BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

SPESIES BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI KECAMATAN LHOKNGA KABUPATEN ACEH BESAR

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Pengamatan Burung di Resort Bama Seksi Konservasi Wilayah II Bekol dalam Upaya Reinventarisasi Potensi Jenis

BAB IV. KONDISI UMUM LAPANGAN

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

KESAMAAN KOMUNITAS BURUNG DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

IDENTIFIKASI FLORA DAN FAUNA MANGROVE NUSA LEMBONGAN DAN NUSA CENINGAN

Studi Keanekaragaman Avifauna Sebagai Sarana Edukasi Ekowisata Birdwatching di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang.

BAB V DATA, ANALISIS DAN SINTESIS

Keanekaragaman Jenis Burung pada Areal Tambak Intensif di Sumatera Selatan dan Lampung

- LAPORAN SEMENTARA - HASIL PENGAMATAN POTENSI WISATA TERBATAS DI SUAKA MARGASATWA RAWA SINGKIL

LINA KRISTINA DEWI. Skripsi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjanaa Kehutanan pada

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

5-048 KOMUNITAS BURUNG DI PESISIR KABUPATEN KULON PROGO. ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan. OIC (Orangutan Information Centre) menambahkan bahwa kawasan restorasi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

KEBERADAAN JENIS BURUNG PADA LIMA STASIUN PENGAMATAN DI SEPANJANG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CILIWUNG, DEPOK-JAKARTA

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI KAWASAN PANTAI KARST GUNUNGKIDUL D.I.YOGYAKARTA SKRIPSI

PEMBUATAN FLIPBOOK BERDASARKAN KERAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL DI HUTAN LINDUNG GUNUNG SENUJUH DAN SEKITARNYA

Lampiran 1. Tabel Jenis, Karakter, Makanan, Perkembangbiakan, Habitat, Kebiasaan, Penyebaran, serta Status Burung

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

KEKAYAAN JENIS BURUNG DI PULAU SERANGAN, BALI BIRD SPECIES RICHNESS IN SERANGAN ISLAND, BALI

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI LAHAN BASAH RAWA BUJUNG RAMAN DESA BUJUNG DEWA KECAMATAN PAGAR DEWA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

Jenis-Jenis Burung di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Andalas Wahana Berjaya (AWB), Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat

KAJIAN KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE LANSKAP HUTAN TANAMAN PINUS (Studi Kasus : Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu)

SATWALIAR DI AREAL REKLAMASI TAMBANG BATUBARA

Laporan Kegiatan Seminar Bird: Science and Conservation dan Pengamatan burung di CA Pulau Sempu

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

Keanekaragaman dan Kelimpahan Jenis Burung di Kawasan Mangrove Center Tuban. Diversity and Abundance of Bird in Mangrove Center Tuban

Jenis-Jenis Burung Air Di Hutan Mangrove Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas

Nama Daerah Nama Inggris Nama Ilmiah. 2 Bentet * Long Tailed Shrike Lanius schach - Tidak Umum 3 Bondol Dada Sisik/petingan ***

KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PREVAB TAMAN NASIONAL KUTAI KALIMANTAN TIMUR

POTENSI AVIFAUNA UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BIRDWACTHING DI DESA EKOWISATA BAHOI Meike D. Lakiu (1), Martina A. Langi (1), Hard N.

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG KARANG

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI RUANG TERBUKA HIJAU DI TIGA TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI BOGOR ALIFAH MELTRIANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI AREA KEBUN BUAH, TAMAN BUAH MEKARSARI ISMI NURFAIZAH

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KECAMATAN LAWEYAN, KECAMATAN SERENGAN, DAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTAMADYA SURAKARTA. Artikel Publikasi Ilmiah

KEKAYAAN SPESIES BURUNG DI WILAYAH DESA BUAHAN, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI DAN DI HUTAN HUJAN DATARAN TINGGI SEKITARNYA

Diterbitkan oleh Merang REDD Pilot Project Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH -German International Cooperation- Jl. J

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEMELIMPAHAN BURUNG DI SEKITAR KAMPUS IKIP PGRI MADIUN SEBAGAI POTENSI LOKAL DAN SUMBER BELAJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA KONSERVASI SATWA LIAR DI PERUM PERHUTANI (Studi Kasus Di RPH Kepoh, BKPH Selogender, KPH Randublatung)

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

Jenis-Jenis Burung di Kawasan Cagar Alam Lembah Harau Sumatera Barat. The avifauna species in Harau Valley Nature Reserve, West Sumatra

Keanekaragaman jenis burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

Tahura Gunung Tumpa, Alternatif Tempat. Pengamatan Burung Endemik Wallacea Subkawasan Sulawesi

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE HABITAT BESERTA GANGGUANNYA DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA POCUT MEURAH INTAN ACEH BESAR

KEANEKARAGAMAN BURUNG DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Oleh : Yuni Wibowo Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. Semua lahan basah diperkirakan menutupi lebih dari 20% luas daratan Indonesia

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN NILAI INDEKS KOMUNITAS BURUNG DI TIGA LOKASI KEBUN RAYA BOGOR CATUR WIBAWA PRAJA

Lampiran 3. Daftar jenis Avifauna yang terdapat di Hutan Harapan PT. REKI

Satwa Liar. di Objek Wisata Alam. Bekantan. Sungai Hitam-Samboja. Ishak Yassir l Satriyo Susito I Mudzakir

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI LAMPUNG MANGROVE CENTER DESA MARGASARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

1. Latar belakang. a. Keragaman Raptor & status. b. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI LAHAN BASAH WAY PEGADUNGAN DESA RAJAWALI KECAMATAN BANDAR SURABAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

THE DISTRIBUTION OF BIRDS AT MENO LAKE WEST LOMBOK

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PANTAI SIUNG DAN PANTAI WEDI OMBO GUNUNGKIDUL D.I. YOGYAKARTA

RINGKASAN PUBLIK PT. BUMI MEKAR HIJAU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI HUTAN RAWA SAEMBAWALATI DESA TOMUI KARYA KECAMATAN MORI ATAS KABUPATEN MOROWALI

Lampiran 1 Tabel tipe arsitektur pohon (Halle et al. 1978)

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG PULOSARI

Diversitas Aves Diurnal di Agroforestry, Hutan Sekunder, dan Pemukiman Masyarakat sekitar Rowo Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

BAB V PROFIL SATWALIAR GUNUNG ASEUPAN

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BIRDWATCHING. di Taman Wisata Alam Kerandangan

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS BURUNG PANTAI YANG BERMIGRASI DI TANJUNG BUNGA KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

Keanekaragaman dan potensi daya tarik burung diurnal di siring sungai martapura, Banjarmasin. Azhar F N Bangiel. Abstrak

Penggunaan Tipe Habitat oleh Avifauna di Lingkungan PT Arutmin Indonesia NPLCT, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Jenis burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran. Jenis burung di hutan produksi desa Gunung Sangkaran ditemukan

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

Keanekaragaman Spesies Avifauna di Kawasan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, SULAWESI SELATAN

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

9-075 KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN MANGROVE GILI SULAT LOMBOK TIMUR. Diversity of Birds Species in Mangrove Area Gili Sulat East Lombok

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BERBAGAI TIPE PEMANFAATAN LAHAN DI KAWASAN MUARA KALI LAMONG, PERBATASAN SURABAYA GRESIK

Transkripsi:

23 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Menjukut 5.1.1. Deskripsi Habitat Menjukut merupakan suatu kawasan yang terdapat di kawasan TWNC yang terdiri atas hutan, danau dan pantai di sekitarnya. Danau merupakan salah satu tipe habitat utama yang terdapat di kawasan ini dan memiliki luas kurang lebih 150 hektar. Vegetasi yang ada di danau ini adalah vegetasi hutan pantai yang terdiri dari tanaman Pandan laut (Pandanus odoratissimus), Cemara laut (Casuarina equisetifolia) dan tanaman khas pantai yang lain, selain itu terdapat hutan campuran disekitarnya yang terdiri dari berbagai jenis pohon (Gambar 3.a). Danau ini berhadapan langsung dengan laut lepas (Samudera Hindia) sehingga memiliki panorama yang sangat indah (Gambar 3.b). (a) (b) Gambar 3. (a) Vegetasi di sekitar Danau Menjukut; (b) Danau Menjukut berbatasan langsung dengan laut lepas. Wilayah Menjukut memiliki habitat utama berupa danau yang bersih dengan air yang sangat jernih serta memiliki beberapa pulau di bagian tengahnya. Pulau-pulau ini memiliki vegetasi berupa tegakan pohon yang cukup rapat serta dihuni berbagai satwaliar. Pada habitat Danau Menjukut ini terdapat pula habitat berlumpur di tepian danau yang langsung berbatasan dengan hutan dataran rendah yang ada di sekitarnya. Letak Danau Menjukut yang berbatasan dengan laut lepas mengakibatkan, pada saat air laut pasang, pasir yang memisahkan danau dan pantai akan terendam sehingga air laut akan masuk ke dalam danau dan akan berpengaruh terhadap kandungan garam serta organisme di dalam danau. Setelah air laut surut di

24 kawasan ini akan didatangi berbagai jenis burung yang mencari makan di sekitar danau. Selain itu pada saat air laut surut, pasir pantai akan terlihat kembali seperti jalan yang memisahkan danau menjukut dengan laut lepas, dan biasanya digunakan sebagai jalan alternatif oleh masyarakat sekitar untuk keluar masuk kawasan TWNC ini. Selain berupa habitat danau, kawasan Menjukut ini juga terdiri atas tipe habitat berupa pantai yang memanjang dan seolah memisahkan danau ini dengan laut lepas. Pantai disekitar danau ini tersusun atas pasir yang teksturnya sangat halus sehingga sangat sulit untuk berjalan di atas pasir ini. 5.1.2. Kekayaan dan Kelimpahan Individu Burung Jenis burung yang ditemukan di kawasan ini sebanyak 29 jenis (Tabel 1; Lampiran 2) yang terdiri dari burung air sebanyak 6 jenis dan burung arboreal serta terrestrial sebanyak 23 jenis. Individu yang paling banyak ditemukan adalah Pergam laut (Ducula bicolor) yaitu sekitar 20 individu untuk rata-rata perjumpaan per hari. Untuk penemuan terbanyak jenis ini adalah 44 jenis pada hari tertentu dan adapula dalam satu hari tidak ditemukan sama sekali. Pergam laut (Ducula bicolor) memiliki kebiasaan terbang diantara pulaupulau kecil. Selain itu jenis ini juga biasa bertengger di atas pohon-pohon yang tinggi. Danau dan Pantai Menjukut terdiri dari ekosistem yang cukup bervariasi terutama tersusun atas hutan pantai dan hutan dataran tendah yang memiliki pohon dengan tajuk yang tinggi. Selain itu di Danau Menjukut terdapat pulaupulau kecil, salah satunya Pulau Kirin yang terletak di tengah danau. Hal ini memungkinkan Pergam laut (Ducula bicolor) menggunakan habitat ini melakukan aktivitasnya. Pada saat pengamatan dapat dilihat pula jenis-jenis penetap (umumnya ditemukan setiap hari dalam jumlah individu yang relatif sama) yaitu Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Cangak merah (Ardea purpurea), Cangak abu (Ardea cinerea), Walet sapi (Collocalia esculenta), Trinil pantai (Tringa hypoleucos), dan Cerek kalung-kecil (Charadrius dubius).

