REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH DESIMAL SISWA SD DITINJAU DARI GENDER

dokumen-dokumen yang mirip
REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

PROFIL BERPIKIR SISWA SMA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN CHOLERIS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Metode Problem Solving. Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

KECENDERUNGAN SISWA KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 ROWOKELE DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

P 46 PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL YANG TERINTEGRASI DENGAN SOFT SKILL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

Representasi Mahasiswa Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Memecahkan Masalah Program Linier

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

REPRESENTASI MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATERI REGULA FALSI

MATHEMATICAL REPRESENTATION ABILITY IN PRIVATE CLASS XI SMA YPI DHARMA BUDI SIDAMANIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No. 6 Tahun 2017 ISSN :

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB V PEMBAHASAN. komunikasi matematis peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMTIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 2 TELAGA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

P 46 BERPIKIR KREATIF SISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM PEMECAHAN MASALAH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMP

Key Words: Identification Strategies, Problem solving, Surface Area and Volume Beams

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA. Hendik Sugiarto

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

KOMUNIKASI MATEMATIKA TERTULIS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

KEMAMPUAN PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MATERI KUBUS DI KELAS IX SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemampuan Pemecahan Masalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau Dari Kecerdasan Logis Matematis dan Gender

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

PROFIL REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS XII SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN PERSPEKTIF KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE PADA MATERI ALJABAR DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Transkripsi:

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH DESIMAL SISWA SD DITINJAU DARI GENDER Susi Hermin Rusminati Universitas PGRI Adi Buana Surabaya susihermin@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa SD laki-laki dan perempuan saat mengerjakan soal desimal. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas V yang bertempat di SD Kemala Bhayangkari 9 Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan kata lain peneliti menggali dan mengetahui informasi secara detail dengan mengumpulkan data melalui pemberian tes dan wawancara. Tes yang diberikan ada 3 tahap dengan waktu yang berbeda. Tes yang diberikan kepada siswa adalah sama. Dari hasil tes yang diberikan, menunjukkan bahwa siswa laki-laki saat mengerjakan operasi hitung desimal, siswa tersebut masih terlihat bingung dan mengerjakan dengan beberapa coretan yang ada dikertasnya. Dengan kata lain siswa laki-laki menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah, sedangkan siswa perempuan saat menyelesaikan masalah terlebih dahulu membaca kemudian menuangkan rencananya pada lembar jawaban, siswa tersebut langsung menuliskan rencananya tanpa menggunakan gambar. Hal ini dilakukan siswa tersebut karena dalam menyelesaikan soal tidak memerlukan gambar. Siswa langsung mengerjakan dan menghitung pecahan desimal tanpa menggunakan bantuan dengan menyamakan penyebutnya, kemudian menyelesaikan sesuai dengan permintaan pada soal. Keywords:, Pemecahan Masalah, Gender 1. Pendahuluan Matematika menurut beberapa siswa adalah salah satu pelajaran yang dianggap sulit, bisa dikatakan bahwa matematika adalah momok. Hal ini dapat disebabkan karena kurang komunikatif antara guru dan siswa ketika proses belajar berlangsung. Dalam membelajarkan matematika seyogyanya guru bersikap komunikatif dengan mengajak siswa untuk aktif dan berperan dalam pembelajaran. Mengajak siswa untuk memecahkan masalah bersama dan sejenisnya. Dengan mengajak siswa untuk berperan serta maka siswa diajak pula untuk berpikir dan menuangkan ide-ide yang sudah ada dalam pikirannya. Matematika merupakan pondasi segala ilmu, oleh karena itu sejak anak berusia Pra TK perlu dibelajarkan matematika, seperti yang tercantum dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) bahwa program pembelajaran pra-taman kanakkanak (pra-tk) sampai kelas XII harus memungkinkan siswa untuk : (1) menciptakan dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika; (2) memilih, menerapkan, dan menterjemahkan representasi matematika untuk pemecahan masalah; dan (3) menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial, dan matematika. a. Pengertian Prepresentasi adalah pengungkapan ideide matematika dengan menggunakan 80

