BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan baik. Potensi

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

Implemetasi Perda No.10 Tahun 2011 ( Bayu Pratama Aji dan Argo Pambudi, M.Si)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. atau gabungan antara sumber daya alam hayati (mikro flora dan mikro fauna

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh sebagian besar masyarakat untuk bertani sayur guna memenuhi

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN MAHASISWA UNIVERSITAS GALUH CIAMIS JAWA BARAT TANGGAL 8 MEI 2014

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD) 1945 menentukan bahwa bumi, air. dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

PENJELASAN ATAS QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR : 14 TAHUN 2002 TENTANG KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KEBIJAKAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2012

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN JUDUL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa mineral bukan logam dan batuan berkualitas super, sumberdaya ini berasal

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C PADA KONDISI LINGKUNGAN MASYARAKAT DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

Fenomena Penambangan Pasir dan Pembangunan Beserta Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkannya (Studi Kasus di Sekitar Merapi dan di Kabupaten Bantul)

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup makhluk itu sendiri. Seperti dalam firma-nya:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,

KEWENANGAN PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI D DPRD KABUPATEN KEDIRI

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

BAB 3 KERAGAAN MASALAH DAN ISU POKOK PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa dan terletak sekitar 30 kilometer di Utara wilayah Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan alam yang berbeda-beda pada setiap daerah. Pengelolaan sumber daya

PENDAHULUAN. hujan tropis Indonesia diperkirakan seluas 1,148,400-an kilometer persegi yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

n.a n.a

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah merupakan modal dasar pembangunan nasional dalam hal pengembangan wisata alam dan devisa Negara dari sektor nonmigas yang harus dikelola, dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan baik. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah tersebut diharapkan dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan secara berkelanjutan bagi rakyat melalui pola pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan yang mengacu pada upaya-upaya konservasi sebagai landasan dari proses tercapainya keseimbangan antara perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatannya dari sumber daya alam yang terbentang luas di Indonesia. Saat ini kegiatan pertambangan yang dikenal masyarakat adalah pertambangan untuk komoditas mineral logam antara lain: emas, tembaga, nikel, bauksit dan komoditas batubara. Tetapi selain komoditas mineral utama dan batubara tersebut, komoditas batuan memiliki peran yang sama pentingnya terutama dalam memberikan dukungan material untuk pembangunan infrastruktur antara lain: pendirian sarana infrastruktur jalan, pembangunan perumahan, dan gedung perkantoran. Terminologi bahan galian golongan C yang sebelumnya diatur dalam UU No 11 Tahun 1967 telah diubah berdasarkan UU No 4 Tahun 2009 menjadi batuan, 1

sehingga penggunaan istilah bahan galian golongan C sudah tidak tepat lagi dan diganti menjadi batuan. Adanya perusahaan pertambangan pada hakikatnya adalah perwujudan dari sistem ekonomi kapitalistis dunia. (Almaida, 2008). Pemikiran demikian didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan pertambangan merupakan agen perubahan sosial-ekonomi bagi masyarakat di sekitar lokasi pertambangan. Asumsinya, perusahaan pertambangan akan membawa serta arus investasi, membongkar isolasi warga, membuka akses masyarakat terhadap dunia luar dan dengan kehadiran perusahaan pertambangan, akan dibangun berbagai infrastruktur yang diperlukan masyarakat, seperti jalan, aliran listrik, air bersih, transportasi, dan jaringan komunikasi. Namun, asumsi tersebut saat ini perlu diubah total, karena hal seperti itu tidak pernah menjadi kenyataan. Secara ekonomi, kegiatan penambangan mampu mendatangkan keuntungan yang sangat besar, namun keuntungan ekonomi yang didapat tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan yang syarat dengan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, seperti yang terjadi di Desa Klakah. Desa Klakah terletak di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengankawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Desa Klakah merupakan salah satu Desa yang paling dekat dengan gunung Merapi yang sampai saat ini dieksploitasi sumberdaya alam yang berupa pasir. Pasir yang dihasilkan 2

