kemudahan dari BMT yang tidak mereka peroleh sebelumnya dari lembaga sejenis yang menggunakan pendekatan konvensional. 5 Dalam menjalankan usahanya dalam menghimpun dan penyaluran dana BMT memiliki dua jenis produk, yaitu produk pembiayaan dan produk simpanan. Pebiayaan yang diberikan oleh BMT pada dasarnya terdiri dari tiga model pembiayaan, yaitu dengan sistem bagi hasil, pembiayaan jual beli dengan keuntungan dan pembiayaan kebajikan. Sedangkan dalam produk simpanan, BMT memliki berbagai akad yang mirip dengan akad yang ada pada BPR Syariah. Adapun akad-akad tersebut yaitu pada sistem operasional BMT, pemilik dana menanamkan uangnya di BMT tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil yaitu seperti Giro Wadi ah, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah. 6 5 Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2015, hal.315-318. 6 Ibid. hal.325-326.

7 Salah satunya seperti halnya produk yang ada di KSPPS BMT Walisongo Semarang. KSPPS BMT Walisongo Semarang merupakan lembaga keuangan mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yang kehadirannya diharapkan dapat menunjang sistem perekonomian di sektor masyarakat kecil menengah, khususnya masyarakat yang ada di sekitarnya. Adapun produk-produk yang ada di dalam KSPPS BMT Walisongo Semarang, baik itu produk simpanan maupun pembiayaan, di dalam produk simpanan KSPPS BMT Walisongo Semarang terdapat produk Simpanan Suka Rela (Si Rela) yaitu simpanan yang dapat di setorkan kapan saja, dan produk Simpanan Berjangka (Si Jangka) yaitu seperti halnya Deposito yang penarikannya berjangka antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sedangkan untuk produk pembiayaan KSPPS BMT Walisongo Semarang terdapat pembiayaan dengan akad murabahah dan Bai Bitsaman Ajil (BBA) yang menggunakan sistem multiguna. KSPPS BMT Walisongo Semarang tidak pernah lepas dengan masalah pembiayaan, sebagai mana yang diketahui BMT merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya memberi pembiayaan, pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada pihak ketiga berdasarkan kesepakatan pembiayaan antara BMT dengan si calon penerima dana.

8 Adapun pembiayaan dengan akad murabahah yaitu akad jual beli pada harga asal dengan tambahan keuntungan (margin) yang telah di sepakati keduanya, penjual harus memberi tahu harga produk yang di beli dan menentukan keuntungan sebagai tambahannya dengan pembayaran dikemudian hari secara sekaligus. Sedangkan pembiayaan dengan akad bai bitsaman ajil (bba) adalah akad jual beli, antara penjual (BMT) dan pembeli (anggota) dengan proses pembayaran secara angsuran. salah satu fungsi pembiayaan adalah untuk memberi kemudahan kepada penggunanya dalam membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan yang di inginkan tentunya dengan tidak melanggar syariat Islam, di KSPPS BMT Walisongo ada minat tersendiri anggota terhadapa pembiayaan, yang salah satunya produk yang penulis bahas adalah pembiayaan multiguna dengan akad bai bitsaman ajil. Berikut adalah data pelayanan anggota terhadap pembiayaan dalam kurun waktu 2 tahun ini yaitu sebagai berikut:

9 Tabel 1.1 Jumlah nasabah yang melakukan pembiayaan di KSPPS BMT Walisongo Semarang Tahun 2015 dan 2016. Bidang Pembiayaan Tahun 2015 Tahun 2016 MUDHARABAH - - BBA 220 184 MURABAHAH 107 85 Sumber: Rapat Akhir Tahunan KSPPS BMT Walisongo Selasa, 14 Maret 2017 Berdasarkan tebel diatas menunjukan bagaimana pembiayaan akad bai bitsaman ajil (bba) lebih mendominasi dari akad murabahah, yang keduanya menggunakan sistem multiguna, walaupun tabel diatas menunjukan penurunan pebiayaan di keduanya dari tahun sebelumnya, pembiayan dengan akad bai bitsaman ajil dinilai lebih mudah dan sesuai dengan karakteristik apa yang telah dibutuhkan oleh anggota atau calon anggotanya. Hal ini tentunya akan membawa manfaat atau dampak tersendiri bagi KSPPS BMT Walisongo yaitu keuntungan yang di dapatkan dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual dari anggota BMT. Berdasarkan uraian apa yang telah dikemukaan di atas, maka penulis ingin mengangkat didalam penulisan tugas akhir yang berjudul PENERAPAN AKAD BAI BITSAMAN AJIL

10 (BBA) PADA PEMBIAYAAN MULTIGUNA DI KSPPS BMT WALISONGO SEMARANG B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah apa yang sudah penulis kemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan akad bai bitsaman ajil (bba) pada pembiayaan multiguna di KSPPS BMT Walisongo Semarang? 2. Bagaimana perhitungan angsuran pembiayaan multiguna dengan Akad Bai Bitsaman Ajil di KSPPS BMT Walisongo Semarang? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan akad bai bitsaman ajil (bba) pada pembiayaan multiguna di KSPPS BMT Walisongo Semarang. 2. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan angsuran pembiayaan multiguna dengan akad bai bitsaman ajil di KSPPS BMT Walisongo Semarang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman baru kepada penulis

