BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. Dampak positifnya, munculnya imajinasi dan kreatifitas tinggi, sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaulan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas yang kemudian mengakibatkan terjadinya fenomena hamil diluar nikah. Remaja merupakan generasi penerus yang akan membangun bangsa kearah yang lebih baik, yang mempunyai pemikiran jauh kedepan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Namun, remaja sekarang ini banyak yang terjerumus kedalam pergaulan bebas dan seks bebas. Buktinya pelajar SMP sampai SMA dan para mahasiswa banyak yang hamil diluar nikah. Kejadian ini telah terjadi dikota-kota besar sampai pelosok desa. Data terkini milik Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2010 menunjukan, 51% remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pranikah, di Surabaya mencapai 54%, di Medan 52%, di Bandung 47% ddan Yogyakarta 37% (http://cybervecto.blogspot.com). 1

2 Masa remaja (usia 12-25 tahun), pada periode ini pencarian identitas diri yang sangat diperlukan sepanjang hidup manusia. Perubahan fisik yang menunjukan perubahan menuju kedewasaan, perubahan kognitif menuju cara berfikir yang abstrak sehingga cakrawala intelektual mereka semakin meluas, perubahan dari orang tua menuju teman sebaya. Memasuki masa remaja, individu akan dihadapkan pada konflik antara identitas dengan kekaburan identitas. Hasil dari krisis tersebut adalah penemuan jati diri individu, karena individu menyadari siapa dirinya, akan menjadi apa nantinya. Peran yang diemban oleh remaja semakin luas karena mulai mengenal peran sebagai orang dewasa yang mencakup pekerjaan dan romantisme, apabila orang tua memberikan fasilitas yang memadai, serta lingkungan yang kondusif maka akan mengembangkan identitas yang positif, namun apabila didukung sosial dan fasilitas yang diperoleh tidak memadai maka akan terjadi kekaburan identitas (Partisti, 2007). Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Hurlock (1990) remaja dalam mengalami perubahan-perubahannya akan melewati perubahan fisik ialah pada masa puber berakhir, pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna dan akan sepenuhnya sempurna pada akhir masa awal remaja. Perubahan emosi pada remaja terlihat kematangan emosi dan tekanan, tetapi remaja mengalami kestabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Perubahan sosial pada remaja merupakan salah satu tugas perkembangan

3 remaja yang tersulit ialah berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock, 1990). Masa remaja adalah suatu tahap perkembangan dimana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang dramatis dari aseksual menjadi seksual. Perubahan tersebut terutama ditandai oleh perkembangan karakteristik seks primer dan seks sekunder. Perkembangan karakteristik seksual kemudian menyebabkan perkembangan perilaku seks seperti tertarik pada lawan jenis dan keinginan untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku seks pada remaja dapat mengarah pada masalah yang serius jika perilaku tersebut diekspresikan secara tidak sehat atau tidak sesuai dengan normanorma yang berlaku. Pergaulan bebas yang akhir-akhir ini marak di masyarakat, hal ini ditunjukan dari beberapa kasus yang terjadi seperti hamil di luar nikah dan melakukan aborsi (Sumber: BKKBN). Masalah seks pada remaja sering kali mencemaskan keluarga, terutama ibu yang mempunyai remaja putri. Remaja adalah periode peralihan kemasa dewasa, dimana individu mulai mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya, dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang sangat bijaksana dari keluarga terutama ibu (Sarwono, 1994). Keluarga menjadi kelompok utama tempat anak belajar menjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat pertama dalam interaksi dengan orang tuanya yang wajar, anakpun memperoleh bekal yang memungkinnya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna kelak,

