BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998)

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan


I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan

Gambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. xii. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga xii. Tesis WA RINA

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

BAB II TINAJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

LEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SALEP SULFUR 2-4 DENGAN SABUN SULFUR 10% SEBAGAI PENGOBATAN SKABIES

BAB II TINJAUAN TEORI

Ganti Tua Siregar Poltekkes Medan Prodi D-III Kebidanan Padang Sidempuan Korespondensi penulis:

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

PEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Rhoudlotul Quran di Kauman. Semarang dan waktu penelitian bulan Maret sampai Mei 2014.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

DR. TUTI SUPARYATI, M. KES NIDN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT SCABIES

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 2. No. 1, Februari 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya disfungsi fungsi sawar kulit adalah dermatitis atopik (DA). Penderita DA

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis dan produknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AS-SALAM SURAKARTA 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN SABUN BELERANG MENURUNKAN JUMLAH KASUS SKABIES SANTRI NURUL QARNAIN SUKOWONO JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada

Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra-Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei. Parasit ini sebagian besar hidup di tempat yang memiliki kelembaban tinggi dan suhu yang rendah. 1 2. Epidemiologi Prevalensi skabies menjadi masalah kesehatan di dunia terutama di negara berkembang. Diperkirakan sekitar 300 juta orang di seluruh dunia terinfeksi penyakit ini. Dari penelitian ditemukan negara tropis adalah endemik penyakit skabies dengan prevalensi 5-10% pada anak-anak. Faktor yang berperan terhadap penyebaran penyakit skabies antara lain : usia, jenis kelamin, suku, kepadatan penduduk, higiene perorangan, dan cuaca. Usia pra-sekolah hingga remaja menduduki posisi tertinggi penderita skabies. 8 3. Etiologi Penyebab penyakit skabies adalah infeksi parasit Sarcoptes scabiei. Parasit ini dapat bertahan hingga 24-36 jam jauh dari habitatnya dan masih menyebabkan manifestasi klinis di kulit pada suhu 21 0 C. Suhu yang lebih rendah dan kelembaba 7

8 yang tinggi memperpanjang hidup parasit ini. Misalnya pada suhu 10 0 C dan kelembaban relatif 97%, Sarcoptes scabiei dapat bertahan selama 1 minggu. Tetapi jika suhu dibawah 20 0 C, parasit ini tidak dapat bergerak dan melakukan penetrasi ke kulit. Dan pada suhu 34 0 C, ia dapat bertahan selama 24 jam. 3 Gambar 1. Parasit Sarcoptes scabiei dari sampel scrapping. 9 Penularan skabies terjadi jika parasit Sarcoptes scabiei menembus lapisan epidermis kulit. Sarcoptes scabiei betina akan menembus lapisan epidermis dalam waktu 30 menit, sedangkan Sarcoptes scabiei jantan akan bertugas mencari betina yang belum dibuahi. Sarcoptes scabiei betina hidup selama 4-6 minggu dan menghasilkan 2-4 telur perhari yang akan disimpan di terowongan kulit. Larva akan menetas dalam 3-4 hari dan akan berkembang menjadi Sarcoptes scabiei dewasa dalam 10-14 hari kemudian. Sarcoptes scabiei dapat hidup selama 6 minggu setelah memasuki fase dewasa. Sumber penularan utama adalah kontak fisik langsung dengan penderita, seperti hubungan seksual, berjabat tangan, dan kontak fisik lainnya. Hanya diperlukan waktu 15-20 menit untuk parasit ini dapat berpindah. Seseorang yang terdapat parasit Sarcoptes scabiei dalam jumlah yang ekstrem di kulitnya disebutkan mengidap penyakit crusted (Norwegian) scabies. 3,8

9 4. Daur Hidup Sarcoptes scabiei memiliki 4 tahap dalam daur hidupnya yaitu telur, larva, nimfa, dan dewasa. Betina akan menghasilkan 2-3 telur perhari yang akan menetas dalam 3-4 hari. Setelah telur menetas, larva akan bermigrasi ke permukaan kulit. Larva awalnya hanya memiliki 3 pasang kaki. Dalam 3-4 hari larva akan berubah menjadi nimfa yang memiliki 4 pasang kaki. Nimfa akan semakin membesar hingga mencapai stadium dewasa. 10 5. Gejala Klinis Parasit ini menimbulkan gejala khas yaitu gatal yang akan semakin meningkat pada malam hari yang dikenal sebagai nocturnal pruritus, dengan ujud kelainan kulit yaitu kemerahan yang polimorfik. Gejala akan timbul setelah 3-6 minggu setelah infeksi primer dan tubuh akan membentuk respon imun terhadap penyakit ini. 11 Daerah predileksi lesi akan terdistribusi di : - Tangan dan pergelangan tangan (74,3%) - Kaki dan pergelangan kaki (8,8%) - Ruang antar jari tangan (7,5%) - Siku (5,9%) - Area genitalia pada pria (1,1%) - Lipatan aksila bagian depan - Regio periumbilical. 9,12 Sedangkan untuk bentuk lesi ada beberapa jenis. Antara lain :