model seperti bahasa lisan, bahasa tulis, simbol, gambar, diagram, model, grafik, atau menggunakan anggota fisik dikatakan sebagai representasi ide (Goldin 1987). Representation external ia acts of writing, speaking, manipulating the elements of same external concrete system, and so on... (Goldin 2004), presentasi eksternal adalah aktifitas menulis, berbicara, memanipulasi sistem elemen-element nyata. Dapat dikatakan representasi eksternal adalah hasil dari perwujudan ide yang berupa tulisan, bahasa, gambar, tabel. Berbicara tentang representasi matematika, dan pengungkapan ide-ide matematika perlu adanya perwujudan yang berupa representasi eksternal. Hubungan antara representasi internal dan eksternal sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan, hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut Internal Hal ini dikarenakan representasi internal seseorang tidak dapat diamati secara kasat mata, karena representasi internalnya berupa ide-ide atau gagasan, untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiran, maka seseorang tersebut dapat menuangkan ide-idenya dalam bentuk bahasa lisan, gambar, diagram, grafik, dan sebagainya, hal itulah yang dinamakan representasi eksternal. Oleh karena itu antara representasi internal dan representasi eksternal saling berkaitan bahkan tidak dapat dipisahkan. Mudzakir (2006) telah menunjukkan indikator representasi matematika visual: Eksternal Indikator Menyajikan kembali data/informasi dari suatu representasi a. Diagram, grafik, tabel b. Gambar Persamaan ekspresi matematik atau atau Kata-kata atau teks tertulis ke representasi diagram, atau tabel menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah. Membuat gambar untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya. Membuat persamaan, model matematika atau representasi dari representasi lain yang diberikan. Membuat konjektur dari suatu pola hubungan. Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematika. Membuat situasi masalah berdasarkan data atau masalah representasi yang diberikan. Menuliskan interpretasi dari suatu representasi. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan kata-kata. Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan. Menjawab soal dengan menggunakan katakata atau teks tertulis. Indikator tersebut digunakan untuk mengukur representasi yang sudah dikemukakan oleh siswa berupa pemecahan masalah siswa SD yang berkaitan dengan desimal. 81

b. Pemecahan Masalah Solving a problem is finding the unknown means to a distinctly conceived end (Polya, 1973) Memecahkan masalah adalah menemukan cara-cara tidak diketahui dan akhirnya dapat dipahami. Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas (Siswono 2008). Pemecahan masalah adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Ada 4 (empat) langkah pemecahan masalah menurut Polya, yaitu : (1) memahami masalah (understanding the problem); (2) membuat rencana penyelesaian (devising a plan); (3) melaksanakan rencana penyelesaian (carrying out the plan); dan (4) memeriksa kembali (looking back). Untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat menggunakan 4 tahap menyelesaikan masalah menurut Polya. Disamping 4 tahap penyelesaian yang disampaikan Polya, ada pula 5 tahap proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Krulik dan Rudnick (Siswono, 2008) yaitu (1) membaca dan memikirkan (read and think); (2) mengeksplorasi dan memecahkan (explore and plan); (3) memilih suatu strategi (select a strategy); (4) mencari suatu jawaban (find an answer); dan (5) merefleksi dan memperluas (reflect and extend). Proses pemecahan masalah yang digunakan peneliti yaitu langkahlangkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya. c. Hubungan Kemampuan Matematika dengan Empirical studies suggest that mathematics problem solving competency depend on one s ability to 82 think in term of different representational system during problem solving process (Jones) dapat diartikan studi empiris menunjukkan bahwa kompetensi pemacahan masalah matematika tergantung pada kemampuan seseorang untuk berpikir, dalam istilah sistem representasi yang berbeda selama proses pemecahan masalah. Kemampuan matematika sangat diperlukan untuk merepresentasikan suatu wujud dari pemecahan masalah. Siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dapat merepresentasikan ide-ide yang ada dalam pikirannya. Oleh karena itu diperlukan kemampuan matematika yang tinggi agar siswa dapat merepresentasikan ide-ide atau gagasannya. d. Gender Perbedaan gender bukan hanya berakibat pada perbedaan kemampuan dalam matematika tetapi cara memperoleh pengetahuan matematika juga terkait dengan perbadaan gender (Sesento, 2006). Gender, social, and cultural dimensions are very powerfully interacting in conceptualization of mathematics educations,... (Bradon, 1985). Gender, sosial, dimensi-dimensi budaya memiliki interaksi yang sangat kuat dalam konsep pendidikan matematika. Akan tetapi tidak ada peran gender, laki-laki atau perempuan saling mengungguli dalam matematika bahkan perempuan bisa unggul dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika (Zhikia, 2003). Ada beberapa anggapan bahwa adanya keterkaitan antara gender dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, begitu pula sebaliknya. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan subjek siswa SD. untuk menjaring subjek, peneliti

memberikan tes untuk mengukur kemampuan matematika siswa, tes ini dinamakan tes kemampuan matematika yang kemudian disingkat dengan TKM. TKM ini diambil dengan memilih soal UASBN. Peneliti mengambil soal UASBN dikarenakan soal tersebut sudah memiliki standard an sudah di ujikan secara nasional, dari hasil tes yang diperoleh siswa, peneliti mengelompokkan subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian peneliti melakukan langkah berikut a. Memberikan instrument pemecahan masalah. Tes ini diberikan kepada siswa yaitu 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan, tes ini bertujuan untuk mengetahui representasi siswa dengan memperhatikan gender. Instrumen yang diberikan kepada siswa ini sudah di validasi oleh beberapa ahli di bidang matematika SD. b. Wawancara. Kegiatan wawancara juga dilakukan oleh peneliti kepada siswa yang sudah diberi tes pemecahan masalah. Wawancara ini dilakukan peneliti agar peneliti mengetahui secara detail langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan tes. Instrumen wawancara ini juga divalidasi oleh ahli bahasa dan matematika. Peneliti memberikan 3 kali tes yang sama dengan waktu yang berbeda. 3. Hasil dan Pembahasan a. Siswa Laki-Laki dalam Menyelesaikan masalah desimal Dari hasil tes yang diberikan, dapat dijabarkan: (1) pada tahap memahami masalah ini siswa langsung membaca soal berkali-kali dan menyebutkan informasi-informasi yang diterima (2) siswa menggambarkan terlebih dahulu maksud soal yang sudah di baca. (3) pada tahap melaksanakan rencana Misalnya dari obat 4 tablet, yang di minum ayah ada 3 tablet sehari. Kemudian siswa menyamakan satuan menggunakan tangga satuan dan mengubah pecahan desimalnya. Setelah semua satuan sama, siswa menghitung sesuai dengan permintaan soal. (4) siswa melakukan pengecekan kembali hanya dengan membaca pekerjaannya. b. Siswa Perempuan dalam Menyelesaikan masalah desimal Dari hasil tes yang diberikan, dapat dijabarkan: (1) pada tahap memahami masalah, siswa langsung membaca soal, siswa membaca soal 2 kali. (2) pada tahap merencanakan masalah, siswa lebih teliti dan terlebih dahulu melihat satuan pada komposisi obat. 83