Tabel 1. Perbandingan jumlah individu tiap jenis per hari (rata-rata, minimum dan maksimum) di habitat Danau dan Pantai Menjukut No Nama local Nama latin rata-rata min 1 Cangak abu Ardea cinerea 1.4 1 2 2 Cangak merah Ardea purpurea 1.1 1 2 3 Kuntul karang Egretta sacra 0.4 0 1 4 Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster 2.0 1 3 5 Ayam-hutan merah Gallus gallus 0.1 0 1 6 Cerek kalung-kecil Charadrius dubius 0.9 0 3 7 Trinil pantai Tringa hypoleucos 5.7 2 8 8 Wili-wili besar Burhinus giganteus 0.1 0 1 9 Pergam laut Ducula bicolor 20.4 0 44 10 Merpati-hutan metalik Columba vitiensis 0.3 0 1 11 Cabak maling Caprimulgus macrurus 0.1 0 2 12 Walet sapi Collocalia esculenta 10 5 17 13 Kapinis rumah Apus affinis 2.4 0 4 14 Raja-udang meninting Alcedo meninting 0.4 0 1 15 Cekakak belukar Halcyon smyrnensis 0.4 0 2 16 Cekakak sungai Todirhamphus chloris 2.3 0 4 17 Kirik-kirik biru Merops viridis 0.3 0 2 18 Kangkareng perut-putih Anthracoceros albirostris 1.3 0 2 19 Caladi tilik Dendrocopus molucensis 0.4 0 1 20 Cipoh kacat Aegithina tiphia 0.1 0 1 21 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 2.9 0 8 22 Merbah kacamata Pycnonotus erythrophthalmos 0.3 0 2 23 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus 0.1 0 1 24 Kepudang kuduk-hitam Oriolus chinensis 0.1 0 1 25 Kucica kampong Copsychus saularis 0.3 0 1 26 Cinenen belukar Orthotomus atrogularis 0.6 0 3 27 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 0.3 0 1 28 Perenjak jawa Prinia familiaris 0.3 0 1 29 Cabai merah Dicaeum cruentatum 0.4 0 2 25 max 5.2. Sei Leman 5.2.1 Deskripsi Habitat Danau Sei Leman merupakan danau yang paling besar yang ada di TWNC dan saat ini sudah dimanfaatkan sebagai kawasan yang menjadi primadona untuk dikunjungi. Danau ini memiliki luas kira-kira 195 hektar. Jaraknya kurang lebih 6 km dari kantor TWNC dan dapat ditempuh dalam waktu 30 menit dengan menggunakan mobil jip dan apabila menggunakan sepeda motor dapat ditempuh lebih cepat.

26 Danau Sei Leman memiliki panorama alam yang sangat indah, air yang tenang dikelilingi hutan yang hijau serta barisan vegetasi Nipah (Nypa fruticans) menjadi daya tarik yang potensial di TWNC (Gambar 4.a). Vegetasi yang ada di kawasan ini sangat khas yaitu Nipah (Nypa fruticans) yang juga menjadi habitat utama dari populasi Kalong (Pteropus sp.) yang ada di TWNC (Gambar 4.b). Selain itu Danau ini menjadi habitat berbagai macam satwaliar yaitu Rusa sambar (Cervus unicolor), Kerbau liar (Bubalus bubalis) (Gambar 4.b), Biawak erasia (Varanus salvator), serta habitat bagi burung baik burung air, terestrial maupun arboreal. (a) (b) Gambar 4. (a) Danau Sei Leman saat pagi hari; (b) Vegetasi Nipah (Nypa fruticans) mendominasi Danau Sei Leman. 5.2.2 Kekayaan dan Kelimpahan Individu dari tiap Jenis Burung Sebanyak 48 jenis burung ditemukan di habitat Sei Leman (Tabel 2). Kekayaan jenis burung di kawasan ini paling tinggi dibandingkan dengan habitat lain yang digunakan sebagai lokasi penelitian di TWNC. Jenis dengan kelimpahan tertinggi adalah pergam laut (Ducula bicolor) yaitu ditemukan sekitar 52 individu (jumlah terbanyak per hari pada saat pengamatan) dan pernah dalam satu hari tidak ditemukan sama sekali (nol). Untuk rata-rata jumlah individu yang ditemukan dalam 7 hari pengamatan jenis ini memiliki rata-rata 20 individu. Jenis-jenis lain yang dijumpai setiap hari pada pengamatan adalah Kuntul karang (Egretta sacra), Cangak abu (Ardea cinerea), Trinil pantai (Tringa hypoleucos), dan Cekakak sungai (Todirhamphus chloris). Adapun untuk jenis yang ditemukan cukup melimpah yaitu yang memiliki rata-rata penemuan per hari lebih dari 3 individu adalah Trinil pantai (Tringa hypoleucos) yaitu sebanyak 5 individu per harinya, Punai gading (Treron vernans) yaitu sekitar 7 individu per

hari, Walet sarang-putih (Collocalia fuciphaga) dan Walet linchi (Collocalia linchi) masing-masing 4 dan 7 individu setiap harinya serta Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Layang-layang batu (Hirundo tahitica) dan Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) masing-masing 5, 4, dan 5 individu per hari. Danau Sei Leman memiliki berbagai macam asosiasi habitat seperti habitat danau yang berbatasan langsung dengan hutan dataran rendah serta di dalamnya terdapat vegetasi Nipah menjadikan danau ini sangat khas karena selain menjadi habitat berbagai jenis burung, kawasan ini juga menjadi habitat dari Kalong yang jumlahnya mencapai ribuan ekor. Tabel 2. Perbandingan jumlah individu tiap jenis per hari di habitat Danau dan Pantai Sei Leman No Nama local Nama latin rata-rata min 1 Cangak laut Ardea sumatrana 0.6 0 2 2 Cangak abu Ardea cinerea 1.9 1 4 3 Cangak merah Ardea purpurea 2.7 0 6 4 Kuntul karang Egretta sacra 1.9 1 4 5 Kuntul kecil Egretta garzetta 0.1 0 1 6 Elang-ikan kepala-kelabu Ichtyophaga ichtyaetus 1.0 0 2 7 Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster 0.9 0 2 8 Ayam-hutan merah Gallus gallus 0.7 0 3 9 Cerek kalung-kecil Charadrius dubius 1.6 0 5 10 Trinil kaki-merah Tringa tetanus 2.0 0 4 11 Trinil pantai Tringa hypoleucos 4.9 2 7 12 Punai gading Treron vernans 6.6 0 12 13 Pergam hijau Ducula aenea 0.9 0 6 14 Pergam laut Ducula bicolor 24.1 0 52 15 Uncal loreng Macropygia unchal 0.3 0 1 16 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 0.4 0 2 17 Delimukan zambrud Chalacophaps indica 1.6 0 3 18 Kadalan kera Phaenicophaeus tristis 0.3 0 1 19 Bubut alang-alang Centropus bengallensis 0.1 0 1 20 Walet sarang-putih Collocalia fuciphaga 4.1 0 13 21 Walet linchi Collocalia linchi 6.6 0 11 22 Kapinis rumah Apus affinis 0.3 0 2 23 Raja-udang meninting Alcedo meninting 0.3 0 1 24 Pekaka emas Pelargopsis capensis 0.9 0 2 25 Cekakak merah Halcyon coromanda 0.1 0 1 26 Cekakak belukar Halcyon smyrnensis 0.7 0 2 max 27

Tabel 2. Lanjutan No Nama local Nama latin rata-rata min max 27 Cekakak sungai Todirhamphus chloris 5.1 4 8 28 Kirik-kirik laut Merops philippinus 0.9 0 3 29 Kirik-kirik biru Merops viridis 0.4 0 2 30 Kangkareng perut-putih Anthracoceros albirostris 0.4 0 1 31 Takur tenggeret Megalaima australis 0.6 0 2 32 Caladi tilik Dendrocopus molucensis 1.1 0 2 33 Pelatuk kundang Reinwardtipicus validus 0.1 0 1 34 Layang-layang batu Hirundo tahitica 3.6 0 12 35 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 5.4 0 16 36 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 1.4 0 7 37 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex 1.0 0 3 38 Merbah mata-merah Pycnonotus brunneus 0.9 0 2 39 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus 0.1 0 1 40 Srigunting jambul-rambut Dicrurus hottentottus 0.3 0 1 41 Srigunting batu Dicrurus paradiseus 0.1 0 1 42 Gagak hutan Corvus enca 0.4 0 4 43 Kucica kampong Copsychus saularis 1.0 0 4 44 Cinenen belukar Orthotomus atrogularis 0.1 0 4 45 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 0.3 0 1 46 Perenjak Jawa Prinia familiaris 1.9 0 3 47 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis 0.4 0 2 48 Cabai merah Dicaeum cruentatum 0.9 0 2 28 5.3. Saung Bajau 5.3.1 Deskripsi Habitat Saung Bajau merupakan salah satu kawasan yang terletak di TWNC yaitu berupa pantai yang memanjang dan terletak antara laut lepas dengan airstrip. Saung Bajau memiliki daya tarik tersendiri karena di kawasan ini terdapat kapal tua yang berumur sudah hampir 10 tahun (Gambar 5.a). Kapal tua ini bahkan menjadi salah satu tempat yang banyak didatangi oleh burung-burung yang hidup di sekitar pantai tersebut. Selain itu, pada sore hari ketika air surut terlihat hamparan terumbu karang (Gambar 5.b) yang merupakan habitat ikan-ikan yang melimpah dan digunakan oleh burung air untuk mencari makan, sehingga pada sore hari dapat ditemukan beberapa jenis burung air yang mencari makan di habitat terumbu karang ini. Saung bajau, airstrip dan terumbu karang merupakan tempat-tempat yang mudah

29 dikunjungi di TWNC karena letak lokasi ini berdekatan dengan guest house dan dermaga masuk ke kawasan TWNC. Setiap pengunjung yang datang dapat dengan mudah mengakses ketiga lokasi ini. (a) (b) Gambar 5. (a) Kapal karam di Saung Bajau; (b) Terumbu karang saat senja hari Selain Saung Bajau terdapat pula airstrip (Gambar 6.a) yang berupa hamparan rumput sepanjang 1,5 km dan menjadi habitat berbagai burung terrestrial. Selain itu kawasan ini juga menjadi salah satu tempat yang digunakan oleh Rusa sambar (Cervus unicolor) untuk mencari makan. Gambar 6. (a) (b) (a) Airstrip yang menjadi habitat burung terestrial; (b) Mercusuar sebagai salah satu daya tarik kawasan TWNC Daya tarik lain dari daerah ini adalah adanya menara mercusuar (Gambar 6.b) yang merupakan peninggalan pada masa penjajahan Belanda. Pada zaman dahulu menara ini dijadikan acuan arah oleh para nahkoda kapal, tetapi saat ini mercusuar hanya dijaga untuk kepentingan dinas perhubungan. Walaupun demikian, mercusuar ini sewaktu-waktu dapat dikunjungi apabila ada warga atau turis yang berwisata ke kawasan TWNC.

