BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pendidikan menurut Abu Bakar (2012),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, dan (3) memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional, pasal 1 ayat 1 tentang ketentuan umum menyatakan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. aspek yakni aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Generasi yang tangguh ditandai dengan terampil. kelompok (Warsono dan Hariyanto, 2012: 1).

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia selain dilakukan di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sasaran pokok pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pendidikan menurut Abu Bakar (2012), adalah usaha sadar sistimatis, yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berkepribadian. Salah satu faktor yang menentukanya adalah tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dan berbagai perangkat pembelajaran sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah mengembangkan kemampuan, membentuk watak peradaban dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan, hal ini dikarenakan guru memiliki keterkaitan yang erat dengan tugas pokoknya yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi, dan

2 melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi yang dilakukan. Menurut Mulyasa (2004 : 147), baik buruknya suatu pendidikan bergantung pada aktivitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan kurikulum. Guru merupakan pihak yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, dengan begitu gurulah yang paling mengetahui tingkat perkembangan, karakter, dan potensi peserta didik. Seorang guru hendaknya memahami kurikulum dengan baik, sehingga pelaksanaan kurikulum dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam implementasi kurikulum 2013 guru merupakan ujung tombak pendidikan dituntut untuk menjadi guru yang mampu meramu kurikulum 2013 secara tepat yaitu proses penilaian dan kompetensi lulusannya mampu meningkatkan kompetensi siswa untuk menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi tantangan global, walaupun secara kenyataanya kurikulum 2013 memiliki banyak kekurangan, dikarenakan perubahan dari kurikulum 2006 (KTSP) yang sangat cepat proses perubahanya. Secara realita penerapan kurikulum 2006 (KTSP) hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan namun guru dituntut untuk menerapkan kurikulum terbaru. Beberapa pemangku pendidikan hanya sibuk mengatur dokumen tertulis dan tidak mewujudkan aspek terpenting bagi guru, sehingga terjadi kerancuan dalam penggunaan kurikulum. Beberapa permasalahan yang dialami oleh guru dalam menerapkan kebijakan kurikulum 2013 diantaranya yaitu menurut Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pengawasan dan

3 Pengendalian Pembangunan (UKMP3), Agnes Tuti Rumiati, dalam Dialog dan Konsultasi Nasional terkait Kurikulum 2013, dia menyebutkan terdapat banyak hal yang belum dipahami oleh tenaga pendidik terkait kurikulum 2013 salah satunya dalam proses penilaian yang dianggap rumit, sehingga banyak guru yang belum paham dalam memberikan penilaian. Kemudian guru masih kesulitan dalam merapkan scientific approach di kegiatan belajar mengajar, dimana metode tersebut digunakan karena adanya gap antara jenjang pendidikan SD ke SMP, SMA, sampai ke Perguruan Tinggi. Kendala yang ketiga adalah membuat siswa aktif, sebab kurikulum 2013 guru diharuskan pintar menjadi fasilitator agar siswa dalam kegiatan belajar mengajar (http://news. okezone. com/read/ 2014/ 10/16/65/ 1052959/ tigamasalah- guru-dalam- implementasi- kurikulum-2013 akses 28 desember 2014). Guru yang berperan sebagai fasilitator, menurut Wina Senjaya (2008) itu artinya guru harus berperan aktif dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Konsekuensinya pola hubungan guru dan siswa harus dirubah, yaitu jika pada saat sebelum berlakunya kurikulum 2013 guru merupakan atasan yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang, dan menjadikan siswa sebagai bawahan yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru, maka setelah kurikulum 2013 diberlakukan guru harus berubah bahwa hubungan guru-siswa merupakan kemitraan yaitu, guru bertindak sebagai