(3) pada tahap melaksanakan rencana, siswa mengerjakan soal seperti berikut siswa melakukan perkalian, kemudian menjumlahkan hasil dari perkalian tersebut. (4) siswa melakukan pengecekan kembali dengan mengerjakan satu kali lagi sambil mengecek pekerjaannya. Dari hasil tes yang diberikan dapat dilihat bahwa siswa perempuan menyelesaikan masalah dengan cara sistematis, mereka menggambarkan terlebih dahulu, kemudian menyelesaikan masalah dengan menyamakan penyebut dan menghitung desimal, lalu memberikan kesimpulan. 4. Kesimpulan Siswa laki-laki lebih cenderung membaca soal dan menuliskan kembali informasi yang diterima pada soal yang di baca, kemudian mencari penyelesaiannya dengan menggunakan tangga satuan. Ketika mengerjakan operasi hitung desimal, siswa tersebut masih terlihat bingung dan mengerjakan dengan beberapa coretan yang ada dikertasnya. Dengan kata lain siswa laki-laki menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah. Siswa perempuan ketika menyelesaikan masalah terlebih dahulu membaca kemudian menuangkan rencananya pada lembar jawaban, siswa tersebut langsung menuliskan rencananya tanpa menggunakan gambar. Hal ini dilakukan siswa tersebut karena dalam menyelesaikan soal tidak memerlukan gambar. Siswa langsung mengerjakan dan menghitung pecahan desimal tanpa menggunakan bantuan dengan menyamakan penyebutnya. Terlihat bahwa ketika siswa menyelesaikan masalah, ada beberapa siswa yang harus memvisualisasikan informasi dan ide-idenya menggunakan gambar, ada pula yang memodelkannya dalam bentuk matematika. Semua itu bergantung pada kemampuan matematika yang dimiliki siswa. Siswa laki-laki maupun perempuan akan memiliki representasi yang baik jika siswa tersebut memiliki kemampuan matematika yang baik pula. Daftar Acuan Astar. 2014. Eksternal Siswa dalam Pemecahan Masalah Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Surabaya: Pascasarjana Universitas Tesis. Program (PPs) Negeri Dagun, Save M. 1991. Maskulin dan Feminin : Perbedaan Pria- Wanita dalam Fisiologi, Psikologi, Seksual, Karier, dan MD. Jakarta ; Rineka Cipta. Fakih, Dr. Mansour. 2008. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. 84

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Goldin, G.A. (2004). A Joint Persperctive On The Idea Of Representastion In Learning And Doing Mathematics. Rutgers University Goldin, G.A. (2002). Representation in Mathematical Learning and Problem Solving. In L.D English (Ed) International Research in Mathematical Education IRME, 197-218. New Jersey. Lawrence Erlbaum Associates. Jones & Knut. 2005. Multiple Representation Skills And Creativity Effects On Mathematics Problem Solving Using A Multimedia Whiteboard System Educational Technology & Society. National Central University: Taiwan. Kartini. 2009. Peranan dalam Pembelajaran Matematika. Jogjakarta: Prosiding Seminar Pendidikan Matematika. Manoy, Janet T. & Luvia. Identifikasi Kemampuan Matematika Siswa dalam Memecahkan Masalah Aljabar di Kelas 85 VIII Berdasarkan Taksonoi Solo. ejournal.unesa.ac.idarticle2 36830article.pdf Mudzakir. 2006. Belajar Berbasis Masalah. Jurnal Matematika atau pembelajarannya. ISSN: 085-7792. Tahun viii, Edisi Khusus. National Council of Teacher Mathematic. (2000). Principles and Standars for Schools Mathematics. USA: Reston, V.A. Rofiki, Imam. 2012. Profil Pemecahan Masalah Geometri siswa kelas akselerasi SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika dan Gender. Makalah Komprehensif. Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Santia, Ika. 2014. Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif. Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri

Siswono, Tatag Y.E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI Sukayasa. 2011. Karakteristik Penalaran Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Ditinjau dari Perbedaan Gender dan Tingkat Kemampuan Matematika. Disertasi tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Sumarno, U. 1994. Suatu Alternatif Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Problem Solving Matematika Pada Guru dan Siswa SMP. Laporan Hasil Penelitian. Bandung: Tidak Diterbitkan. 86 Utomo, Edi Setiyo. Profil Eksternal Siswa Tunagrahita ringan Dalam Pemecahan Masalah persegi dan Persegi Panjang. Tesis. Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Van de Walle, John. 2007. Sekolah Dasar dan Menengah Matematika Pengembangan Pengajaran. Jakarta: Erlangga. Wiryanto. 2012. Siswa Sekolah Dasar dalam Pemahaman Konsep Pecahan. Jogjakarta: Prosiding Seminar Pendidikan Matematika.