30 5.3.2 Kekayaan dan Kelimpahan Individu dari tiap Jenis Burung Kekayaan jenis burung di Saung Bajau, terumbu karang dan airstrip sebanyak 46 jenis (Tabel 3). Jenis yang melimpah di kawasan ini adalah Pergam laut (Ducula bicolor) dengan jumlah perjumpaan per harinya sebanyak 20 individu dan jumlah individu terbanyak dalam hari tertentu yaitu sebanyak 88 individu. Selain itu ada jenis yang stabil (ditemukan setiap hari dan sebaran temporalnya merata sepanjang hari) diantaranya Kuntul karang (Egretta sacra), Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Cerek kalung-kecil (Charadrius dubius), Walet linchi (Collocalia linchi), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris). Ditemukan pula jenis-jenis dengan jumlah individu melimpah seperti Trinil pantai (Tringa hypoleucos). Selain itu adapula jenis-jenis yang perjumpaannya lebih sering melalui suara seperti Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Srigunting (Dicrurus sp.), Takur (Megalaima sp.) dan Kangkareng perutputih (Anthracoceros albirostris). Tabel 3. Perbandingan jumlah individu tiap jenis per hari di habitat Saung Bajau No Nama local Nama ilmiah rata-rata min max 1 Kuntul karang Egretta sacra 10.0 5 18 2 Elang tiram Pandion haliaetus 0.3 0 1 3 Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster 1.4 1 4 4 Alap-alap capung Microhierax fringillarius 0.4 0 3 5 Ayam-hutan merah Gallus gallus 1.4 0 3 6 Cerek kalung-kecil Charadrius dubius 7.9 6 14 7 Cerek tilil Charadrius alexandrius 1.9 0 8 8 Cerek asia Charadrius veredus 0.7 0 2 9 Trinil semak Tringa glareola 4.0 0 18 10 Trinil pantai Tringa hypoleucos 12.9 6 36 11 Camar-angguk coklat Anous stolidus 3.4 0 12 12 Punai gading Treron vernans 4.3 0 15 13 Pergam laut Ducula bicolor 21.3 14 88 14 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 0.6 0 3 15 Delimukan zambrud Chalacophaps indica 0.1 0 1 16 Tuwur asia Eudynamys scolopacea 0.1 0 1 17 Kadalan kera Phaenicophaeus tristis 0.3 0 2 18 Kadalan kembang Phaenicophaeus javanicus 0.1 0 1 19 Kadalan birah Phaenicophaeus curvirostris 0.4 0 2

Tabel 3. Lanjutan No Nama local Nama ilmiah rata-rata min max 20 Bubut alang-alang Centropus bengallensis 0.6 0 3 21 Cabak maling Caprimulgus macrurus 0.6 0 2 22 Cabak kota Caprimulgus affinis 0.4 0 2 23 Walet linchi Collocalia linchi 1.6 6 23 24 Walet sapi Collocalia esculenta 0.9 0 12 25 Tepekong jambul Hemiprocne longipennis 0.4 0 3 26 Cekakak sungai Todirhamphus chloris 5.1 4 12 27 Kirik-kirik laut Merops philippinus 0.6 0 4 28 Kirik-kirik biru Merops viridis 0.4 0 3 29 Kangkareng perut-putih Anthracoceros albirostris 0.4 0 2 30 Takur warna-warni Megalaima mystacophanus 0.3 0 2 31 Takur tenggeret Megalaima australis 0.1 0 1 32 Layang-layang batu Hirundo tahitica 0.3 0 4 33 Layang-layang rumah Delichon dasypus 1.0 2 8 34 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 0.4 1 4 35 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex 0.7 1 6 36 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus 0.1 0 1 37 Srigunting bukit Dicrurus remifer 0.1 0 1 38 Srigunting sumatera Dicrurus sumatranus 0.1 0 1 39 Kucica kampong Copsychus saularis 1.0 2 5 40 Remetuk laut Gerygone sulphurea 0.4 0 3 41 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 0.4 0 3 42 Cinenen merah Orthotomus sericeus 0.3 0 2 43 Kekep babi Artamus leucorhynchus 0.4 0 3 44 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis 0.9 1 5 45 Cabai merah Dicaeum cruentatum 2.0 2 6 46 Burung-gereja erasia Passer montanus 14.3 16 40 31 5.4. Muara Blambangan 5.4.1 Deskripsi Habitat Muara Blambangan terletak 2 km sebelah timur Danau Menjukut, dengan vegetasi pantai berupa Pandan laut (Pandanus odoratissimus), Nyamplung (Callophyllum inophyllum) dan tumbuhan lain. Sebagai salah satu habitat perairan yang ada di kawasan TWNC, muara ini memiliki keindahan tersendiri dengan panorama alam laut lepas dan hamparan pasir yang cukup luas. Pada saat laut pasang, permukaan air di muara ini akan naik sampai pasir di sekitarnya terendam air laut (Gambar 7.a). Setelah air laut surut biasanya kawasan ini didatangi

32 berbagai jenis burung seperti Belibis (Dendrocygna sp.), Trinil (Tringa sp.), dan Kuntul karang (Egretta sacra). Vegetasi yang ada di sekitar Muara Blambangan terdiri dari vegetasi hutan pantai dan hutan dataran rendah yang terdiri dari pohon-pohon yang sangat tinggi sampai semak belukar yang rapat (Gambar 7.b). Vegetasi di sekitar muara ini menjadi habitat Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis) dan ular Sanca batik (Phyton reticulatus). Muara ini dapat digunakan sebagai jalan alternatif menuju kawasan Menjukut dan Tampang Tua (pemukiman warga sekitar TWNC) apabila air laut sedang naik jarena jalan pasir tidak dapat dilalui. Mula-mula pengunjung menyeberang menggunakan sampan setelah itu, untuk mencapai kawasan yang dituju, dapat berjalan kaki menyusuri hutan sekitarnya. Gambar 7. (a) (b) (a) Muara Blambangan saat air naik; (b) Vegetasi di sekitar Muara Blambangan. 5.4.2 Kekayaan dan Kelimpahan Individu dari tiap Jenis Burung Muara Blambangan terletak tidak jauh dari Danau dan Pantai Menjukut Jumlah jenis burung yang ditemukan tidak jauh berbeda dibandingkan dengan di kedua lokasi tersebut. Jumlah jenis yang ditemukan di muara ini sebanyak 22 jenis burung yang didominasi oleh burung air (Tabel 4). Jenis yang paling melimpah di kawasan ini adalah Pergam laut (Ducula bicolor) dan Trinil pantai (Tringa hypoleucos), yang memiliki rata-rata perjumpan jenis lebih dari 20 individu per hari. Perjumpaan rata-rata masing-masing jenis ini adalah 27 dan 23 individu per hari.

Tabel 4. Perbandingan jumlah individu tiap jenis per hari di habitat Muara Blambangan No Nama local Nama ilmiah rata-rata min 1 Cangak merah Ardea purpurea 3.0 0 3 2 Elang tiram Pandion haliaetus 1.0 0 1 3 Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster 1.7 1 2 4 Ayam-hutan merah Gallus gallus 1.7 0 3 5 Cerek kalung-kecil Charadrius dubius 8.3 5 14 6 Cerek tilil Charadrius alexandrius 1.3 0 4 7 Trinil pantai Tringa hypoleucos 23.3 11 20 8 Pergam laut Ducula bicolor 26.7 8 28 9 Merpati-hutan metalik Columba vitiensis 0.7 0 1 10 Tekukur biasa Streptopelia chinensis 0.7 0 2 11 Bubut alang-alang Centropus bengallensis 0.3 0 1 12 Cabak maling Caprimulgus macrurus 1.0 0 3 13 Cabak kota Caprimulgus affinis 0.3 0 1 14 Walet sarang-putih Collocalia fuchiphaga 9.0 3 12 15 Walet linchi Collocalia linchi 10.0 6 12 16 Raja-udang meninting Alcedo meninting 0.3 0 1 17 Cekakak sungai Todirhamphus chloris 4.3 1 6 18 Cipoh jantung Aegithina viridissima 0.7 0 2 19 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 5.0 1 8 20 Srigunting batu Dicrurus paradiseus 0.6 0 1 21 Kucica kampong Copsychus saularis 4.0 2 5 22 Cabai merah Dicaeum cruentatum 2.7 2 6 max 33 5.5. Muara Way Tinggal 5.5.1 Deskripsi Habitat Muara Way Tinggal merupakan kawasan yang menghubungkan Danau Sei Leman dengan lautan. Vegetasi yang tumbuh tidak jauh berbeda dengan kawasan lahan basah yang lain yang ada di TWNC seperti terdiri dari Pandan laut (Pandanus odoratissimus), Cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan tanaman lain khas hutan pantai. Selain itu hutan di sekitarnya menambah unik kawasan ini karena tersusun dari beberapa vegetasi yang khas. Muara ini memiliki keutamaan berupa panorama alam yang indah karena merupakan habitat lahan basah dari aliran danau Sei Leman yang berhadapan langsung dengan laut lepas (Gambar 8.a). Selain itu kawasan ini juga menjadi habitat dari burung-burung air yang memanfaatkan muara ini sebagai tempat