oleh letusan Gunung Merapi merupakan bahan tambang yang menggiurkan banyak orang sehingga banyak menarik investor/kontraktor lahan untuk melakukan penambangan pasir di Desa Klakah. Pengkajian tentang PERDA Kabupaten Boyolali No.10 Tahun 2011 sengaja dipilih untuk memfokuskan penelitian ini kepada kegiatan pertambangan yang masih terjadi di Desa Klakah melihat pada kenyataannya kegiatan pertambangan pasir dan batu yang terjadi sampai saat ini masih perlu diperhatikan. Saat ini penambangan pasir di Desa Klakah terjadi di sepanjang Sungai Apu di bawah naungan perusahaan tambang CV Merapi Manunggal. Berikut rekapitulasi jumlah penggunaan alat berat periode Bulan November 2016 sampai dengan Bulan Januari 2017 di bawah naungan CV Merapi Manunggal, berdasarkan data Kantor Balai Desa Klakah. Tabel 1. Jumlah Penggunaan Alat Berat di Lokasi Tambang Desa Klakah Periode Bulan November (2016) - Januari (2017) NO Nama Pengelola Tambang Pemilik Jumlah Alat Berat Luas Area Tambang (ha) Jumlah Lokasi Tambang 1 Over Dosis Slamet Mendut 7 7 2 2 Bommer Yanto Kawit 4 5 1 3 Alligator Bandi Monyong 6 11 3 4 Merapi Marwoto 3 4 1 Mandiri 5 Lestari Suhar 3 2 1 Bangun Jumlah 23 29 8 Sumber: Kantor Balai Desa Klakah 3

Berdasarkan tabel diatas, dapat di lihat bahwa penggunaan alat berat dalam penambangan pasir di Desa Klakah yang beroprasi selama bulan November 2016 sampai dengan bulan Januari 2017 sebanyak 23 unit di sepanjang Sungai Apu dengan luas wilayah mencapai 29 Hektar dan terdiri dari 8 titik lokasi tambang. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Remin selaku pengelola alat berat CV Merapi Manunggal, dengan jumlah alat berat sebanyak itu, perputaran uang bisnis tambang diperkirakan mencapai Rp300 juta-rp400 juta per hari. Di wilayah Desa Klakah terdapat 8 lokasi penambangan yang ada di sepanjang Kali Apu, dari 8 lokasi tambang tersebut sedikitnya mengeruk 600 sampai 800 rit truk pasir per hari. Harga pasir satu rit atau satu truk pasir yang di jual CV Merapi Manunggal seharga Rp.500.000,-. Sehingga nilai pasir yang ditambang setiap hari mencapai Rp.300-400 juta. Nilai tersebut merupakan pendapatan kotor. Pengusaha tambang masih berhitung dengan biaya coker (tenaga kerja), sewa alat berat, bahkan pungutan di sepanjang jalan Selo-Cepogo dan selo-magelang yang diperkirakan mencapai 35 lokasi. Pos-pos pungutan itu diadakan oleh masyarakat setempat. Nilai pungutan berkisar Rp2.000-Rp5.000 per truk. Dengan pendapatan yang begitu besar, tidak mengherankan apabila penduduk Desa Klakah yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani menyewakan atau menjual tanah pertaniannya kepada pemilik modal / kontraktor untuk dijadikan lokasi penambangan pasir. Menurut penuturan Bapak Haryono selaku Kepala Desa Klakah, luas tanah 4

