BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. Dari penelitian yang dilakukan dilapangan, penulis menemukan kasus

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB I PENDAHULUAN. yang ditinggalkan atau berpindah dan menjadi hak milik ahli warisnya. Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. maupun terhadap sesama umat manusia. Melalui ayat-ayat dan hadis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGUASAAN HARTA WARIS OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana sempurnanya Islam. Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kewarisan merupakan salah satu bentuk penyambung ruh keislaman antara

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENARIKAN KEMBALI HIBAH BERSYARAT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan manusia berbeda-beda antara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

KEWARISAN SAUDARA KANDUNG LAKI-LAKI/ SAUDARA SEBAPAK LAKI-LAKI BERSAMA ANAK PEREMPUAN TUNGGAL

BAB IV A. ANALIS HUKUM ISLAM TENTANG STATUS HAK WARIS. elemen masyarakat, bagaimana kedudukan dan hak-haknya dalam keluarga dan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KASUS. Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara kepada responden dan informan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HIBAH DALAM KEADAAN SAKIT DI DUSUN MOYORUTI DESA BRENGKOK KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dan keserasian antara aspek-aspek material dan spiritual. Untuk

Kaidah Fiqh. Perbedaan agama memutus hubungan saling mewarisi juga waii pernikahan. Publication: 1434 H_2013 M KAIDAH FIQH: PERBEDAAN AGAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Kaidah Fiqh. Seorang anak dinasabkan kepada bapaknya karena hubungan syar'i, sedangkan dinasabkan kepada ibunya karena sebab melahirkan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. tentang kewarisan antara orang yang murtaddenganorang yang muslimyang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. negara akan dapat memasuki era globalisasi ini dengan tegas dan jelas apabila

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sehingga, hidup mereka dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan mesin

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HUKUM KEWARISAN ISLAM. Kata waris berasal dari bahasa Arab Al-mīrath, dalam bahasa arab

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB II KEWARISAN MENURUT ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan makhluk lain yang ada di muka bumi ini. mencerminkan sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam masyarakat itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan salah satu ibadah yang dapat mencakup hablu min Allâh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

ORANG YANG MEWARISKAN HARTANYA DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM. Naskur

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Umum (Perum). Perusahaan tersebut milik pemerintah (BUMN), berada

H}AD}A>NAH ANAK BELUM MUMAYYIZ KEPADA AYAH

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. untuk terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB IV LAPORAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dari wawancara yang sebelumnya direncanakan dilakukan kepada enam

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. keadaan geografis, mata pencaharian, dan agama penduduknya.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDAPAT PARA KIAI DI DESA SIDODADI KECAMATAN BANGILAN KABUPATEN TUBAN TENTANG PEMBAGIAN HARTA WARIS MELALUI WASIAT

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

Praktek Pembagian Harta Waris Masyarakat Suku Lio Perspektif Fikih Mawaris (studi kasus di Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur)

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah agama yang universal. Segala sesuatunya telah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hukum Islam pengangkatan anak dibolehkan, namun dengan. orang tua asuh dengan anak asuh, dan sama sekali tidak menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dimulai dari kelahiran kemudian dilanjutkan dengan perkawinan dan

BAB I PENDAHULUAN. menambah istri yang lebih muda yakni 9 dan 7 tahun, bocah ingusan yang masih duduk di sekolah dasar itu.

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV. A. Analisis terhadap Penentuan Bagian Waris Anak Perempuan. 1. Analisis terhadap Bagian Waris Anak Perempuan dan Cucu Perempuan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT maupun terhadap sesama umat manusia. Salah satu aturan Allah yang berhubungan dengan umat manusia yaitu tentang kewarisan. Dalam kehidupan bermasyarakat, kewarisan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan yang memegang peranan penting, bahkan merupakan hal yang sangat menentukan sistem atau bentuk hukum yang berlaku dimasyarakat. 1 Disamping itu, hukum kewarisan merupakan sesuatu yang sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, karena setiap manusia hidup pasti mengalami hukum yang lazim disebut dengan kematian. Bisa dikatakan bahwa hukum kewarisan ialah hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia oleh ahli waris atau badan hukum lainnya. 2 Apabila seseorang meninggal dunia dan mempunyai harta peninggalan tentulah menjadi persoalan keluarga yang mana harta warisan tersebut mesti Mas, 1974) h.9. 1 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral Menurut Al-Qur an dan Hadits, (Jakarta: Tinta 2 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Kewarisan, Hukum Perkawinan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Wakaf Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1990), h. 95. 1