34 beraktivitas. Di muara ini dapat dijumpai berbagai jenis burung air, burung arboreal dan burung terestrial (Gambar 8.b) Muara Way Tinggal sangat menarik dikunjungi terutama saat senja hari. Selain karena panorama alamnya yang indah,di kawasan ini juga dapat dijumpai berbagai jenis burung. Beberapa jenis burung yang dapat dijumpai adalah Cangak Laut (Ardea sumatrana), Kuntul karang (Egretta sacra), Elang-ikan kepalakelabu (Ichthyophaga ichthyaetus) dan Delimukan zamrud (Chalcophaps indica). Gambar 8. (a) (b) (a) Perbatasan pantai dengan Muara Way Tinggal; (b) Muara Way Tinggal sebagai habitat burung-burung air. 5.5.2 Kekayaan dan Kelimpahan Individu dari tiap Jenis Burung Muara Way Tinggal memiliki kekayaan jenis burung yang cukup tinggi yaitu 38 jenis burung (Tabel 5). Di kawasan ini burung air dan burung pantai cukup melimpah serta selalu ditemukan hampir setiap hari pengamatan. Ada pun jenis-jenis dengan kelimpahan tinggi adalah Pergam laut (Ducula bicolor), dan Walet linchi (Collocalia linchi). Kedua jenis ini memiliki rata-rata penemuan individu lebih dari 30 individu per hari. Tabel 5. Perbandingan jumlah individu tiap jenis per hari di habitat Muara Way Tinggal No Nama lokal Nama ilmiah rata-rata min 1 Cangak laut Ardea sumatrana 1.3 0 2 2 Kuntul karang Egretta sacra 2.3 2 3 3 Elang-ikan kepala-kelabu Ichtyophaga ichtyaetus 1.3 0 2 4 Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster 1.3 0 2 5 Cerek tilil Charadrius alexandrius 6.7 3 9 6 Cerek asia Charadrius veredus 3.0 1 5 7 Trinil kaki-merah Tringa tetanus 5.0 2 8 8 Trinil pantai Tringa hypoleucos 8.3 6 12 max

Tabel 5. Lanjutan No Nama lokal Nama ilmiah rata-rata min max 9 Punai gading Treron vernans 8.3 4 14 10 Pergam hijau Ducula aenea 3.3 0 6 11 Pergam laut Ducula bicolor 33.3 14 55 12 Delimukan zamrud Chalacophaps indica 2.7 1 4 13 Kadalan kera Phaenicophaeus tristis 0.3 0 1 14 Walet sarang-putih Collocalia fuchiphaga 7.3 6 13 15 Walet linchi Collocalia linchi 10.0 8 14 16 Walet sapi Collocalia esculenta 3.3 0 5 17 Cekakak sungai Todirhamphus chloris 6.7 3 11 18 Kirik-kirik laut Merops philippinus 3.3 2 6 19 Kirik-kirik biru Merops viridis 2.3 0 4 20 Takur tenggeret Megalaima australis 1.3 0 2 21 Caladi tilik Dendrocopus molucensis 0.7 0 2 22 Pelatuk kundang Reinwardtipicus validus 0.3 0 1 23 Layang-layang batu Hirundo tahitica 3.7 3 5 24 Cipoh kacat Aegithina tiphia 1.7 0 3 25 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 8.3 6 14 26 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 3.3 2 8 27 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex 1.0 0 3 28 Merbah mata-merah Pycnonotus brunneus 0.3 0 1 29 Merbah kacamata Pycnonotus erythrophthalmos 2.0 0 4 30 Srigunting jambul-rambut Dicrurus hottentottus 0.7 0 2 31 Srigunting batu Dicrurus paradiseus 0.7 0 1 32 Gagak hutan Corvus enca 3.3 2 6 33 Tepus pipi-perak Stachyris melanothorax 1.3 0 2 34 Kucica kampung Copsychus saularis 4.0 2 6 35 Remetuk laut Gerygone sulphurea 2.0 0 3 36 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 2.3 1 3 37 Cinenen merah Orthotomus sericeus 0.7 0 1 38 Cabai merah Dicaeum cruentatum 3.3 2 5 35 5.6. Muara Belimbing 5.6.1 Deskripsi Habitat Muara Belimbing merupakan salah satu muara yang berada di kawasan TWNC. Letaknya sekitar 3 km dari kantor pengelola. Muara ini dahulunya merupakan habitat Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), namun saat ini sudah jarang ditemukan. Hal ini kemungkinan karena kawasan ini sering dilalui

36 oleh berbagai kendaraan karena merupakan penghubung antara kantor TWNC dengan pemukiman warga sekitar yaitu Desa Pengekahan. Muara ini tersusun atas vegetasi hutan pantai dan hutan dataran rendah (Gambar 9). Namun berbeda dengan muara yang lain, di muara ini tidak banyak dijumpai jenis burung. Kemungkinan karena setiap hari selalu ramai oleh aktivitas masyarakat yang berlalu-lalang melewati muara ini (a) (b) Gambar 9. (a) Vegetasi hutan dataran rendah di Muara Belimbing; (b) Vegetasi hutan pantai di sekitar Muara Belimbing 5.6.2 Kekayaan dan Kelimpahan Individu dari tiap Jenis Burung Muara Belimbing adalah muara terdekat dari kantor TWNC sehingga berbagai macam kegiatan banyak menggunakan fasilitas jembatan yang berada di muara ini. Hal tersebut menyebabkan jenis satwaliar terutama burung terganggu sehingga pada saat pengamatan hanya ditemukan sekitar 21 jenis (Tabel 6). Jenis yang ditemukan antara lain Kuntul karang (Egretta sacra), Trinil pantai (Tringa hypoleucos) dan Cerek kalung-kecil (Charadrius dubius). Tabel 6. Perbandingan jumlah individu tiap jenis per hari di habitat Belimbing No Nama lokal Nama ilmiah max rata-rata min 1 Kuntul kerbau Bubulcus ibis 0.3 0 1 2 Kuntul karang Egretta sacra 2.0 1 3 3 Ayam-hutan merah Gallus gallus 1.3 0 2 4 Cerek kalung-kecil Charadrius dubius 7.6 5 12 5 Trinil pantai Tringa hypoleucos 10.0 8 13 6 Kadalan beruang Phaenicophaeus diardi 0.3 0 1 7 Walet linchi Collocalia linchi 8.3 5 12 8 Walet sapi Collocalia esculenta 1.3 0 4 9 Cekakak sungai Todirhamphus chloris 4.7 3 6

Tabel 6. lanjutan No Nama lokal Nama ilmiah rata-rata min max 10 Takur tenggeret Megalaima australis 0.7 0 1 11 Layang-layang batu Hirundo tahitica 4.7 2 7 12 Cipoh kacat Aegithina tiphia 0.7 0 2 13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster 8.0 6 10 14 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier 2.7 1 4 15 Merbah kacamata Pycnonotus erythrophthalmos 0.7 0 2 16 Tepus merbah-sampah Stachyris erythroptera 0.7 0 2 17 Tepus pipi-perak Stachyris melanothorax 0.7 0 1 18 Kucica kampung Copsychus saularis 1.7 1 2 19 Remetuk laut Gerygone sulphurea 2.7 0 5 20 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps 3.0 2 4 21 Cabai merah Dicaeum cruentatum 2.0 0 3 37 5.7. Pembahasan Umum 5.7.1. Perbandingan tiap Habitat Penelitian dilaksanakan di enam lokasi yaitu Menjukut, Sei Leman, Saung Bajau, Blambangan, Way Tinggal dan Belimbing. Setiap habitat memiliki tipe habitat yang hampir sama yaitu berupa lahan basah. Kawasan TWNC memiliki dua danau utama yaitu Danau Menjukut dan Danau Sei Leman. Kedua danau ini memiliki persamaan berupa danau air payau, namun berbeda vegetasi dan asosiasi habitatnya. Kedua danau ini memiliki beberapa perbedaan yang menjadi penciri dari masing-masing. Hal ini menyebabkan terdapat perbedaan dalam hal kekayaan jenis burung yang ditemukan yang kemungkinan disebabkan oleh ketersediaan makanan, cover, shelter, keberadaan predator dan lain sebagainya. Hal yang paling khas di Danau Menjukut adalah adanya pulau di tengah danau yang dihuni oleh berbagai satwaliar yaitu Pulau Kirin (Gambar 10). Selain itu pada saat air laut pasang, pantai yang memisahkan danau dengan laut lepas akan terendam dan seolah-olah hilang, sehingga air laut masuk ke danau. Danau Sei Leman juga memiliki keunikan yaitu merupakan danau yang memiliki berbagai asosiasi habitat seperti adanya tegakan Nipah (Nypa fruticans), sehingga apabila menjelajahi danau menggunakan speed boat terlihat tegakan Nipah yang masih utuh. Selain itu pada habitat ini dapat ditemukan satwa yang

38 tidak ditemukan di Danau Menjukut yaitu Kalong (Pteropus sp.) yang populasinya mencapai ribuan ekor.keunikan lain adalah asosiasi danau ini dengan hutan pantai dan hutan dataran rendah membuat danau ini dihuni berbagai macam satwaliar baik yang hidup di hutan dataran rendah, hutan pantai maupun habitat lain seperti paparan lumpur dan rawa. Danau Sei Leman saat ini merupakan kawasan yang paling banyak dikunjungi apabila ada kunjungan dari luar ke kawasan TWNC. Beberapa keunikan juga terdapat di sekitar Saung Bajau, selain keindahan pantai berpasir, di kawasan ini juga terdapat kapal karam yang umurnya sudah puluhan tahun. Pemandangan ini dapat dinikmati setiap saat pagi, siang, dan sore hari. Pada saat sore hari ketika air laut sedang surut, terlihat adanya terumbu karang di sekitar pantai Saung Bajau ini. Terumbu karang ini biasanya menjadi tempat yang selalu dikunjungi beberapa burung air untuk mencari makan seperti Kuntul karang (Egretta sacra), Trinil pantai (Tringa hypoleucos) dan Cerek (Charadrius sp.). Habitat perairan lain yang diamati adalah muara. Pengamatan di muara dilaksanakan di Muara Blambangan, Way Tinggal dan Belimbing. Ketiga habitat ini memiliki karakteristik yang berbeda baik dari vegetasi maupun dari jenis satwaliar yang diamati. Muara Blambangan memiliki keunikan berupa habitat yang cukup beragam seperti hutan pantai, hutan dataran rendah dan habitat rawa. Hutan pantai terdiri dari vegetasi Pandan laut (Pandanus odoratissimus), Cemara laut (Casuarina equisetifolia). Pada habitat hutan pantai banyak ditemukan burung air seperti Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Cerek kalung-kecil (Charadrius dubius), dan Trinil pantai (Tringa hypoleucos). Sementara pada habitat hutan dataran rendah dan rawa yang ada di kedua sisi Sungai Blambangan selain ditemukan berbagai jenis burung seperi Kucica kampung (Copsychus saularis), dan Cangak merah (Ardea purpurea) ditemukan pula berbagai jenis mamalia primata seperti Monyet ekor-panjang (Macaca fascicularis) dan beberapa reptil seperti ular Sanca batik (Phyton reticulatus). Muara Way Tinggal memiliki kekhasan berupa habitat perpaduan antara hutan pantai, hutan dataran rendah, rawa dan danau. Keanekaragaman hayati terutama burung cukup tinggi baik burung terestrial, arboreal, maupun burung-