11 2. Bagi KSPPS BMT Walisongo Semarang Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi koreksi untuk KSPPS BMT Walisongo Semarang supaya kedepannya nanti agar dapat lebih berkembang lagi. 3. Bagi akademik Sebagai alat ukur keberhasilan perkuliahan dan dapat digunakan sebagai bahan informasi peneliti selanjutnya. 4. Bagi Pembaca Dapat memberikan pengetahuan baru terhadap si pembaca mengenai tentang hal yang telah diteliti. 5. Bagi Mahasiswa Dapat memberikan informasi dan rujukan kepada masyarakat mengenai obyek yang telah diteliti dan khususnya bagi mahasiswa yang akan menyusun Tugas Akhir. E. Tinjauan Pustaka untuk memberikan gambaran secara mendetail terhadap apa yang sudah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penulis melakukan kajian terhadap karya-karya yang mempunyai keterkaitan dengan topik yanag diteliti, Tinjauan pustaka pada penulisan ini adalah skripsi dengan judul Penarapan akad Bai bitsaman ajil pada pembiayaan modal kerja usaha kecil menengah karya Mutiara Jannati mahasiswi kosentrasi Ekonomi Syariah UIN Sultan Syarif Kasim Riau tahun 2016.

12 Berdasrkan penelitian penulis menemukan perbedaan terhadap obyek yang diteliti, pada penerapan akad bai bitsaman ajil karya Mutiara jannati memfokuskan pada pembiayaan modal kerja UKM, sedangkan penulis memfokuskan pada pembiayaan multiguna di KSPPS BMT Walisongo Semarang. F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis penelitian langsung di lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 2. Obyek Penelitian Penelitian dilakukan di KSPPS BMT Walisongo Semarang 3. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah suatu data yang diperoleh secara langsung di lapangan dari obyek penelitian sebagai sumber yang diteliti. 7 Data primer disebut data asli. Sumber data primer dari penelitian ini adalah buku-buku, modul, serta wawancara dengan karyawan KSPPS BMT Walisong Semarang. 7 Saefudin Anwar, Metodologi Penelitian, Yogyakarata : Pustaka Pelajar,1998, hal.91.

13 b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang mendukung data primer dan dapat diperoleh dari luar obyek penelitian. Sumber data dalam penelitian adalah segala data yang tidak berasal dari sumber data primer yang dapat memberikan dan melengkapi serta mendukung informasi terkait obyek penelitian baik yang berbentuk buku-buku, jurnal yang berhubungan dengan obyek penelitian. 4. Obyek pengumpulan data Dalam menyusun sebuah penelitian data harus secara akurat, relevan, dan komprehensif terhadap persoalan yang teliti, dalam pengumpulan data terdapat beberapa metode, diantaranya: a. Wawancara Wawancra digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondenya. 8 Dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi penulis melakukan wawancara langsung 8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kauntitatif,Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2010, hal.194.

14 kepada Manager, teller, marketing dan pembukuan KSPPS BMT Walisongo Semarang. b. Observasi Observasi merupakan pengamatan secara seksama terhadap suatu obyek dengan menggunakan indera baik yang langsung maupun tidak langsung. Observasi yang dilakukan penulis dengan pengamatan langsung di lapangan mengenai bagaimana penerapan akad bai bitsaman ajil pada pembiayaan multigun dan perhitungan angsuran pembiayaan multiguna dengan akad bai bitsaman ajil di KSPPS BMT Walisongo Semarang. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara pengumpula data dengan mencari data terhadap hal-hal yang berupa catatan-catatan suatu peristiwa yang ditinggalkan baik itu secara tertulis maupun tidak tertulis. 5. Analisis Data Dari data-data yang telah terkumpul, penulis melakukan analisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu dengan data-data kemudian dituangkan dalam bentuk kata-kata untuk menjadikan suatu rangkaian kata yang lebih baik, yang tentunya mempermudah dan dapat memberikan kejelasan tentang gambaran obyek yang sesungguhnya.

15 G. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan tugas akhir, penulis membagi menjadi 5 bab yang isinya terdiri dari: BAB I BAB II BAB III Semarang : Pendahuluan Di dalam bab pertama ini penulis akan menuliskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. : Pembiayaan dan Akad Bai Bitsaman Ajil Mengenai pengertian pembiayaan, tujuan pembiayaan, fungsi pembiayaan, analisis kelayakan pembiayaan, pengertian akad, pengertian Bai Bitsaman Ajil, landasan hukum, rukun dan syarat Bai Bitsaman Ajil, mekanisme akad Bai Bitsaman Ajil. : Gambaran Umum KSPPS BMT Walisongo Sejarah berdirinya KSPPS BMT Walisongo Semarang, visi dan misi KSPPS BMT Walisongo Semarang, prinsip KSPPS BMT

16 Walisongo Semarang, wilayah kerja KSPPS BMT Walisongo Semarang, sistem kerja KSPPS BMT Walisongo Semarang, lingkup usaha KSPPS BMT Walisongo Semarang, sistem pengelolaan usaha KSPPS BMT Walisongo Semarang, structur organisasi KSPPS BMT Walisongo Semarang, Tugas dan Wewenang, strategi pelayanan KSPPS BMT Walisongo Semarang, produk dan layanan KSPPS BMT Walisongo. BAB IV : Pembahasan Penerapan akad bai bitsaman ajil pada prmbiayaan multiguna di KSPPS BMT Walisongo Semarang, Semarang. Perhitungan angsuran pembiayaan multiguna dengan akad bai bitsaman ajil di KSPPS BMT Walisongo Semarang. BAB V : Penutup Kesimpulan, saran, penutup. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN