BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi dapat memperluas ruang gerak transaksi barang dan/atau jasa. Kondisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Kompas 18 Maret 2004, Perlindungan terhadap konsumen di Indonesia ternyata masih

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum bagi konsumen 1 bertujuan untuk melindungi hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. internet sebagai media baru, mendorong perubahan ini menjadi lebih maju.

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum. Karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Pelaksanaan Pengawasan Pencantuman Klausula Baku oleh BPSK Yogyakarta

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

Makan Kamang Jaya. : KESIMPULAN DAN SARAN. permasalahan tersebut. BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia

PENERAPAN ALASAN PEMAAF DAN PEMBENAR TIDAK DAPAT DILAKSANAKANNYA SUATU PRESTASI OLEH DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

LEMON LAW, SUATU UPAYA HUKUM BAGI PEMILIK KENDARAAN DI AMERIKA (STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA)

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang teratur (sistematis), sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan hubungan tersebut tentunya berbagai macam cara dan kondisi dapat saja

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA SPEEDY PADA PT TELKOM, Tbk CABANG PADANG SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas jual beli semata, akan tetapi melibatkan pelaku-pelaku usaha lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan beragam kebutuhan yang diperlukan masyarakat sebagai konsumen.

I. PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang banyak bermunculan. Kegiatan usaha terbagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bernafas, air untuk minum juga membutuhkan makanan sebagai kebutuhan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN Meski belum terlalu populer, pada tahun 1996 mulai bermunculan

BAB I PENDAHULUAN. serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. 1

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi perubahan-perubahan yang begitu cepat di masyarakat ditandai

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB III GAMBARAN PRAKTIK PERIKLANAN PT. NISSAN MOTOR INDONESIA DALAM BENTUK BROSUR KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYESATKAN

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran manusia yang lain. Pada masa dahulu ketika kehidupan manusia

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pelaku usaha sangat penting artinya bagi konsumen. Penyebarluasan informasi barang

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh sebab itu diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin pesatnya pembangunan dan perkembangan perekonomian nasional yang menghasilkan berbagai variasi produk barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi dapat memperluas ruang gerak transaksi barang dan/atau jasa. Kondisi tersebut, pada satu pihak sangat bermanfaat untuk konsumen karena kebutuhannya akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat tercapai serta konsumen dapat memilih barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan jenis kualitas barang dan/atau jasa disertai dengan kemampuannya. Akan tetapi, dilain sisi kondisi tersebut mengakibatkan kedudukan Pelaku usaha dan Konsumen menjadi tidak seimbang yang mana pihak konsumen menjadi objek aktivitas Pelaku Usaha. Hal ini disebabkan dikarena karena konsumen kurang mengetahui akan hak-hak dan kewajibannya sebagai konsumen. 1 Pada dasarnya setiap orang ingin memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan primer : makan, kebutuhan sekunder : pakaian dan kebutuhan tersier : mobil akan tetapi dalam kebutuhan tersier banyak 1 Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Diitinjau Dari Hukum Acara Serta Kendala Implementasinya, (Jakarta :Kencana, 2008), hlm. 1. 1

konsumen yang tidak memikirkan kemampuan financial untuk membeli kebutuhan tersier tersebut. Penelitian ini menjadi sangat penting untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab Pelaku Usaha dalam memperdagangkan barang yang terdapat cacat tersembunyi serta untuk mengetahui apakah dengan adanya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sudah mampu melindungi hak hak Konsumen. Untuk itu konsumen melakukan kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh Perusahaan financial, mengingat barang yang akan dibiayai adalah barang-barang keperluan konsumen yang bersifat tersier dan besaran biaya yang diberikan konsumen relative kecil. 2 Namun demikian, banyak perusahaan leasing yang menawarkan pembelian mobil dengan sangat mudah seperti : dibayarkan secara berangsur, tanpa uang muka dan/atau dengan bunga yang ringan. Akhirnya dengan penawaran tersebut banyak konsumen yang terpengaruh untuk membeli kendaraan tersebut dengan perjanjian pembiayaan tersebut. Setelah adanya persetujuan untuk membeli barang tersebut maka terjadilah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan sesuai dengan Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2 Munir Fuady, Hukum tentang Pembiayaan (dalam teori dan praktek), (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 161. 2

Akan tetapi, pada dasarnya tidak semua barang yang diperjual-belikan Pelaku Usaha dalam kondisi baik padahal dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 ayat (2) yang berbunyi Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud, maka Pelaku Usaha harus lebih berhati-hati dalam memilih barang yang akan diperjual-belikan kepada konsumen, sebaliknya konsumen pun harus lebih berhati-hati dan teliti dalam memilih barang yang akan dibeli. Pada praktik jual-beli banyak ditemukan barang / kendaraan dalam keadaan tidak baik atau cacat tersembunyi baik yang diketahui atau tidak diketahui oleh Pelaku Usaha yang seharusnya Pihak Distributor / penanggung yang menjadi kewajiban Pelaku Usaha terhadap Konsumen adalah untuk menjamin dua hal yaitu benda yang dijual secara aman dan tentram dan kedua terhadap adanya benda cacat barang tersebut yang tersembunyi dan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 7 huruf b yang berbunyi Kewajiban Pelaku Usaha adalah memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan /atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. Jika Pelaku Usaha terbukti memperdagangkan atau menjual barang yang terdapat cacat tersembunyi, maka Pelaku Usaha harus bertanggung jawab atas barang yang diperdagangkannya sesuai dengan Pasal 1504 Kitab Uundang- 3