2 dibagi kepada ahli warisnya sesuai dengan bagian mereka masing-masing. 3 Terkadang harta pusaka atau peninggalan tersebut menimbulkan persengketaan dan permusuhan dalam keluarga sehingga memutuskan hubungan silaturrahmi dan tali persaudaraan dalam keluarga. Untuk menghindari hal tersebut maka Allah menurunkan aturan dan ketentuan untuk pembagian harta warisan tersebut. ilmu faraidh adalah ketentuan yang mengatur tentang orang yang berhak menerima waris, orang yang tidak dapat menerima waris (karena terhalang/terhijab), besarnya bagian yang diterima tiap-tiap ahli waris dan cara pembagiannya. Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan ilmu faraidh adalah wajib kifayah. 4 Islam mengakui pemilikan seseorang atas harta, baik laki-laki atau perempuan, melalui jalan yang dibenarkan syariat sebagaimana Islam mengakui berpindahnya suatu yang dimiliki hidupnya kepada ahli waris sesudah matinya baik itu ahli waris laki-laki atau perempuan, tanpa membedakan antara anak kecil atau orang dewasa. 5 Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah an-nisa ayat 7 : 3 Fathurrahman, Ilmu waris, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1975), h. 42. 4 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 4 5 Muhammad Ali ash Shabuniy, Hukum waris Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h.47

3 Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. (Q.S an-nisa : 7) 6 Nabi Muhammad SAW juga menegaskan tentang keharusan pembagian harta warisan tersebut berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Allah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas : ع ن إب ن ع ب اس ر ض ى الله ع ن ھ م ا ع ن الن ب ى ص ل ى الله ع ل ی ھ و س ل م قا ل : ا ل ح ق و اال ف ر اي ض ب ا ھ ل ھ اف م اب ق ي ف ھ و لا و ل ى ر ج ل ذ ك ر. (متفق علیھ ) 7 Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: Bagikanlah bagian warisan kepada ahli warisnya, selebihnya adalah milik laki-laki yang paling dekat. (Muttafaq Alaihi) 8 Menurut hukum farãidh, bagian waris yang diterima oleh seorang ahli waris sudah ditetapkan menurut ketentuan Allah dan Rasulnya, dan besar kecilnya sangat tergantung pada keberadaan ahli waris lain yang secara bersama-sama mempunyai hak waris sehingga bagian seorang ahli waris berbeda dalam kondisi 6 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, h.116 7 Imam Abi Abdillah bin Ismail bin Ibrahim Ibnu Mughirah bin Bardazibah al-bukhari al Ja fiyu, Shahih Bukhari, (Beirut: Darul Fikri, 1971-1401), Juz 8, h. 5 cet.1, h. 238. 8 Ibnu Hajar al-asqalani, Terjemah Bulughul Maram, (Bandung: Penebit Jabal, 2011),

4 yang berbeda. 9 Sebab-sebab terjadinya kewarisan sebagaimana yang dijelaskan Alquran bahwa faktornya ada tiga yaitu hubungan nikah, nasab, dan wala. 10 Hubungan nasab atau hubungan darah ialah hubungan kekerabatan antara orang yang mewariskan dengan orang yang mewarisi, yang disebabkan oleh kelahiran, baik dekat maupun jauh. Ahli waris dalam Islam dikenal dengan adanya ashabul furudh dan ashabah. Ashabul furudh yaitu ahli waris yang sudah ditentukan bagianbagiannya yaitu : 1/2, 1/3, ¼, 1/6, 1/8, dan 2/3. 11 Ahli waris yang umumnya terdapat ahli waris perempuan meliputi; anak perempuan, cucu perempuan garis laki-laki, ibu, nenek, saudara perempuan sekandung, saudara perempuan seayah, istri. 12 Sedangkan ahli waris laki-laki meliputi; bapak, kakek, suami. Ashabah yaitu semua ahli waris yang tidak mendapat bagian tetap dan tertentu, baik yang diatur dalam Alquran maupun Hadits. Ashabah dapat mengambil semua harta apabila ia sendirian dan dapat mengambil sisa sesudah ashabul furudh mengambil bagiannya. 13 Pada kenyataannya, penulis menemui sebuah kasus yaitu adanya penguasaan harta warisan oleh seorang anak perempuan atas harta warisan orang 9 Subchan Bashori, Al-Faraidh, (Surabaya: Nusantara, 2009), h.2 10 Wahidah, Al-Mafqud: Kajian Tentang Kewarisan Orang Hilang, (Banjarmasin: Antasari Press, 2008), h.1 11 Muhammad Ali Ash Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 46 12 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, h. 67 13 Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris untuk IAIN, STAIN, PTAIS, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), h. 76