pertanian yang sudah diubah menjadi lokasi tambang pasir sekitar 7,5 Hektar yang kebanyakan terletak di sekitar Sungai Apu. Tanah pertanian yang semula merupakan lahan pertanian produktif dikeruk oleh alat-alat berat untuk diambil pasirnya dan meninggalkan lubang-lubang bekas penambangan, sampai saat ini belum ada penanganan lebih lanjut terkait kondisi tersebut.selain itu dengan adanya pertambangan pasir di Desa Klakah ini menyebabkan sekitar 470 orang penduduk Desa Klakah yang sebagian besar laki-laki beralih profesi menjadi pekerja di tambang pasir baik sebagai penambang, penjaga depo pasir maupun sebagai kontraktor lahan tambang, belum lagi yang sudah menjadi penambang pasir sejak dahulu sekitar 360 orang. Dalam pelaksanaannya tidak ada aktifitas pertambangan yang tidak merusak, termasuk penambangan pasir. Permasalahan kerusakan akibat penambangan pasir meliputi perubahan kondisi alam, hilangnya kesuburan tanah dan perubahan tata air. Pasca penambangan, kondisi alam berubah dan meninggalkan kerusakan dengan pemandangan yang buruk. Bersamaan dengan berubahnya kondisi alam, permukaan tanah yang merupakan lapisan tanah paling subur yang memilki kandungan humus akan hilang disebabkan penggalian atau pengerukan pasir. Akibatnya tanah diseputaran lokasi penambangan pasir rata-rata merupakan areal perbukitan gundul dan tanah gersang. (Dyahwanti, 2007). Hasil penelitian dari Pusat Penelitian dan Perencanaan PembangunanNasional Universitas Gadjah Mada menyebutkan bahwa 5

penambangan pasir di kawasan Merapi telah terjadi kerusakan lingkungan seperti hutan, jalan, dan dam pengendali lahar. Kerusakan lingkungan terjadi pada kawasan penambangan Gunung Merapi meningkat seiring dengan semakin intensifnya penambangan dengan penggunaan alat-alat berat. Izin penambangan yang diberikan tidak disesuaikan dengan volume cadangan terukur di tambah lagi izin penggunaan alat berat tidak sesuai dengan peruntukannya. (Otto Soemarwoto, 2003). Penambangan pasir di Desa Klakah sudah memasuki lokasi yang tidak sesuai peruntukannya seperti tanggul sungai, tanggul penahan lahar dan hutan pinus milik Perhutani. Penambangan pasir mengakibatkan kerusakan lingkungan yang cukup parah diantaranya kerusakan hutan akibat para penambang modern maupun manual yang menggali pasir dan membuat jalan di kawasan hutan dan di sepanjang aliran Sungai Apu sejauh 2,5 kilometer. Hal ini mengakibatkan banyak pondasi bangunanbangunan sabo dam (pengendali banjir lahar) mengalami kerusakan. Selain itu, Penambang pasir di Desa Klakah semakin memperluas lokasi tambangnya di tebing-tebing sungai dan telah memasuki kawasan hutan milik Perhutani seluas 2 Hektar. Lokasi penambangan sudah sangat dekat dengan puncak Merapi hanya berjarak 2 kilometer dari puncak gunung Merapi, apabila sewaktu-waktu terjadi luncuran awan panas atau muntahan lahar, maka para penambang sulit untuk menyelamatkan diri. (Tambang Lereng Merapi Kian Marak. Berita Solopos, Rabu 30 November 2016). 6

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya alam khususnya pertambangan kepada masing-masing daerah. Ketentuan umum Perda Kabupaten Boyolali No.10 Tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan menyebutkan bahwa Sejalan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali dituntut untuk memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat atau kelompok usaha yang mengelola sumberdaya mineral. Diharapkan dimasa mendatang penyelenggaraan usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan Kabupaten Boyolali termasuk pelayanan perizinannya dapat terlaksana secara optimal. Pemanfaatan potensi sumber daya alam daerah dapat dimanfaatkan secara seksama dengan tetap memperhatikan azas konservasi sumber daya mineral bukan logam dan batuan serta sesuai kebutuhan pembangunan daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Berlakunya PerdaKabupaten Boyolali No.10 Tahun 2011dapat digunakan oleh pemerintah Kabupaten Boyolali sebagai upaya pengelolaan pertambangan yang ramah lingkungan khususnya di Desa Klakah, Kecamatan Selo. Walaupun kegiatan penambangan sudah diatur secara jelas dalam Undang-Undang, akan tetapi permasalahan lingkungan tetap saja terjadi hal ini dikarenakan penggalian bahan mineral bukan logam (pasir, kerikil, tanah timbun) tidak terkendali dan tidak terawasi. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam terkait dengan Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 10 tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Boyolali khususnya di Desa Klakah Kecamatan Selo. 7