4 pendamping belajar para siswanya dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Di samping itu, guru seyogyanya dapat memperhatikan karakteristikkarakteristik siswa yang akan menentukan keberhasilan belajar, diantaranya yaitu (1) setiap siswa memiliki pengalaman dan potensi belajar yang berbeda-beda (2) setiap siswa memiliki tendensi untuk menentukan kehidupannnya sendiri (3) siswa lebih memberikan perhatian pada hal-hal menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannnya (4) apabila diminta menilai kemampuan diri sendiri, biasanya cenderung akan menilai lebih rendah dari kemampuan sebenarnya (5) siswa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat kongkrit dan praktis (6) siswa lebih suka menerima saran-saran dari pada diceramahi (7) siswa lebih menyukai pemberian penghargaan (reward) dari pada hukuman (punishment). Selain dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar dan memperhatikan karakteristik individual, guru juga harus dapat memperhatikan asas-asas pembelajaran sebagai diantaranya yaitu (1) kemitraan, siswa tidak dianggap sebagai bawahan melainkan diperlakukan sebagai mitra kerjanya (2) pengalaman nyata, materi pembelajaran disesuaikan dengan pengalaman dan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa (3) kebersamaan, pembelajaran dilaksanakan melalui kelompok dan kolaboratif (4) partisipasi, setiap siswa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sehingga mereka merasa bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan tersebut, sekaligus juga bertanggung atas setiap kegiatan belajar yang

5 dilaksanakannya (5) keswadayaan, mendorong tumbuhnya swadaya (self supporting) secara optimal atas setiap aktivitas belajar yang dilaksanakannya (6) manfaat, materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat memberikan manfaat untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi siswa pada masa sekarang mau pun yang akan dating (7) lokalitas, materi pembelajaran dikemas dalam bentuk yang paling sesuai dengan potensi dan permasalahan di wilayah (lingkungan) tertentu (locally specific), yang mungkin akan berbeda satu tempat dengan tempat lainnya. Diakui atau tidak guru memang telah terlebih dahulu mengetahui tentang keilmuan dari pada peserta didik, sekali pun telah banyak makan asam garam dalam dunia pendidikan, tetapi hal ini tidak lantas guru berhenti dalam menggali pengetahuan dan informasi dengan budaya membaca, meningkatkan moral spiritual guna membimbing siswa yang lebih baik dan berakhlak mulia, meningkatkan penguasaan teknologi informasi untuk memberikan pembelajaran yang inovatif, terus berupaya meningkatkan penguasaan dalam bidang administrasi pendidikan agar mampu mempertanggungjawabkan tugasnya, menilai kemampuan siswa tidak hanya dari sisi kognitif saja, tetapi juga memberikan porsi yang sama dalam aspek afektif dan psikomotorik sehingga siswa merasa terpenuhi rasa keadilannya. Dengan demikian guru akan menjadi sosok manusia pembelajar yakni manusia yang luas wawasan dan pengetahuannya dan mampu mengantarkan siswa dalam meraih cita-citanya.

6 Pemerhati pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Furqon Hidayatullah melihat ada delapan masalah yang di alami oleh guru dalam menerapkan kebijakan kurikulum 2013. Delapan masalah itu diantaranya yaitu sulitnya mengubah mindset guru, perubahan proses pembelajaran dari teacher centered ke student centered, rendahnya moral spiritual, budaya membaca dan meneliti yang masih rendah. Kemudian, kurangnya penguasaan teknologi informasi, lemahnya penguasaan bidang administrasi, dan kecenderungan guru yang lebih banyak menekankan aspek kognitif. Padahal, semestinya guru harus memberikan porsi yang sama pada aspek afektif dan psikomotorik. Permasalahan kedelapan atau yang terakhir yaitu masih banyak guru yang belum mau menjadi manusia pembelajar. Padahal, seorang guru dituntut untuk terus menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya, terlebih setelah diberlakukannya kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menuntut guru untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif, dalam hal ini guru harus menjadi manusia pembelajar (http://news. metrotvnews.com/ read/2014/ 10/19/307023/ini- delapan- masalah- dalamimplementasi- kurikulum-2013 akses tanggal 28 desember 2014). Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang paling jujur dalam penyelenggaran ujian nasional (UN) berdasarkan indeks kejujuran UN yang di lakukan kementrian pendidikan dan kebudayaan. Menurut Anies Baswedan di Gedung Kemendikbud, Jakarta, Selasa (14/4/2015) mengumumkan bahwa indeks kejujuran ini dipublikasi agar para siswa termotivasi untuk mengerjakan ujian nasional dengan percaya diri tanpa