Undang Hukum Perdata yang berbunyi si penjual diwajibkan menanggung terhadap cacat tersembunyi pada barang yang dijual, yang membuat barang itu tak sanggup untuk pemakaian yang dimaksud, atau yang demikian mengurangi pemakaian itu sehingga, seandainya si pembeli mengetahui cacat itu, ia sama sekali tidak akan membeli barangnya, atau tidak akan membelinya selain dengan harga yang kurang dan dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dijelaskan bahwa Pelaku Usaha berkewajiban untuk memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian sesuai Pasal 7 huruf g Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Mengingat Perlindungan hukum bagi Konsumen disebabkan posisi tawar Konsumen yang lemah serta perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk serta layanan yang menempatkan Konsumen dalam posisi tawar yang lemah. Dalam memberikan perlindungan hukum kepada Konsumen, maka harus melindungi hak-hak Konsumen yang harus diwujudkan dalam bentuk kepastian hukum.dalam hal ini biasanya Konsumen adalah individu dan dalam posisi yang lemah, maka perlu diberikan perlindungan hukum yang cukup. 3 Dalam Hukum Perlindungan Konsumen bahwa keseimbangan perlindungan konsumen dapat dicapai dengan meningkatkan perlindungan terhadap konsumen, karena posisi pelaku usaha yang selama ini lebih kuat daripada konsumen.dalam 3 Abdul Halim Barkatullah, hak hak konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 23-24. 4

hal ini perlindungan hukum konsumen semata-mata hanya ingin melindungi kepentingan konsumen, padahal tujuan perlindungan konsumen untuk menyeimbangkan kedudukan konsumen dengan pelaku usaha. Dengan demikian, untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen dibuatlah Undang-Undang No. 8 tentang Perlindungan Konsumen. Yang mana dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut telah diatur mengenai hak-hak dan kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha. Undang-Undang Perlindungan Konsumen merupakan hukum terpenting dalam meninjau perlindungan hukum terhadap Konsumen, dalam upaya untuk melindungi hak-hak konsumen terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha. Undang Undang Perlindungan Konsumen menggatur perbuatanperbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha yang dijabarkan dalam Bab IV Pasal 8 sampai dengan Pasal 17 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Yang salah satu diktumnya berisi Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang yang dimaksud Pasal 8 ayat (2) Undang- Undang Perlindungan Konsumen. Kasus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Putusan Mahkamah Agung Nomor 265K/Pdt.Sus-BPSK/2013, dimana Konsumen (Sdri. Sulistia Ratih) membeli 1 (satu) unit mobil merk Mini Cooper Type Countryman Launch 5

Edition yang dibeli konsumen dalam keadaan baru dari Pelaku Usaha (PT. Maxindo Internasional Nusantara Indah (MINI) sesuai faktur No. F 20120109 tanggal 30 April 2012 (selanjutnya disebut unit). Pada tanggal 08 Mei 2012, unit diserahkan kepada Konsumen oleh Pelaku Usaha ternyata ketika digunakan oleh Konsumen mengalami gangguan yang menimbulkan kekhawatiran dan ketidaknyamanan bagi Konsumen, yaitu : a. Adanya bau karet terbakar dalam kabin; b. Air condition (AC) mobil tidak berfungsi dengan baik yaitu tidak mengeluarkan angin / udara dingin AC selama 15 20 detik; c. Ditemukan rembesan oli pada blok mesin; d. Getaran mobil sangat tidak normal. Dan untuk membuktikan kebenaran dari keluhan-keluhan tersebut, Konsumen mengajak sales pelaku usaha bernama Fannyberikut rekan kerjanya mengendarai unit dan diakui adanya ketidakwajaran oleh karenanya sdr. Fanny melapor ke mekanik pelaku usaha sdr. Ahmad Yani. Kemudian sesuai anjuran sdr. Ahmad Yani, unit dimaksukkan ke bengkel PT. Bestindo, namun bengkel dimaksud tidak mencerminkan sebuah workshop atau service station dari sebuah merk mobil bertaraf internasional MINI COOPER dan kemudian mengembalikan unit kepada konsumen tanpa melalui prosedur bahkan hanya menitipkan kebagian security di kantor konsumen dengan alasan akan diambil oleh pihak leasing. 6