burung air. Jenis yang khas dan banyak ditemukan di muara ini adalah Cangak laut (Ardea sumatrana) dan Delimukan zamrud (Chalcophaps indica). Kawasan Belimbing juga mempunyai muara sungai yang cukup besar yaitu Muara Belimbing. Muara ini memilki jembatan yang menghubungkan kawasan konservasi TWNC dengan perkampungan masyarakat sekitar yaitu Desa Pengekahan. Muara ini tersusun atas habitat utama berupa hutan pantai dan hutan dataran rendah. Kekayaan jenis burung di muara ini tidak sebanyak di muara yang lain kemungkinan hal ini disebabkan karena muara ini dilalui jembatan yang setiap saat dilewati warga yang memasuki kawasan TWNC dan para petugas yang melakukan kunjungan ke pekampungan. Banyaknya aktivitas manusia di kawasan ini diduga mengakibatkan habitat satwaliar terganggu sehingga sedikit jenis yang dijumpai di kawasan ini. 5.7.2. Kekayaan Jenis Burung antar Habitat Pengamatan yang dilakukan selama periode Agustus sampai September 2009, di habitat Danau (Menjukut dan Sei Leman), Pantai (Menjukut, Sei Leman dan Saung Bajau serta airstrip) dan Muara (Blambangan, Way Tinggal dan Belimbing) menemukan 83 jenis burung yang terdiri atas 20 jenis burung air dan burung pantai, serta 63 jenis burung arboreal dan terrestrial. Selain itu untuk kekayaan jenis burung dari masing-masing habitat cukup bervariasi. Setiap habitat memiliki kekayaan jenis yang berbeda (Tabel 7). Tabel 7. Kekayaan jenis burung yang terdapat pada tiap lokasi penelitian No Lokasi Habitat utama Tipe habitat Perkiraan luas/ panjang Jumlah jenis burung 1 Menjukut Danau dan Danau air payau, 150 ha 29 Pantai pantai pasir, Pulau Kirin, tepian danau yang berlumpur, rawa, hutan dataran rendah, dan hutan pantai 2 Sei Leman Danau Danau air payau, vegetasi nipah, paparan lumpur, lapangan terbuka hijau, rawa, hutan dataran rendah, hutan pantai 195 ha 48 39

Tabel 7. Lanjutan No Lokasi Habitat utama Tipe habitat Perkiraan 3 Saung Bajau Pantai Pantai berpasir, terumbu karang, kapal karam, Air strip, hutan pantai, hutan dataran rendah 4 Blambangan Muara Muara sungai, hutan pantai, hutan dataran rendah, rawa 5 Way Tinggal Muara Muara sungai, hutan dataran rendah, pantai, hutan pantai, danau, paparan lumpur, rawa 6 Belimbing Muara Muara sungai, hutan dataran rendah Jumlah luas/ panjang jenis burung 3 km 46 28 km 22 3 km 38 5 km 21 40 Jenis-jenis burung yang ditemukan cukup beragam (Lampiran 1), termasuk beberapa jenis yang sudah dilindungi seperti Elang tiram (Pandion haliaetus), Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Elang-ikan kepala-kelabu (Ichtyophaga ichtyaetus), Alap-alap capung (Microhierax fringillarius), dan Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris). Jenis-jenis tersebut masuk dalam kriteria Apendix II CITES (Lampiran 5). 5.7.3. Penyebaran Jenis pada tiap Habitat Habitat yang dijadikan lokasi penelitian di TWNC adalah habitat perairan. Habitat yang diamati berupa danau dan pantai dengan berbagai asosiasinya. Setiap habitat yang diamati memiliki karakteristik yang hampir sama sehingga jenis yang ditemukan pun hampir sama. Ada beberapa jenis burung yang ditemukan di hanpir semua habitat yang diamati, namun ada pula beberapa jenis burung yang hanya ditemukan di lokasi tertentu. Setiap jenis yang ditemukan di setiap habitat umumnya memiliki keterkaitan dengan habitat yang diamati misalnya keterkaitan dalam hal ekologi, makanan, ruang, dan pola pemanfaatan habitat. Trinil pantai (Tringa hypoleucos), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Kucica kampung (Copsychus saularis) dan Cabai merah (Dicaeum cruentatum) adalah jenis-jenis yang ditemukan di semua lokasi pengamatan. Adapula jenis yang hanya ditemukan di satu habitat

41 tertentu pada saat pengamatan, antara lain Kuntul kerbau (Egretta sacra), Alapalap capung (Microhierax fringillarius), Wili-wili besar (Burhinus giganteus), Camar angguk-cokelat (Anous stolidus), Tuwur asia (Eudynamys scolopacea), Kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus), Srigunting bukit (Dicrurus remifer), Srigunting sumatera (Dicrurus sumatranus), dan Kepudang kuduk-hitam (Oriolus chinensis) (Tabel 8). Jenis-jenis yang hanya ditemukan di satu lokasi mungkin karena jenis tersebut memiliki tingkat adaptasi tertentu terhadap suatu habitat. Adaptasi yang dimaksud bisa berupa jenis vegetasi, faktor makanan, persaingan dengan jenis lain dan lain-lain. Selain jenis-jenis yang ditemukan di lokasi pengamatan adapula beberapa jenis yang ditemukan di luar lokasi pengamatan yaitu Uncal kouran (Macropygia ruficeps), Pelatuk ayam (Dryocopus javensis), Kacembang gadung (Irena puella ) dan Tepus dahi-merah (Stachyris rufifrons).

42 Tabel 8. Penyebaran jenis burung pada setiap lokasi penelitian di TWNC No Nama lokal Nama ilmiah Famili Lokasi M SL SB BM WT BL 1 Cangak laut Ardea sumatrana Ardeidae 2 Cangak abu Ardea cinerea Ardeidae 3 Cangak merah Ardea purpurea Ardeidae 4 Kuntul kerbau Bubulcus ibis Ardeidae 5 Kuntul karang Egretta sacra Ardeidae 6 Kuntul kecil Egretta garzetta Ardeidae 7 Elang tiram Pandion haliaetus Pandionidae 8 Elang-ikan kepala-kelabu Ichtyophaga ichtyaetus Acciptridae 9 Elang-laut perut-putih Haliaeetus leucogaster Acciptridae 10 Alap-alap capung Microhierax fringillarius Falconidae 11 Ayam-hutan merah Gallus gallus Phasianidae 12 Cerek kalung-kecil Charadrius dubius Charadriidae 13 Cerek tilil Charadrius alexandrius Charadriidae 14 Cerek asia Charadrius veredus Charadriidae 15 Trinil kaki-merah Tringa tetanus Scolopacidae 16 Trinil semak Tringa glareola Scolopacidae 17 Trinil pantai Tringa hypoleucos Scolopacidae 18 Wili-wili besar Burhinus giganteus Burhanidae 19 Camar-angguk coklat Anous stolidus Sternidae 20 Punai gading Treron vernans Columbidae 21 Pergam hijau Ducula aenea Columbidae 22 Pergam laut Ducula bicolor Columbidae 43

43 Tabel 8. Lanjutan No Nama lokal Nama ilmiah Famili Lokasi M SL SB BM WT BL 23 Merpati-hutan metalik Columba vitiensis Columbidae 24 Uncal loreng Macropygia unchal Columbidae 25 Uncal kouran* Macropygia ruficeps Columbidae 26 Tekukur biasa Streptopelia chinensis Columbidae 27 Delimukan zamrud Chalacophaps indica Columbidae 28 Tuwur asia Eudynamys scolopacea Cuculidae 29 Kadalan beruang Phaenicophaeus diardi Cuculidae 30 Kadalan kera Phaenicophaeus tristis Cuculidae 31 Kadalan kembang Phaenicophaeus javanicus Cuculidae 32 Kadalan birah Phaenicophaeus curvirostris Cuculidae 33 Bubut alang-alang Centropus bengallensis Cuculidae 34 Cabak maling Caprimulgus macrurus Caprimulgidae 35 Cabak kota Caprimulgus affinis Caprimulgidae 36 Walet sarang-putih Collocalia fuchiphaga Apodidae 37 Walet linchi Collocalia linchi Apodidae 38 Walet sapi Collocalia esculenta Apodidae 39 Kapinis rumah Apus affinis Apodidae 40 Tepekong jambul Hemiprocne longipennis Hemiprocnidae 41 Raja-udang meninting Alcedo meninting Alcedinidae 42 Pekaka emas Pelargopsis capensis Alcedinidae 43 Cekakak merah Halcyon coromanda Alcedinidae 44 Cekakak belukar Halcyon smyrnensis Alcedinidae 45 Cekakak sungai Todirhamphus chloris Alcedinidae 44

44 Tabel 8. Lanjutan No Nama lokal Nama ilmiah Famili Lokasi M SL SB BM WT BL 46 Kirik-kirik laut Merops philippinus Meropidae 47 Kirik-kirik biru Merops viridis Meropidae 48 Kangkareng perut-putih Anthracoceros albirostris Bucerotidae 49 Takur warna-warni Megalaima mystacophanus Capitonidae 50 Takur tenggeret Megalaima australis Capitonidae 51 Pelatuk ayam* Dryocopus javensis Picidae 52 Caladi tilik Dendrocopus molucensis Picidae 53 Pelatuk kundang Reinwardtipicus validus Picidae 54 Layang-layang batu Hirundo tahitica Hirundinidae 55 Layang-layang rumah Delichon dasypus Hirundinidae 56 Cipoh jantung Aegithina viridissima Chlorosopseidae 57 Cipoh kacat Aegithina tiphia Chlorosopseidae 58 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae 59 Merbah cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae 60 Merbah corok-corok Pycnonotus simplex Pycnonotidae 61 Merbah mata-merah Pycnonotus brunneus Pycnonotidae 62 Merbah kacamata Pycnonotus erythrophthalmos Pycnonotidae 63 Srigunting hitam Dicrurus macrocercus Dicruridae 64 Srigunting bukit Dicrurus remifer Dicruridae 65 Srigunting jambul-rambut Dicrurus hottentottus Dicruridae 66 Srigunting sumatera Dicrurus sumatranus Dicruridae 67 Srigunting batu Dicrurus paradiseus Dicruridae 68 Kepudang kuduk-hitam Oriolus chinensis Dicruridae 45