10 - Karakteristik lesi terowongan yang disebabkan parasit Sarcoptes scabiei Pendek, berbentuk garis lurus atau bergelombang, biasanya diteruskan dari papul yang kemerahan dan berlokasi di pergelangan tangan, sela-sela jari, siku atau penis. - Kecil, kemerahan, berbentuk papul - Berbatas tegas, kemerahan, lesi nodular yang terdapat di glans penis, kulit skrotum, siku, dan lipatan aksila. - Bentuk krusta dari skabies adalah scalling, bentuk psoriasiform dan menyebar luas keseluruh tubuh. 9 Gambar 2. Lesi patognomonik skabies 9 6. Diagnosis Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda utama (cardinal sign). Tanda cardinal adalah : 1. Pruritus nokturna Yaitu gatal yang terjadi di malam hari dikarenakan aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu rendah dan panas. 2. Skabies menyerang secara kelompok

11 Artinya jika seseorang terkena skabies, biasanya orang terdekat di sekitarnya seperti keluarga akan terkena penyakit tersebut 3. Ditemukan terowongan (kunikulus) Lokasi ditemukan terowongan di daerah predileksi dan memiliki bentuk khas seperti lurus/berkelok, rata-rata memiliki panjang 1 cm dan diakhiri oleh papul atau vesikel. 4. Ditemukan tungau Sarcoptes scabiei Menemukan Sarcoptes scabiei adalah diagnosis pasti dalam menentukan penyakit ini. Biasanya ditemukan satu atau lebih stadium hidup Sarcoptes scabiei. 1 7. Diagnosis Banding Sejalan dengan perjalan penyakit, lesi yang dihasilkan oleh penyakit skabies mirip dengan banyak penyakit kulit dengan gejala gatal. Penyakit yang memiliki gejala yang sama dengan skabies antara lain : - Dermatitis atopik - Folliculitis; - Infeksi jamur; - Prurigo; - Dan lain-lain. 1,13 8. Pengobatan Syarat obat yang ideal untuk pengobatan adalah : - Harus efektif terhadap semua stadium parasit Sarcoptes scabiei

12 - Tidak berbau, kotor, dan tidak merusak pakaian - Tidak bersifat racun dan menimbulkan iritasi - Harga murah dan dapat ditemukan dengan mudah Jenis obat topikal : a. Salep/Krim belerang. Penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur. Karena mengandung belerang, obat ini berbau dan menimbulkan warna pada pakaian. Namun preparat obat ini dapat digunakan pada pasien bayi berumur kurang dari 2 tahun. b. Emulsi benzyl-benzoas 20-25%. Obat ini digunakan selama 3 hari setiap malam hari. Kekurangan obat ini adalah menyebabkan iritasi, sulit diperoleh, dan pada beberapa orang menyebabkan gatal setelah dipakai. c. Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan=gammexane) 1% dengan sediaan krim atau losio. Obat ini diberikan cukup sekali, jika masih ditemukan gejala maka diulangi satu minggu kemudian. Kelebihan obat ini adalah efektif untuk semua stadium, mudah digunakan, dan jarang menimbulkan iritasi. Kontraindikasi penggunaanya adalah ibu hamil dan anak di bawah 6 tahun karena bersifat toksik terhaap susunan saraf pusat. d. Krim/losio krotamiton 10% mempunyai efek sebagai antiskabies dan antigatal. Pemberiannya harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

13 e. Krim permetrin 5%. Jika dibandingkan dengan gameksan, permetrin lebih aman dan efektifitasnya sama. Pemberian dilakukan cukup sekali dan dihapus dalam 10 jam. Bila belum sembuh maka diulangi setelah seminggu kemudian. Kontraindikasi pemberian permetrin adalah pada bayi dibawah usia 2 bulan. 1 9. Prognosis Pemilihan obat, cara pemakaian obat, dan syarat pengobatan yang diperhatikan dengan baik akan memberikan prognosis yang baik untuk perjalanan penyakitnya. Menghilangkan faktor predisposisi seperti higiene perorangan juga termasuk di dalamnya. 1 10. Pencegahan Hal yang harus segera dilakukan jika ditemukan gejala adalah berobat ke tenaga kesehatan terdekat untuk mendapat penanganan. Jika ada anggota keluarga yang terkena, kurangi kontak fisik dengan pasien seperti tidur bersama, pemakaian handuk bersama dan lain sebagainya. Penggantian seprai, handuk dan selimut juga dianjurkan. 14,19-21