2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: a. Penambangan pasir masih terjadi di Desa Klakah yang merupakan kawasan konservasitaman Nasional Gunung Merapi (TNGM). b. Melimpahnya potensi pasir dan batu di Desa Klakah mengakibatkan banyak investor/kontraktor lahan yang melakukan penambangan menggunakan alat berat tanpa menjaga kelestarian lingkungan. c. Adanya alihguna lahan pertanian menjadi lokasi penambangan pasir dengan menggunakan alat berat yang menyebabkan kerusakan lingkungan. d. Penambangan pasir Desa Klakah sudah memasuki lokasi yang tidak sesuai peruntukannya seperti tanggul sungai, tanggul penahan lahar dan hutan pinus milik Perhutani yang berakibat kerusakan lingkungan. e. Kegiatan pengelolaan pertambangan yang berwawasan lingkungan di Boyolali sudah diatur dalam Perda No.10 Tahun 2011, akan tetapikerusakan lingkungan masih terjadi akibat kegiatan tambang yang tidak terkendali dan tidak terawasi di Kabupaten Boyolali khususnya di Desa Klakah, 8

3. Batasan Masalah a. Fokus penelitian: penelitian ini difokuskan pada Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 10 tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Boyolali khususnya di Desa Klakah, Kecamatan Selo. b. Waktu penelitian yang dikaji yaitu pelaksanaan Perda Kabupaten Boyolali No.10 Tahun 2011periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017, penelitian dimulai bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2017. c. Cakupan wilayah penelitian ini dibatasi di Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, dengan pertimbangan efisiensi dan efektivitas waktu. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan atas uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1. Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 10 tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah? 2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 10 tahun 2011 tersebut? 9

3. Bagaimana upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Boyolali terkait proses penambangan pasir di Desa Klakah? 5. Tujuan Penelitian a. Memahami dan mencermati implementasi Perda Kabupaten Boyolali Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan dalam rangka mewujudkan pertambangan yang berwawasan lingkungan di Kabupaten Boyolali. b. Mengetahui dan mengkaji penyelesaian terkait hambatan yang ada serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk penyelesaian masalah penambangan pasir di Kabupaten Boyolali khususnya di Desa Klakah. c. Mengetahui dan memberikan rekomendasi terkait usaha yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam upaya pelestarian lingkungan akibat proses penambangan pasir di Desa Klakah yang berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. 6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan nantinya akan bermanfaat, yang dapat digolongkan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis 10

a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan Ilmu Administrasi Negara terutama di bidang implementasi kebijakan. Selain itu diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian lain di masa mendatang. b. Secara Praktis 1) Bagi Peneliti Sebagai bentuk penerapan teori-teori yang didapatkan dalam pembelajaran di perguruan tinggi, terlebih khusus memahami implementasi Perda No.10 Tahun 2011 tentang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Boyolali.penelitian ini juga di gunakan untuk memenuhi Tugas Akhir Skripsi sebagai salah satu bentuk persyaratan memperoleh gelar sarjana. 2) Bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali Hasil dari Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan, rekomendasi dan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Boyolali terkait aktivitas pertambangan yang terjadi di wilayahnya serta sebagai masukan agar terus melakukan upaya pelestarian lingkungan untuk menangani dampak kerusakan lingkungan akibat proses penambangan pasir yang masih terjadi di wilayahnya. 11

3) Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi dalam ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan penambangan yang berwawasan lingkungan agar nantinya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan serta meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dampak adanya penambangan pasir yang sampai saat ini masih terus terjadi. 12