45 Tabel 8. Lanjutan No Nama lokal Nama ilmiah Famili 69 Kacembang gadung* Irena puella Oriolidae Lokasi M SL SB BM WT BL 70 Gagak hutan Corvus enca Corvidae 71 Tepus dahi-merah* Stachyris rufifrons Timalidae 72 Tepus merbah-sampah Stachyris erythroptera Timalidae 73 Tepus pipi-perak Stachyris melanothorax Timalidae 74 Kucica kampung Copsychus saularis Turdidae 75 Remetuk laut Gerygone sulphurea Silviidae 76 Cinenen belukar Orthotomus atrogularis Silviidae 77 Cinenen kelabu Orthotomus ruficeps Silviidae 78 Cinenen merah Orthotomus sericeus Silviidae 79 Perenjak Jawa Prinia familiaris Silviidae 80 Kekep babi Artamus leucorhynchus Silviidae 81 Burung-madu sriganti Nectarinia jugularis Nectarinidae 82 Cabai merah Dicaeum cruentatum Dicacidae 83 Burung-gereja erasia Passer montanus Ploceidae Jumlah Jenis 29 47 46 22 38 21 Keterangan: * = Jenis yang ditemukan di luar lokasi pengamatan M = Danau dan Pantai Menjukut WT = Muara Way Tinggal SL = Danau dan Pantai Sei Leman BL = Muara Belimbing SB = Saung Bajau BM = Muara Blambangan 46

46 5.7.4. Sebaran Temporal Perjumpaan jenis terbanyak atau paling efektif adalah pada pukul 07.00-10.00 WIB dan pukul 15.00-18.00 WIB (Gambar.10). Hampir semua habitat menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu waktu diantara jam tersebut cenderung tidak efektif untuk melakukan pengamatan karena umumnya pada jam tersebut burung-burung tidak tampak beraktivitas). Jenis-jenis yang pernah ditemui pada waktu-waktu tersebut biasanya adalah burung-burung pantai seperti Trinil pantai (Tringa hypoleucos) dan Cerek kalung-kecil (Charadrius dubius). Burung-burung Passeriformes (burung berkicau) hanya dapat didengar suara kicauannya. Waktu 17.01-18.00 16.00-17.00 15.01-16.00 14.01-15.00 13.01-14.00 12.01-13.00 11.01-12.00 10.01-11.00 09.01-10.00 08.01-09.00 07.01-08.00 06.00-07.00 8 18 7 19 15 7 14 25 17 16 17 12 10 19 11 8 13 8 7 11 9 7 5 9 4 9 7 9 8 8 6 7 6 6 5 10 6 5 8 6 11 6 8 7 8 8 22 11 13 24 13 9 23 11 21 24 12 9 19 11 19 25 7 4 6 8 11 20 6 Belimbing Way Tinggal Blambangan Saung Bajau Sei Leman Menjukut 0 5 10 15 20 25 30 Jumlah Jenis Gambar 10. Perbandingan sebaran temporal burung pada beberapa habitat di kawasan TWNC.

47 5.7.5. Sebaran Spasial Burung yang ditemukan di lokasi penelitian cukup beranekaragam. Jenis yang ditemukan terdiri dari burung air, burung terestrial dan burung arboreal. Sebagian dari jenis yang ditemukan menyebar secara teratur di semua habitat (lokasi penelitian), misalnya Trinil pantai (Tringa hypoleucos), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), dan Kucica kampung (Copsychus saularis). Jenis-jenis ini hampir ditemukan setiap hari. Selain jenis yang menyebar teratur juga ditemukan beberapa jenis yang hanya ditemukan pada habitat tertentu misalnya saja Wili-wili besar (Burhinus giganteus) dan Elang tiram (Pandion haliaetus). Pada saat pengamatan selesai dapat diketahui bahwa dari enam lokasi yang diamati ditemukan sebanyak 83 jenis burung yang ditemukan di habitat perairan. Jenis tersebut memiliki berbagai macam keunikan dan karakteristik yang berbeda. Keunikan dapat terlihat dari bentuk fisiknya yang menarik, suara yang indah, habitat yang spesifik, perilaku dan banyak yang lainnya. Keunikan dan karakteristik burung cukup potensial untuk dijadikan obyek ekowisata yang disebut birdwatching. Ada beberapa jenis yang menarik untuk dijadikan objek birdwatching misalnya Cangak laut (Ardea sumatrana), Cangak merah (Ardea purpurea), Cangak abu (Ardea cinerea), Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris), Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster), Kuntul karang (Egretta sacra), Pergam laut (Ducula bicolor), Kadalan (Phaenicophaeus sp.), Srigunting (Dicrurus sp.), dan Wili-wili besar (Burhinus giganteus). Jenis-jenis tersebut ada yang menyebar secara acak, mengelompok, ataupun menyebar teratur. Semua jenis ditemukan di lokasi penelitian. Ada yang terpusat di Danau Sei Leman, Danau Menjukut, menyebar di Saung Bajau dan ada pula yang menempati muara-muara yang ada di kawasan TWNC (Gambar 11).

Keterangan : Gambar 11. Sebaran spasial jenis burung yang potensial untuk wisata birdwatching. 48 48

49 5.7.6. Frekuensi Pertemuan Jenis Frekuensi pertemuan jenis (Fpj) burung menunjukkan mudah atau tidaknya setiap jenis yang dijumpai pada serangkaian pengamatan. Kemudahan menjumpai jenis burung sangat berhubungan erat dengan pelaksanaan wisata birdwatching. Jenis burung yang mudah dijumpai akan menjadi jenis yang diunggulkan dalam kegiatan wisata birdwatching. Jenis yang sulit dijumpai, tidak dijadikan jenis burung yang diunggulkan untuk ditawarkan, tetapi jenis burung ini dapat dijadikan nilai tambah karena dapat menjumpai jenis yang sulit atau sangat sulit adalah suatu atraksi yang menarik dalam kegiatan wisata birdwatching (Kurnia 2003). Tingkat frekuensi perjumpaan yang tinggi bukan berarti bahwa jenis ini selalu mudah dijumpai secara langsung, namun bisa juga secara tidak langsung melalui suara. Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris) adalah salah satu jenis yang mudah dijumpai, namun kemudahan ini dikombinasikan dengan perjumpaan secara tidak langsung. Sama halnya dengan jenis lainnya dari famili Cuculidae seperti Srigunting (Dicrurus sp.) yang umumnya hanya terdengar suaranya. Menurut Kurnia (2003) tingkat pertemuan jenis burung dipengaruhi oleh sifat kunjungan dan kelimpahan jenis burung. Sifat kunjungan jenis burung berkaitan dengan jenis penetap, pengunjung tidak tetap, jenis lepasan, dan jenis migran. Kelimpahan jenis burung berkaitan dengan dominasi jenis burung dan juga penyebaran jenis burung. Untuk sifat kunjungan burung di TWNC ada jenis-jenis penetap artinya selalu ditemukan sepanjang tahun, bahkan setiap hari dapat dijumpai seperti Kuntul karang (Egretta sacra), Cangak abu (Ardea cinérea), Cangak merah (Ardea purpurea), Pergam laut (Ducula bicolor), Kucica kampung (Copsychus saularis), Punai gading (Treron vernans), Elang-laut perut-putih (Anthracoceros albitrosis) dan Cekakak sungai (Todirhamphus chloris). Selain itu ditemukan juga jenis-jenis bukan penetap artinya jenis ini hanya ditemukan pada waktu tertentu saja seperti yang ada di TWNC adalah Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) Mentok rimba (Cairina scutulata) dan Belibis (Dendrocygna sp.).

50 Selain jenis penetap dan jenis bukan penetap dikenal pula jenis burung yang berasal dari lepasan sewaktu pengamatan di TWNC, terlihat adanya burung jenis Merpati-hutan metalik (Columba vitiensis) yang merupakan jenis endemik dari Kalimantan. Ada kemungkinan jenis tersebut adalah asli dari TWNC namun belum dipublikasikan atau kemungkinan lain adalah ada warga sekitar yang membawa burung tersebut lalu melepaskannya di TWNC. Hal ini cukup menarik karena dapat melihat jenis endemik Kalimantan berada di Sumatera. Pada bulan tertentu saat musim migrasi, kawasan TWNC ini menjadi daerah persinggahan bagi burung-burung migran. Fenomena ini terjadi antara bulan Agustus- Desember setiap tahunnnya. Jumlah burung yang melimpah dan beranekaragam ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan birwatching karena memiliki keunikan dapat melihat jenis-jenis burung dari negara lain terutama jumlahnya yang banyak memudahkan para birdwatcher untuk melihat langsung pemandangan yang spektakuler ini. Selain perjumpaan langsung ada beberapa jenis burung yang dijumpai secara tidak langsung yaitu dengan mengenali suara dari jenis-jenis burung tersebut. Suara burung yang nyaring dan kicaunya yang indah dapat menjadi potensi yang mungkin dikembangkan pula untuk kegiatan birdwatching. 5.8. Rekomendasi Wisata Birdwatching 5.8.1 Rekomendasi Lokasi Setelah dilaksanakan penelitian selama dua bulan pada enam lokasi perairan yang ada di TWNC yaitu Menjukut, Sei Leman, Saung Bajau, Blambangan, Way Tinggal dan Belimbing maka dapat diketahui potensi dari masing-masing lokasi yang diamati baik potensi habitat maupun potensi jenis. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa masing-masing habitat memiliki keunikan dan potensi yang khas, namun untuk lokasi yang direkomendasikan untuk dilaksanakannya wisata birdwatching hanya empat lokasi yaitu: 1) Saung Bajau Saung Bajau merupakan suatu kawasan yang berupa habitat pantai yang berada di sepanjang pantai Belimbing (Gambar 12). Kawasan ini memiliki panorama yang sangat indah terutama bila dilihat pada sore hari karena akan

51 terlihat adanya terumbu karang pada saat air laut surut. Di kawasan ini juga dapat dinikmati pemandangan matahari terbenam. Pada kawasan ini juga dapat dilihat adanya mercusuar dan kapal karam yang dapat member nilai lebih sebagai daya tarik objek untuk dinikmati. Setelah menikmati indahnya pantai dengan berbagai pemandangan yang mempesona, pengunjung juga dapat menikmati pemandangan hutan pantai dan hutan dataran rendah yang dipisahkan oleh airstrip. Gambar 12. Saung Bajau dan kenampakan mercusuar. 2) Sei Leman Danau Sei Leman memiliki panorama yang sangat indah serta kaya akan keanekaragaman hayati khususnya burung air (Gambar 13). Untuk pengamatan di Danau dan Pantai Sei Leman perjalanan dari guest house ke lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan (mobil jip) selama 30 menit. Setelah tiba di lokasi, pengamatan dapat dilaksanakan di pinggiran danau atau pantai atau dapat pula dilakukan penjelajahan ke dalam area danau yaitu ke tegakan Nipah sampai muara dengan menggunakan speed boat. Pengelola TWNC telah menyediakan beberapa speed boat yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk mengelilingi dan memasuki area danau. Selain itu di danau ini terdapat gazebo atau gubuk yang dibuat untuk beristirahat para pengunjung. Sehingga setelah pengamatan pagi para pengunjung dapat beristirahat untuk kemudian melaksanakan pengamatan di sore hari bagi yang berminat untuk melanjutkan pengamatan.