14 1.2 Praktik Higiene Perorangan Higiene perorangan adalah perawatan diri yang dilakukan oleh individu itu sendiri untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik dan psikologis. Higiene perorangan dilakukan baik oleh orang yang sakit maupun sehat. Kulit adalah garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi pada praktik higiene perorangan. Praktik higiene perorangan pada pasien skabies meliputi : 1. Mandi Mandi adalah kegiatan yang paling penting dalam menjaga kebersihan kulit. Mandi yang baik adalah 2 kali sehari dengan menggunakan sabun. 2. Cuci tangan Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tangan menjadi tempat yang banyak ditemukan bakteri maupun kotoran yang tidak baik untuk tubuh. Mencuci tangan adalah salah satu cara menghambat penularan penyakit dari tangan yang kotor. Pengunaan sabun dalam kegiatan cuci tangan juga harus diperhatikan. 3. Kebersihan dan penggunaan pakaian dan handuk Pakaian dan handuk yang kotor akan menjadi habitat bagi parasit Sarcoptes scabies. Terutama pakaian dan handuk yang lembab dan tidak sering diganti. 4. Kebersihan ruang tidur. 15-17,19-23

15 Jika praktik higiene perorangan diabaikan, dampak yang ditimbulkan mencakup dampak fisik dan psikososial. Dampak fisik berupa gangguan kesehatan sedangkan dampak psikososial berupa gangguan interaksi sosial, kurangnya rasa nyaman terhadap diri sendiri dan menurunnya kemampuan aktualisasi diri. Praktik higiene perorangan yang baik dapat mencegah penularan skabies. Menurut penelitian yang dilakukan tahun 2013 di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Padang, terdapat hubungan antara praktik higiene perorangan dengan angka kejadian skabies. Didapatkan 34 santri yang terkena skabies dari keseluruhan 138 santri. Lalu didapatkan perilaku higiene perorangan yang baik pada lebih dari setengah populasi santri di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum Padang.

16 1.3 Kerangka Teori Kontak langsung dengan pasien skabies Praktik mandi/cuci tangan Kontak tidak langsung dengan pasien skabies Higiene perorangan : -Praktik tukar-menukar handuk/pakaian -Praktik kebersihan pakaian -Praktik kebersihan handuk -Praktik mandi dan cuci tangan Manifestasi klinis penyakit skabies Prevalensi skabies Sanitasi Lingkungan: -Kebersihan lingungan -Kebersihan kamar tidur - Kebersihan kamar mandi - Kebersihan tempat sholat - Kebersihan berwudhu Gambar 3. Kerangka Teori

17 1.4 Kerangka Konsep Praktik cuci tangan/mandi Praktik tukar menukar handuk Praktik tukar menukar pakaian Kebersihan handuk Prevalensi Skabies Kebersihan pakaian Kebersihan tempat tidur Gambar 4. Kerangka Konsep 1.5 Hipotesis 2.5.1 Hipotesis Mayor Terdapat hubungan antara praktik higiene perorangan dengan angka kejadian skabies di Pondok Pesantren Matholiul Huda Al Kautsar Kabupaten Pati 2.5.2 Hipotesis Minor 1. Santri yang mandi/cuci tangan tidak menggunakan sabun lebih banyak yang terkena skabies dibanding yang menggunakan sabun

18 2. Santri yang melakukan tukar menukar handuk dengan santri lain lebih banyak yang terkena skabies dibanding yang memakai handuk milik pribadi 3. Santri yang melakukan tukar menukar pakaian dengan santri lain lebih banyak yang terkena skabies dibanding yang memakai pakaian milik pribadi 4. Santri yang kebersihan handuk buruk lebih banyak yang terkena skabies dibanding yang menjaga kebersihan handuk dengan baik 5. Santri yang kebersihan pakaian buruk lebih banyak yang terkena skabies dibanding yang menjaga kebersihan pakaian dengan baik 6. Santri yang tidur bersama santri yang lain, sering memakai selimut milik santri lain dan tidak rutin mengganti seprei lebih banyak yang terkena skabies dibanding yang tidur sendiri, memakai selimut sendiri dan rutin mengganti seprei.

19