Bahwa konsumen merasa dirugikan dengan kondisi unit yang dibelinya serta pelayanan pelaku usaha yang tidak memperdulikan keluhan-keluhan konsumen. Berdasarkan Latar Belakang yang sudah diuraikan oleh penulis, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul Perlindungan Konsumen Atas Pembelian Barang Cacat Tersembunyi Studi Kasus Putusan MA No. 265K/Pdt.Sus-BPSK/2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam Latar Belakang ini, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah : a. Bagaimana tanggung jawab Pelaku Usaha atas produk yang mengandung cacat tersembunyi terkait dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen? b. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam Putusan MA No. 265K/Pdt.Sus- BPSK/2013 telah sesuai dan mampu melindungi Hak Konsumen? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh Pelaku Usaha atas memproduksi dan/atau menjual barang yang terdapat cacat tersembunyi. b. Untuk mengetahui apakah Putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim Agung sudah sesuai dan mampu melindungi Hak Konsumen. 7

D. Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam menyusun skripsi ini, maka dibawah ini penulis memberikan definisi mengenai istilah-istilah yang akan digunakan dalam tulisan ini. a. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk member perlindungan kepada konsumen. 4 b. Konsumen adalah setiap orang pemakaian barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 5 c. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 6 d. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapatuntuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen. 7 4 Indonesia, Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No. 42 Tahun 1999, TLN No. 3821, psl. 1 angka 1. 5 Ibid, psl. 1 angka 2. 6 Ibid, psl. 1 angka 3. 7 Ibis, psl. 1 angka 4. 8

e. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. 8 f. Barang cacat adalahproduk yang dihasilkan dari aktivitas produksi namun produk tersebut tidak mampu memenuhi spesifikasi atas produk yang diinginkan oleh pembeli. Barang cacat tersebut tidak bisa dijual pada harga normal produk yang seharusnya dibayarkan oleh pembeli. 9 g. Cacat tersembunyi adalahsuatu cacat atau kerusakan pada suatu benda yang tak terlihat secara jelas atau seketika ditemukan; cacat yang tidak tampak oleh pembeli melalui pemeriksaan yang wajar. 10 h. Jual-beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan. 11 i. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. 12 E. Metode Penelitian Metode Penelitian ini menggunakan penelitian normatif bersifat deskriptif analitis, yakni penelitian yang dilakukan terhadap hukum positif tertulis ataupun tidak tertulis.dalam penelitian hukum normatif bahan pustaka merupakan bahan 8 Ibid, psl. 1 angka 5 9 Kristin Rosalina, http://www.academia.edu/6888777/production_looses, diakses pada tgl 26 Juli 2017. 10 Kamus Besar, https://www.kamusbesar.com/cacat-tersembunyi, diakses pada tgl 26 Juli 2017. 11 Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Psl. 1457. 12 Indonesia, Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999, LN No. 42 Tahun 1999, TLN No. 3821, psl. 1 angka 11. 9

dasar dalam penelitian.dan untuk sumber bahan hukum penelitian ini menggunakan bahan hukum primer, dan sekunder. 13 1. Sumber Bahan Hukum Penelitian Adapun bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan KUHPerdata, sedangkan bahan Hukum Sekunder merupakan bahan hukum yang bersifat membantu memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan-bahan sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 01 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan BPSK. 2. Metode Analisa Bahan Hukum Metode yang digunakan untuk menganalisis dan pengolahan data yang terkumpul adalah analis kualitatif.maksud dari Metode yang dipergunakan ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang hal-hal yang telah diamati berupa kata-kata yang tertulis atau lisan berdasarkan yuridis normative. 14 Data sekunder yang diperoleh melalui studi literatur yang berkaitan dengan pokok bahasan, dianalisis dengan objektif, serta menghubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk dirumuskan penemuan dan kesimpulan penelitian. 13 Perpustakaan Universitas Islam Negeri, http://etheses.uinmalang.ac.id/1602/5/07210020_bab_3.pdf, diakses pada tgl 21 April 2016. 14 Syamsul Hadi, perbedaan dan persamaan kualitatif dan kuantitatif, http://www.maribelajarbk.web.id/2014/12/perbedaan-dan-persamaan-kualitatif-dankuantitatif.html, diakses pada tgl 21 April 2016 10

F. Sistematika Penulisan BAB I :PENDAHULUAN Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai apa yang menjadi latar Belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, Definisi Operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Pada Bab ini secara umum penulis akan membahas mengenai pengertian Konsumen dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen, Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Hak & Kewajiban Konsumen & Pelaku Usaha. BAB III : TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBELIAN BARANG CACAT TERSEMBUNYI Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai tanggung jawab pelaku usaha atas penjualan produk yang mengandung cacat tersembunyi menurut KUHPerdata dan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. BAB IV : PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN MA NO. 265K/PDT.SUS-BPSK/2013. Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai kasus posisi, analisa kasus dan Pertimbangan Hakim terkait Undang Undang Perlindungan Konsumen serta pertanggung jawaban Pelaku Usaha atas pembelian cacat tersembunyi. 11

BAB V : PENUTUP Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian kasus tersebut. 12