52 Gambar 13. Danau Sei Leman dan vegetasi di sekitarnya. 3) Way Tinggal Muara Way Tinggal terletak di muara sungai yang berhubungan langsung dengan Danau Sei Leman. Muara ini memiliki karakteristik yang khas diantaranya tersusun atas hutan pantai dan hutan dataran rendah serta memiliki asosiasi habitat perairan dengan paparan lumpur dan danau (Gambar 14). Kawasan ini kaya akan keanekaragaman hayati terutama burung baik burung yang termasuk burung air maupun burung terrestrial dan arboreal. Jarak muara ini kira-kira 1 km dari Danau Sei Leman. Pada kawasan ini dapat ditemukan kumpulan batu karang yang menahan ombak sehingga dapat mengurangi abrasi akibat hantaman ombak. Pada saat air surut, di muara ini akan terlihat paparan lumpur yang menjadi habitat beberapa jenis burung yang menarik untuk diamati. Gambar 14. Muara Way Tinggal dengan berbagai asosiasi habitatnya.

53 4) Menjukut Danau Menjukut merupakan salah satu kawasan di TWNC yang penting untuk dikunjungi. Danau ini memiliki karakteristik yang khas berupa danau yang indah yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia. Pada habitat danau ini juga terdapat pulau kecil yang terletak di tengah danau yaitu Pulau Kirin (Gambar 15). Danau yang indah dan pantai yang mempesona menjadikan kawasan ini potensial untuk dijadikan kawasan wisata minat khusus. Untuk mencapai tempat ini dari kantor TWNC diperlukan waktu satu jam dengan menggunakan kendaraan, dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sepanjang 2 km, ada pun jaraknya kurang lebih 10 km dari kantor TWNC. Sumber: Mardiastuti 2009 Gambar 15. Pesona Danau Menjukut Potensi dari masing-masing lokasi sudah dijelaskan pada bagian deskripsi habitat dan kekayaan jenis. Adapun pertimbangan lain adalah akses menuju lokasi serta panorama alam yang memukau dari masing-masing lokasi. 5.8.2 Rekomendasi Waktu a. Pengamatan Pagi (Pukul 06.00-10.00) Apabila pengunjung atau birdwatcher menginginkan pengamatan pagi maka dapat dilakukan mulai pukul 06.00-08.00 dan lokasi yang baik dikunjungi pada jam ini adalah Danau dan Pantai Sei Leman serta Saung Bajau dan airstrip.

54 Jenis-jenis burung yang dapat ditemukan di kawasan ini adalah Kuntul karang (Egretta sacra), Cangak abu (Ardea cinérea), Cangak merah (Ardea purpurea), Cangak laut (Ardea sumatrana), Pergam laut (Ducula bicolor), Kucica kampung (Copsychus saularis), Punai gading (Treron vernans), Elang-laut perutputih (Anthracoceros albitrosis) dan Cekakak sungai (Todirhamphus chloris). Bahkan menurut keterangan dari petugas lapangan bernama Syamsudin SGA (Security Group Artha) pada musim tertentu dapat dijumpai pula Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) dan Belibis (Dendrocygna sp.). Selain keanekaragaman burung di danau Sei Leman ini dapat dilihat pula keindahan danau yang dikelilingi oleh vegetasi hutan dataran rendah dan tegakan Nipah yang mempesona (Gambar 16.a dan 16.b). Di kawasan ini pula dapat ditemukan berbagai satwaliar lain seperti Rusa sambar (Cervus unicolor), ular Sanca batik (Phiton reticulatus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), dan Kalong (Pteropus sp.) yang jumlahnya ribuan ekor (Gambar 16.a, 16.c dan 16.d). (a) (b) (c) (d) Gambar 16. (a) Tegakan Nipah dan populasi kalong di dalamnya; (b) Keindahan danau sei Leman saat pagi hari; (c) Kerbau liar (Bubalus bubalis) di danau Sei Leman; (d) Ular Sanca batik (Phyton reticulatus) di hábitat sekitar Danau Sei Leman.

55 Kegiatan pengamatan di Saung Bajau dan airstrip dapat dilakukan dengan berjalan kaki karena jaraknya hanya sekitar 100 meter dari guest house menuju airstrip sedangkan untuk ke Saung Bajau dapat dilakukan dengan menyusuri pantai sekitar guest house. Ada beberapa burung yang dapat dilihat diantaranya Kuntul karang (Egretta sacra), Pergam laut (Ducula bicolor), Kucica kampung (Copsychus saularis), Punai gading (Treron vernans), Elang-laut perut-putih (Anthracoceros albitrosis), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Cabak maling (Caprimulgus macrurus), Cabak kota (Caprimulgus affinis) dan Trinil pantai (Tringa hypoleucos). Selain menemukan berbagai jenis burung, di kawasan ini para pengunjung juga dapat menikmati pemandangan alam yang sangat indah seperti pantai yang bersih, mercusuar yang merupakan salah satu peninggalan sejarah masa pendudukan Belanda, serta dapat menikmati pemandangan matahari terbit (sunrise). (a) (b) (c) (d) Gambar 17. Jenis burung yang ditemukan: (a) Gagak hutan (Corvus enca), (b) Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis), (c) Delimukan zamrud (Chalcophaps indica) dan (d) Kadalan Kera (Phaenicophaeus tristis).

56 Para birdwatcher juga dapat melaksanakan pengamatan di Danau dan Pantai Menjukut, Danau dan Pantai Sei Leman, Muara Way Tinggal, serta Saung Bajau dan airstrip antara pukul 08.00-10.00. Jenis-jenis burung yang ditemukan di Danau Sei Leman, Saung Bajau dan airstrip pada pukul 08.00-10.00 tidak jauh berbeda dengan burung yang ditemukan pada pukul 06.00-08.00. Jenis-jenis burung yang ditemukan di muara Way Tinggal tidak jauh berbeda dengan jenis burung yang ditemukan di Sei Leman namun di Way tinggal jenis burung lebih beragam karena ditemukan pula Ayam-hutan merah (Gallus gallus), Kirik-kirik laut (Merops philippinus), Srigunting jambul-rambut (Dicrurus hottentottus), Gagak hutan (Corvus enca), Delimukan zamrud (Chalcophas indica), Burung-madu sriganti (Nectarinia jugularis) serta Kadalan Kera (Phaenicophaeus tristis) (Gambar 17). Pada pengamatan di Danau Menjukut, beberapa jenis burung yang dapat ditemukan adalah Kuntul karang (Egretta sacra), Cangak abu (Ardea cinérea), Cangak merah (Ardea purpurea) (Gambar 18.a), Pergam laut (Ducula bicolor), Kucica kampung (Copsychus saularis), Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albitrosis) dan Cekakak sungai (Todirhamphus chloris). Bahkan menurut petugas SGA (Security Group Artha) pada musim tertentu dapat dijumpai pula Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) dan Belibis (Dendrocygna sp.). (a) (b) Gambar 18. (a) Cangak merah (Ardea purpurea); (b) Wili-wili besar (Burhinus giganteus) Selain itu di sepanjang pantai menuju Danau Menjukut dapat ditemukan pula burung air dari suku Burhanidae yaitu Wili-wili besar (Burhinus giganteus) (Gambar 18.b). Kemudian apabila perjalanan ditempuh melewati hutan, kadang-

57 kadang dapat pula ditemukan Merpati-hutan metalik (Columba vitiensis) yang merupakan jenis merpati endemik Kalimantan namun ditemukan di Sumatera (diduga karena lepasan dari warga sekitar). Sepanjang Pantai Menjukut dapat pula ditemukan satwaliar lain selain burung, misalnya Ular air ( Lapermis curtus) (19.a). Selain di sepanjang pantai, disekitar danau juga dapat ditemukan berbagai satwaliar seperti Biawak (Varanus salvator) (Gambar 19.b). Keindahan Danau Menjukut selain didukung oleh vegetasi yang khas dan danau yang indah juga didukung oleh pasir pantai yang cukup luas yang juga menjadi pemisah antara danau ini dengan laut lepas. Untuk mencapai lokasi ini pengunjung dapat menempuh perjalanan sekitar 90 menit dari guest house menuju Muara Blambangan, dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 2 km atau rata-rata dapat ditempuh dengan waktu 45 menit. (a) (b) Gambar 19. (a) Ular laut (Lapemis curtus), (b) Biawak erasia (Varanus salvator). b. Pengamatan Sore (Pukul 15.00-18.00) Apabila pengunjung atau birdwatcher menginginkan pengamatan sore hari maka dapat dilakukan mulai pukul 15.00-18.00 dan lokasi yang baik dikunjungi pada jam ini adalah Danau dan Pantai Sei Leman, Muara Way Tinggal, Saung Bajau dan airstrip serta terumbu karang di sekitar pantai Belimbing. Adapun jenis-jenis burung yang dapat ditemukan sudah dikemukakan pada deskripsi pengamatan pada pukul 06.00-08.00 dan pukul 08.00-10.00. Apabila pengamatan dilakukan pada sore hari ada hal lebih yang didapatkan selain keanekaragaman burung juga dapat dilihat pula panorama alam yang indah seperti terlihatnya terumbu karang karena pada sore hari air laut sudah surut, kemudian dapat dilihat pula keindahan langit senja hari dan matahari terbenam (Gambar 20).

58 (a) (b) (c) Gambar 20. (a) Mercusuar sekitar airstrip; (b) Kuntul karang (Egretta sacra) pada sore hari di Saung bajau; (c) Pergam laut (Ducula bicolor); (d) Burung-burung pantai di Saung Bajau. (d) 5.8.3 Pengamatan Jenis Burung Tertentu Beberapa jenis burung potensial untuk dijadikan objek wisata birdwatching karena memiliki keunikan bentuk, warna, serta mudah untuk dilihat tanpa menggunakan alat seperti teropong atau teleskop. Selain itu beberapa diantaranya merupakan jenis yang sudah langka sehingga bila dapat menemukan jenis burung tertentu akan memberi kepuasan tersendiri bagi pengamat (Gambar 21).