4 apabila hubungan dengan orang tuanya kurang baik, maka besar kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umumnya berlangsung kurang baik pula. Hal ini menegaskan bahwa pentingnya interaksi sosial dalam keluarga sebaiknya benar-benar berlangsung atas dasar simpati dan cinta kasih sayang yang timbal balik. Hal ini menjamin adanya hubungan baik tanpa saling mencurigai yang menimbulkan rintangan pada hubungan sosial antara orang tua dan anak, terhadap perkembangan anak dengan wajar (Gerungan, 2004). Peranan seorang ibu dalam membantu proses sosialisasi mengantarkan anak kedalam sistem kehidupan sosial yang berstruktur. Anak diperkenalkan dengan kehidupan kelompok yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dalam jalinan interaksi sosial. Hubungan antara ibu dan anak tidak hanya terjadi pasca kelahiran anak, akan tetapi sudah berlangsung ketika anak sedang dalam kandungan ibu. Hubungan ibu dan anak bersifat fisologis dan psikologis, secara fisiologis makanan yang dimakan oleh ibu yang sedang hamil akan mempengaruhi pertumbuhan fisik anak, secara psikologis antara seorang ibu dan anak terjalin hubungan emosional. Ada tali jiwa yang terbuhul utuh dan tidak bisa dicerai beraikan, sentuhan kasih sayang seorang ibu dapat meredakan tangisan anak, kesakitan anak merupakan derita seorang ibu, senyum seorang anak merupakan kebahagian seorang ibu (Djamarah, 2004). Hal pertama yang harus diciptakan oleh keluarga terutama oleh seorang ibu ialah menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga kendala dalam mendidik individu, mengarahkan individu terhadap ajaran agama dan

5 menciptakan kepribadian yang salih, dapat terjalin karena ada saling percaya dan ikatan kasih sayang yang kuat antara Ibu dan individu. Menurut Karim (2006) peran ibu dalam keluarga sangat penting, karena peran ibu dapat menentukan kesuksesan dan kebahagian keluarga. Ibu ialah pengajar pertama bagi individu, tempat dimana individu mendapat asuhan dan pendidikan pertama bahkan sejak dalam kandungan. Ibu secara tak sadar atau sadar telah memberi pendidikan kepada sang janin, pada waktu bayi didalam kandungan sudah bisa mendengar bahkan ikut merasakan suasana hati orang sang ibu, maka adanya ikatan emosional ibu dan individu. Menurut DeVito hubungan orang tua dengan anak merupak hubungan antarpribadi yang pada dasarnya merupakan hubungan timbal balik, yang idealnya dipengaruhi oleh sikap percaya, sikap suportif, dan terbuka. Oleh karena hubungan orang tua dan anak adalah hubungan antarpribadi maka komunikasi yang terjadi dalam hal ini adalah komunikasi antarpribadi (Liliweri, 1997). Menurut Coopersimth dalam membina dan mendidik anak para orang tua yang perlu dikembangkan yaitu komunikasi dengan anak yang bersifat suportif. Komunikasi ini ditandai lima karakteristik seperti openness, empathy, supportiveness, positivenes dan equality (http:// irma jenny. Blogspot.com). Komunikasi keluarga ialah komunikasi yang terjadi di dalam keluarga (Ibu, ayah dan anak) yang merupakan cara individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan

6 menggembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat apa yang terjadi jika sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara hormonis tentu akan mempengaruhi perkembangan individu. Menurut Setyawati dan Naimah (2010) dalam proses perkembangaan kepribadian anak, orang tua juga berperan sebagai pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan nilai-nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi tumbuhnya jiwa dan pribadi anak. Keluarga merupakan wahana bagi anak untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan. Melalui pola asuh orang tua anak mengenal nilai-nilai moral, mengenal tindakan yang baik dan buruk sebelum ia mengembangkan interaksi sosial diluar lingkungan keluarganya. Keberhasilan orang tua dalam mengembangkan nilai-nilai moral bukan disebabkan karena otoritasnya tetapi lebih pada bagaimana mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Pada kenyataannya banyak orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dengan anaknya, terutama dengan remaja. Banyak orang tua kurang menyadari bahwa respon (verbal maupun nonverbal) dalam menanggapi anaknya, menyebabkan hambatan dalam berkomunikasi. Berdasarkan dari pengamatan dan tinjauan yang peneliti lakukan di lapangan, bahwasannya sebelum remaja putri hamil diluar nikah hubungan kurang baik dengan informan, selain itu informan kurang dalam memberikan pengawasan kepada anaknya, kurang dalam memberikan pengetahuan seksual