7 harus menyontek. Terlebih, nilai UN kini bukan menjadi syarat utama kelulusan siswa. Penentuan indeks kejujuran UN diperoleh berdasarkan pantauan selama 5 tahun dengan indeks kejujuran diatas 90% (http://www.berita kebumen.info/2015/04/ kebumen-termasuk- kabupatenpaling-jujur.html#ixzz3 fyfggj9z akses 11 Juli 2015). Adapun nilai rata-rata ujian di Kabupaten Kebumen yang di utarakan oleh Mohammad Nuh, baik ujian nasional maupun ujian sekolah. Pada tahun 2013 nilai rata-rata ujian nasional sebesar 6,35 menjadi 6,23 pada tahun 2014. Sedangkan nilai rata-rata ujian sekolah dari 8,40 pada tahun 2013 menjadi 8,39 tahunpada tahun 2014 (https://www.facebook.com/ setrabuanatv/posts/764299776942905 akses tanggal 28 desember 2014). Begitupun nilai ujian nasional pada tahun 2015 juga mengalami penurunan sebesar -0,44 dari nilai rata 6,23 tahun 2014 menjadi 5,79 pada tahun 2015 (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata ujian di kebumen selama tiga tahun selalu mengalami penurunan. Beberapa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kebumen yang ditunjuk oleh Kemendikbud sebagai sekolah percontohan yang menerapkan kurikulum 2013 diantaranya yaitu SMA Negeri 1 Kutowinangun, SMA Negeri 1 dan 2 Kebumen. Penunjukan ini didasarkan pada peraturan Mendikbud nomor 160 tahun 2014 tentang pemberlakuan kurikulum 2006 dan 2013, yang menyatakan bahwa bagi sekolah yang telah melaksanakan kurikulum 2013 selama 3 semester dapat melanjutkan

8 kurikulum 2013, sedangkan bagi yang baru menerapkan 1 semester akan kembali menggunakan kurikulum 2006. Adapun tata letak dari SMA tersebut diantaranya yaitu SMA N 1 dan SMA N 2 Kebumen terletak di pusat kota, sedangkan SMA N 1 Kutowinangun letaknya di bagian timur kota. Permasalahan yang mendasar pada guru di kabupaten kebumen dalam menerapkan kebijakan kurikulum 2013 diantaranya yaitu terlambatnya buku pelajaran untuk pegangan guru dan siswa, kemudian belum terlatihnya para guru yang merupakan ujung tombak pelaksaanaan kurikulum sehingga banyak menemui kesulitan-kesulitan dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Dari hal tersebut, tugas guru bukan menjadi lebih ringan, bahkan bertambah berat karena guru harus merubah diri dari sekedar berceramah menjadi fasilitator yang mampu mengajak siswa untuk aktif dalam belajar. Selain itu masih banyak guru yang mengeluhkan rumitnya sistem penilaian, dimana dalam penilaian seorang guru diwajibkan untuk mengisi kolom masing-masing anak dengan menggunakan deskriptif. Dalam penilaian ini terdapat 7 lembar format peniliain yang harus di isi untuk menilai masing-masing siswa. Selain itu dari hasil observasi banyak guru-guru khususnya di Kabupaten Kebumen yang mengeluhkan peraturan yang selalu berubah-berubah. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyaknya permasalahan yang ada dalam menerapkan kebijakan kurikulum 2013, seperti banyak guru yang merasa kesulitan

9 dalam menerapkan pendekatan di dalam proses belajar mengajar, lemahnya penguasaan bidang administrasi, dan kecenderungan guru yang lebih banyak menekankan aspek kognitif. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti mengenai implementasi kebijakan kurikulum 2013 pada guru SMA di Kabupaten Kebumen. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi kebijakan kurikulum 2013 pada guru SMA di Kabupaten Kebumen? 2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi guru SMA di kabupaten kebumen dalam mengimplementasikan kebijakan kurikulum 2013? 3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh guru SMA serta dinas pendidikan dan olah raga di Kabupaten Kebumen untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam mengimplementasikan kebijakan kulikulum 2013? I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan kurikulum 2013 pada guru SMA di Kabupaten Kebumen

10 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh guru SMA di kabupaten kebumen dalam mengimplementasikan kebijakan kurikulum 2013. 3. Untuk mengetahui upaya apasaja yang dilakukan oleh guru SMA serta dinas pendidikan dan olah raga untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Manfaat dari penelitian ini mencakup dua manfaat yaitu manfaat teoritis maupun praktis: 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya, khusunya penelitian mengenai implementasi kurikulum. b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengambilan kebijakan dibidang pendidikan. 2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti dan mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang implementasi kebijakan kurikulum. b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat, serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk mengawasi dan memberikan saran dalam menentukan kebijakan kurikulum.

11 c. Bagi guru dan sekolah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman guru dan sekolah sebagai pelaksana kurikulum 2013.