59 (a) (b) Gambar 21. Jenis-jenis burung yang ditemukan di kawasan TWNC (a) Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster); (b) Kuntul karang (Egretta sacra). Setiap jenis burung memiliki keunikan tersendiri baik dari ciri fisik, perilaku, suara maupun dilihat dari segi sosial atau sejarahnya. Misalnya saja burung tertentu dikeramatkan oleh masyarakat adat tertentu. Berikut adalah beberapa jenis yang direkomendasikan untuk kegiatan birdwatching. 1. Wili-wili besar (Burhinus giganteus) Menurut MacKinnon et al. (1998) jenis ini memiliki ukuran besar yaitu sekitar 55 cm dengan ciri fisik mahkota dan bagian atas coklat abu-abu, hitam dan putih. Sayap memiliki corak abu-abu, hitam, dan putih. Bulu primer bagian dalam putih, dengan bulu primer bagian luar yang hitam. Bagian bawah keputih-putihan, dengan sedikit warna abu-abu pada dada (Gambar 22). (a) (b) Gambar 22.Wili-wili besar (Burhinus giganteus) (a) saat berjalan di pantai; (b) saat terbang.

60 Burung ini biasanya menghuni pantai pasir kerikil, dan umumnya dijumpai berpasangan. Jika burung ini berdiri sering membuat gerakan menganggukangguk yang lucu. Jenis ini biasanya membuat sarang di pasir. Jenis ini tersebar secara global di Asia Tenggara, Filipina, seluruh Indonesia dan Australia. Pada saat pengamatan di TWNC, Wili-wili besar ini ditemukan di habitat Pantai Menjukut, yaitu sepanjang pantai antara Muara Blambangan dan Danau Menjukut. Pada saat pengamatan, jenis ini ditemukan setiap pagi (pukul 06.00-07.30) dan sore hari (pukul 16.30-18.00). Jenis ini menjadi menarik untuk dijadikan objek wisata birdwatching karena populasinya yang sudah sedikit sehingga jenis ini masuk kriteria IUCN dan dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990. Selain itu jenis ini memiliki keindahan fisik baik bentuk maupun ukurannya yang gampang dilihat, sehingga apabila dapat melihat langsung jenis ini akan menjadi kepuasan tersendiri. 2. Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus) merupakan salah satu jenis burung air yang termasuk kategori burung merandai. Jenis ini memiliki ukuran sangat besar sekitar 110 cm, dengan ciri fisik bulu berwarna hitam dan putih dengan paruh yang besar. Jenis ini memiliki sayap, punggung dan ekor berwarna hitam, tubuh bagian bawah dan kalung leher putih. Kepala botak, leher dan tenggorokan merah jambu dengan bulu kapas putih halus pada mahkota (Gambar 23) (MacKinnon et al. 1998). Sumber: Paul Cullen (2008) Gambar 23. Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus)

61 Bangau tongtong tersebar secara global di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar. Jenis ini memiliki kebiasaan mengunjungi sawah, Padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, dan mangrove. Selain itu jenis ini sering pula terlihat pula melayang-layang di udara panas yang naik, atau dalam kelompok kecil dengan bangau. Jenis ini biasanya bersarang dalam kelompok di daerah berhutan (MacKinnon et al. 1998). 3. Kadalan (Phaenichopaeus spp.) Selama penelitian di kawasan TWNC ditemukan sebanyak empat jenis burung kadalan yaitu Kadalan beruang (Phaenicophaeus diardi), Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirotris) (Gambar 24 a), Kadalan kera (Phaenicophaeus tristis) (Gambar 24 b), dan Kadalan kembang (Phaenicophaeus javanicus) Jenisjenis burung ini umumnya ditemukan pada pohon di hutan yang agak terbuka. Jenis ini memiliki bentuk fisik yang sangat cantik terutama warnanya yang mencolok, umumnya berwarna hijau cerah dan ada pula perpaduan antara hijau tua cerah dengan warna merah jelaga. Keunikan lain adalah pada umumnya ketika jenis ini ditemukan di suatu hábitat biasanya disekitarnya terdapat primata misalnya Monyet atau Owa. Dalam penelitian ini teramati burung kadalan ini memakan serangga yang beterbangan akibat gerakan primata di pohon. (a) (b) Gambar 24. (a) Kadalan birah (Phaenicophaeus curvirotris); (b) Kadalan kera (Phaenicophaeus tristis). Jenis-jenis ini dapat dijumpai di sekitar guest house, airstrip, hutan dataran rendah Belimbing, dan Danau Sei Leman, umumnya ditemukan pada jam 10.00 pagi. Jenis-jenis ini menyukai pohon yang terletak di pinggiran hutan terutama yang agak terbuka dan cukup terkena sinar matahari.

62 4. Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster) Jenis burung ini memiliki ukuran yang besar yaitu sekitar 70 cm dan memiliki ciri fisik berupa warna putih, abu-abu, dan hitam (Gambar 25). Jenis ini merupakan penetap yang umum di sekitar pantai, danau besar, dan sungai dekat pantai di seluruh Sunda Besar. Elang ini sering terlihat bertengger pada pohon di pinggir perairan dan daerah karang. Pada saat terbang, jenis ini melayang dan meluncur dengan indah dan anggun, dengan sayap berbentuk huruf V. Elang ini biasanya menangkap ikan pada permukaan laut, selain itu jenis ini membangun sarang yang kokoh pada pohon tinggi yang terbuat dari cabang dan ranting. Sarang burung Elang ini umumnya digunakan bertahun-tahun (MacKinnon et al. 1998). Gambar 25. Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster). Elang jenis ini sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, ukuran burung ini relatif besar sehingga mudah untuk diamati. Selain itu jenis ini sudah masuk kriteria CITES Appendix II, dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga kuota jual belinya dibatasi dan keberadaannya dilindungi. 5. Elang-ikan kepala-kelabu (Ichthyophaga ichthyaetus) Elang ini memiliki ukuran besar yaitu sekitar 70 cm dan memiliki warna abu-abu, coklat dan putih (Gambar 26). Jenis ini tidak umum dijumpai namun

63 penyebarannya luas di sepanjang sungai di Sumatera dan Kalimantan. Elang jenis ini memiliki kebiasaan mengunjungi perairan, danau, sungai dan rawa di hutan (MacKinnon et al. 1998). Gambar 26. Elang-ikan kepala-abu (Ichthyophaga ichthyaetus). Elang-ikan kepala-kelabu adalah jenis yang mudah diamati karena aktivitasnya lebih banyak diam di pinggiran perairan. Jenis ini sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, ukuran burung ini relatif besar sehingga mudah untuk diamati. Selain itu jenis ini sudah masuk kriteria CITES Appendix II, dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga kuota jual belinya dibatasi dan keberadaannya dilindungi. 6. Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostris) Jenis Kangkareng ini memiliki ukuran kira-kira 45 cm dengan warna tubuh hitam dan putih (Gambar 27). Memiliki tanduk (casque) besar berwarna putih kekuningan. Jenis ini umumnya terlihat di hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah di seluruh Sunda Besar (MacKinnon et al. 1998).

64 Sumber: Ooi Beng Yean (2002) Gambar 27. Kangkareng perut-putih (Anthracoceros albirostrsis). Jenis Kangkareng ini sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, jenis ini juga biasanya mengeluarkan suara yang khas. Selain itu jenis ini sudah masuk kriteria CITES Appendix II, dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga kuota jual belinya dibatasi dan keberadaannya dilindungi. 7. Cangak laut (Ardea sumatrana) Burung air ini memiliki ukuran tubuh yang besar yaitu sekitar 115 cm. Secara fisik jenis ini memiliki tubuh berwarna abu-abu gelap kecoklatan, bagian kepala beruban dan berjambul pendek (Gambar 28). Jenis ini tidak umum dijumpai, tetapi tersebar luas di sekitar Sunda Besar, biasanya menghuni hutan mangrove, rawa, pesisir dan batu karang. Biasanya terlihat berjalan sendirian di tepi pantai untuk memburu ikan terumbu karang atau di tepian sungai (MacKinnon et al. 1998). Pada saat pengamatan, jenis ini ditemukan sekitar Danau Sei Leman dan Muara Way Tinggal. Ukurannya yang besar membuat jenis ini mudah diamati, namun sangat sulit menemukan Cangak laut karena jenis ini menyukai habitat tertentu seperti di pinggir pantai atau di pohon-pohon sekitar danau. Jika menemukan jenis ini terutama dapat melihat sarangnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi yang melihatnya karena jenis ini termasuk jenis yang langka selain itu penyebarannya terbatas.

65 Gambar 28. Cangak laut (Ardea sumatrana) di atas sarangnya. 8. Pekaka emas (Pelargopsis capensis) Jenis ini memiliki ukuran yang sangat besar jika dibandingkan dengan burung dari suku Alcedinidae yang lain yaitu sekitar 35 cm. Secara fisik jenis ini memiliki ciri punggung biru dengan paruh merah mencolok (Gambar 29). Jenis ini memiliki kebiasaan hidup berpasangan tetapi bila berburu makanan sendirian. Biasanya bertengger pada dahan yang mati dan ketika terganggu akan terbang sambil mengeluarkan suara tanda bahaya yang ribut. Sumber: Lip Kee Gambar 29. Pekaka emas (Pelargopsis capensis) Pekaka emas merupakan salah satu jenis dari suku Alcedinidae atau burung-burung berwarna cerah. Jenis ini menarik untuk diamati karena keindahan fisiknya baik bentuk maupun warnanya. Jenis ini cukup sulit untuk ditemukan

66 karena umumnya hidup di habitat perairan terutama sungai yang bersasosiasi dengan rawa dan yang mengandung banyak ikan. Selain itu jenis ini sudah dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga keberadaannya dilindungi. 9. Kuntul karang (Egretta sacra) Secara umum jenis ini memiliki ciri fisik berukuran agak besar kira-kira 58 cm, dijumpai dalam dua bentuk warna yaitu putih atau abu-abu arang. Jenis yang lebih sering ditemukan adalah abu-abu (Gambar 30). Jenis ini terdapat di seluruh Sunda Besar dan pada umumnya ditemukan di terumbu karang bila air laut surut dan pantai pasir di pulau-pulau lepas pantai (MacKinnon et al. 1998). Gambar 30. Kuntul karang (Egretta sacra) di terumbu karang saat air laut surut. Jenis ini termasuk burung migran dan sangat menarik untuk diamati karena selain bentuknya yang indah, ukuran burung ini relatif besar sehingga mudah untuk diamati. Jenis ini mudah untuk ditemukan terutama di habitat pantai pada saat air laut surut. Selain itu jenis ini sudah dilindungi oleh PP No.7 tahun 1999 dan UU No.5 tahun 1990 yang menunjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang memiliki kekhasan tertentu sehingga keberadaannya dilindungi. 5.8.4 Rekomendasi untuk Pengelola TWNC Keberhasilan pengelolaan suatu kawasan sangat tergantung pada sumber daya manusia pengelola yang ada di dalamnya. Pengelola berperan penting baik dalam perencanaan, pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kegiatan di lapangan. Setelah melaksanakan penelitian selama dua bulan di kawasan