7 kepada anaknya, kurang menjelaskan mengenai batas-batas dalam berpacaran, sehingga anak informan kurang mengetahui dampak-dampak dari pergaulan bebas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2010, dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap remaja putri di Kecamatan Pemalang. Informan 1 : Sebelum anak informan mengalami hamil diluar nikah anak informan memiliki hubungan baik dengan informan. Anak informan selalu bercerita mengenai kebiasaan dan perubahan perkembangan yang terjadi didalam diri anak tersebut, mulai dari anak informan mengalami menstruasi dan menyukai atau tertarik pada lawan jenis, informan memberikan nasihat agar anaknya harus berhati-hati dalam bergaul dan menjaga dirinya agar tidak sampai terjebak dalam pergaulan bebas. Nasihat yang diberikan informan ternyata anak informan salah mengartikannya, anak informan mengira bahwa informan melarangnya untuk bergaul dengan teman lawan jenisnya bahkan tidak memperbolehkan anak informan untuk berpacaran. Saat itu anak informan lebih sering bermain bahkan pulang rumah sampai larut malam, informan melihat kondisi anaknya yang semakin hari semakin keterlaluan (pulang larut malam, bahkan sampai mabuk) informan sangat kecewa dengan perilaku anaknya ini. Pada saat itu informan sering sekali memarahi bahkan sampai memukul, semenjak kejadian ini anak informan pergi dari rumah, jarang sekali pulang, akan tetapi anak informan menginap ditempat pacarnya. Dengan sikap anaknya yang selalu seperti itu informan memutuskan untuk menjodohkan anak tersebut, namun keputusan dari informan ini ditolak oleh anaknya, karena anak informan sudah

8 memiliki pendamping sendiri, anak informan pada waktu itu memutuskan untuk pergi lagi dari rumahnya dan tidak ingin pulang karena takut akan dijodohkan oleh informan. Akhirnya anak informan mengambil jalan pintas untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah agar hubungannya bisa disetujui oleh informan, namun keputusan anak informan untuk hamil diluar nikah itu tetap saja tidak mendapat persetujuan dari informan karena kekasihnya berbeda keyakinan (agama). Walaupun anak informansudah hamil namun tetap saja informan tidak menikahkan anaknya dengan pacarnya, akan tetapi dinikahkan oleh laki-laki yang dijodohkan oleh informan informan 2 : Sebelum anak informan mengalami hamil diluar nikah anak informan memiliki hubungan yang kurang baik dengan informan, seperti informan selalu membiarkan segala sesuatu yang dilakukan anaknnya itu mengenai perkembangan yang dialami anaknya bahkan sampai dalam pergaulan informan tidak pernah mengawasi memberikan nasihat kepada anaknya, informan memberikan kepercayaan penuh kepada anaknya untuk dapat melakukan segala sesuatu sendiri, karena informan menggangap bahwa anak informan sudah besar dan sudah bisa mengetahui mana baik dan mana yang tidak baik untuk dirinya. Dari situ anak informan berusaha mencari kenyamanan dan perhatian kepada pacarnya, bahkan anak tersebut sering menginap di tempat pacarnya, informan juga membiarkan perilaku anaknya tersebut. Sampai pada suatu saat anak informan mengalami hamil, dan informan mengetahui kejadian tersebut dan informan hanya menjawab ya sudah nikah saja mau bagaimana lagi sudah terjadi, ya sudah nikah saja.

9 Melihat latar belakang di atas penulis perlu memandang dan mengkaji secara mendalam mengenai karakteristik komunikasi yang dilakukan ibu dan remaja putri yang hamil diluar nikah. Tujuannya agar informan dapat melakukan komunikasi secara terbuka, adanya empati, dukungan, perasaan positif dan kesamaan dalam melakukan komunikasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Seperti apa Karakteristik Komunikasi pada Ibu dan Remaja Putri Sebelum Hamil Di Luar Nikah di Kecamatan Pemalang. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Seperti apa Karakteristik Komunikasi pada Ibu dan Remaja Putri Sebelum Hamil Di Luar Nikah di Kecamatan Pemalang. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta dapat memberikan sumbangan dalam memperkaya ilmu pengetahuan di Indonesia khususnya Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan.

10 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada remaja putri agar selalu melakukan komunikasi terbuka dengan ibunya agar sang ibu dapat mengetahui permasalahan yang dialami remaja putri. Sedangkan kepada ibu agar dapat memberikan kenyamanan dalam melakukan komunikasi secara terbuka sehingga komunikasi yang terjadi antara ibu dan anak remaja putri akan efektif.