5 tuanya padahal masih ada ahli waris lain yang berhak atas harta warisan tersebut yaitu seorang cucu laki-laki dari anak laki-laki pewaris yang meninggal terlebih dulu. Dalam kasus ini pewaris meninggal pada tahun 2012 dan meninggalkan dua orang anak yaitu seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan, namun anak laki-laki pewaris meninggal dunia terlebih dulu yaitu pada tahun 2007 dan almarhum meninggalkan satu orang anak laki-laki (cucu dari pewaris). Pembagian warisan untuk cucu laki-laki yang orang tuanya meninggal lebih dulu memang masih mempunyai perbedaan dalam pembagiannya, lihat saja dalam hukum Islam dan Kompilasi Hukum Islam. Secara hukum Islam pembagian warisan untuk anak perempuan menempati posisi sebagai ashabul furudh, yang mana bagiannya sudah di tentukan dalan Alquran yaitu mendapat ½ apabila ia sendirian dan cucu laki-laki menempati posisi sebagai ashabah bi nafsih yaitu kerabat laki-laki yang berhubungan dengan si pewaris tanpa diselingi oleh perempuan. 14 Cucu laki-laki tersebut bisa menghabiskan bagian sisa harta sesudah ashabul furudh mengambilnya. Jika dilihat dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 185 ayat (1) posisi cucu laki-laki bisa dikategorikan sebagai ahli waris pengganti sehingga pembagian warisan untuk anak perempuan bersama cucu laki-laki bisa disebut dengan ashabah bil ghair sehingga bagian untuk masing-masing menjadi 2:1. Ia bisa menggantikan posisi ayahnya yang meninggal lebih dulu dan mendapatkan dua bagian, dan untuk anak perempuan satu bagian. 2006), h.52 14 Otje Salman dan Musthofa Haffas, Hukum waris Islam, (Bandung: Refika Aditama,

6 Namun dalam kasus ini, anak perempuan tersebut hanya memberikan harta peninggalan pewaris dengan sekehendak hatinya saja, dari 75 petak tanah cucu laki-laki tersebut hanya mendapatkan 9 petak saja dan dari uang 50 juta tersebut ia hanya mendapatkan uang 200 ribu saja sehingga cucu laki-laki yang merasa juga berhak atas harta pewaris memprotes tindakan yang dilakukan anak perempuan tersebut, namun hal itu tidak memperoleh tanggapan. Padahal umur cucu laki-laki pewaris sudah bisa digolongkan dalam kategori dewasa (19 tahun) dan mampu untuk mengelola harta peninggalan tersebut sendiri. Sehingga tindakan ini menimbulkan permusuhan dalam keluarga. Jadi, berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dan mengetahui lebih jelas faktor yang menyebabkan anak perempuan tersebut bisa menguasai harta warisan yang telah ditinggalkan orang tuanya dan bagaimana tinjauan hukum Islam tentang penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki yang akan penulis tuangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : Penguasaan Harta Warisan oleh Anak Perempuan Terhadap Cucu Laki-Laki (Studi Kasus di Kelurahan Sungai Andai Kecamatan Banjarmasin Utara).

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah yang diteliti, yaitu: 1. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki di Kelurahan Sungai Andai? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki? C. Tujuan Penelitian Sebagai jawaban terhadap rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki di Kelurahan Sungai Andai. 2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki. D. Signifikansi Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat berguna antara lain sebagai berikut:

8 1. Sebagai informasi mengenai hukum kewarisan yang hanya meninggalkan ahli waris anak perempuan bersama cucu laki-laki. 2. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan mengenai masalah hukum kewarisan. 3. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi penelitian selanjutnya. 4. Sebagai bahan pustaka perpustakaan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam pada khususnya dan perpustakaan IAIN Antasari pada umumnya. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam memahami maksud penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan dan batasan istilah, yaitu : 1. Penguasaan, berarti kewenangan atas sesuatu atau menguasai untuk dimiliki. 15 Maksud penulis ialah perbuatan untuk memiliki secara pribadi, dengan cara mengakui atas kepemilikan harta warisan tersebut dan hanya memberikan harta peninggalan sesuka hati saja, sehingga orang lain tidak berhak untuk harta tersebut. 2. Warisan ialah bagian harta yang telah ditetapkan untuk ahli waris. 16 Yang dimaksud penulis ialah harta yang ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal dan dibagikan kepada ahli waris yang telah ditetapkan dalam hukum Islam. 15 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi III, h. 909. 16 Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah, (Beirut : Darul Fikr, t.,th), Jilid III, h. 291.

9 3. Cucu laki-laki ialah keturunan kedua pewaris yang ditarik berdasarkan garis laki-laki. F. Kajian Pustaka Berdasarkan penelaahan terhadap beberapa penelitian terlebuh dahulu yang dilakukan penulis lakukan, berkaitan dengan masalah waris, maka telah ditemukan penelitian sebelumnya yang juga mengkaji tentang persoalan waris. Namun demikian, ditemukan substansi yang berbeda dengan persoalan yang akan penulis angkat. Sepengetahuan penulis, penelitian yang dimaksud yaitu Harta Warisan yang tidak dibagikan di Kecamatan Kapuas Timur Kabupaten Kapuas, diteliti oleh Kasmah NIM : 101114296 menjelaskan tentang alasan para ahli waris tidak membagikan harta peninggalan pewaris dikarenakan ketidaktahuan dari para ahli waris tentang pembagian harta warisan. Akan tetapi, setelah harta warisan yang ditinggalkan pewaris tersisa sedikit baru para ahli waris lainnya mengetahui wajibnya membagikan harta warisan tersebut. Sedangkan penelitian lain, yakni Penguasaan Harta Warisan Oleh Anak Angkatnya di Kecamatan lahei Kabupaten Barito Kuala diteliti oleh Ade Norhalis NIM : 0101114271. Pada kasus I, sebab terjadinya penguasaan harta warisan orang tua angkat oleh anak angkatnya adalah karena pewaris tidak meninggalkan wasiat dan anak angkat tersebut beranggapan bahwa ia lebih berhak atas harta warisan sebab ia lebih tua dibanding dengan ahli waris. Pada kasus II karena pewaris tidak meninggalkan wasiat atau hibah untuknya. Pada kasus III ketidakpuasan anak angkat terhadap harta warisan yang diberikan kepadanya hanya 1/5 dari seluruh harta warisan. Pada kasus IV anak angkat menguasai harta

10 warisan ayah angkatnya karena ayahnya berpesan bahwa seluruh harta warisan diberikan seluruhnya untuknya. Pada kasus V anak angkat beranggapan bahwa dialah yang lebih berhak dibanding saudara angkatnya yang sudah kaya. Dan pada kasus VI anak angkat tidak mau menerima harta warisan sekedarnya saja, sebab ia beranggapan perannya sangat penting dalam keluarga seperti harta tersebut dalam pemeliharaannya. Skripsi diatas penulis jadikan sebagai kajian pustaka, sebab masalah yang diteliti berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis, namun penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ada, dimana penulis akan meneliti permasalahan yang menitik beratkan pada penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki di Kelurahan Sungai Andai. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini terbagi dalam lima bab yang tersusun secara sistematis, tiaptiap bab memuat pembahasan yang berbeda-beda, tetapi merupakan satu-kesatuan yang saling berhubungan. Sistematika penulisan skripsi ini berisikan bab-bab sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penelitian,signifikansi penelitian, definisi operasional, kajian pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan landasan teori yang berisi tentang teori- teori yang berhubungan dengan penelitian penulis.

11 Bab III merupakan metode penelitian, terdiri dari jenis, sifat dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data, dan tahapan penelitian. Bab IV merupakan penyajian data dan analisis, tentang penguasaan harta warisan oleh anak perempuan terhadap cucu laki-laki. Bab V merupakan penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran dari penulis.