BAB I PENDAHULUAN. bermotor, pelaku bisnis yang memainkan perannya adalah Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, Piggio, Kymco, Kanzen.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis di antara perusahaan-perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua orang pernah minum kopi, namun yang berbeda hanya. masalah waktu dan tempat pada saat meminumnya. Dahulu, minum kopi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting bagi negara,

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang relatif terjangkau, praktis dan efisien.pasar sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan kebutuhan konsumen maka produsen perlu memahami perilaku

BAB I PENDAHULUAN. produk yang semakin tinggi, konsumen yang semakin smart, dan munculnya. kelangsungan hidup dalam dunia bisnis (Kotler, 2003:135).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai gaya yang diinginkan masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia, hewan, maupun mesin (Haryono:2009). Transportasi. sangat berperan dalam pembangunan secara menyeluruh.

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara

BAB I PENDAHULUAN. ketat saat ini, khususnya untuk produk sepeda motor. Semakin banyaknnya

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan para produsen sepeda motor semakin berlomba-lomba dalam menjual sepeda

BAB 1 PENDAHULUAN. mobil. Sepeda motor harganya masih bisa dijangkau oleh masyarakat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi perdagangan pasar maka. kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh kemampuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar industri sejenis maupun tidak sejenis semakin ketat sehingga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan yang semakin ketat di zaman modern sekarang ini, pemasaran

I. PENDAHULUAN. memenangkan persaingan. Melihat banyaknya produk yang dihasilkan produsen

BAB I PENDAHULUAN. pembeda diantara pesaingnya karena perusahaan yang mengembangkan merek

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi yang memadai. Saat ini jumlah sarana

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menggunakan produk atau jasa dari perusahaan. harus mampu menciptakan, memelihara, melindungi dan membangun image

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis, konsumen juga lebih rasional dan bersikap hati-hati dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki masyarakat pada saat ini. Khususnya untuk industri sepeda motor

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dewasa ini telah memasuki era baru, di mana perusahaan lebih UKDW

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan jumlah kendaraan pada tahun Sumber : bps.go.id, 28 Oktober 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen sangat tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Pemasaran sangat penting bagi perusahaan atau organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perekonomian yang berorientasi pasar, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang cukup besar, karena sepeda motor saat ini telah menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Honda PT Ekajaya Karunia Abadi Surabaya berusaha melakukan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. banyak perubahan-perubahan yang terjadi secara signifikan dari tahun. tahun lalu pertumbuhan sepeda motor bahkan semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (Antony Rahardi, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan dan selera konsumen mutlak diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan industri otomotif khususnya sepeda motor di Indonesia saat ini begitu

BAB I PENDAHULUAN. ketat, terutama dalam industri otomotif. Hal ini di sebabkan kebutuhan

Gambar 1.1 Grafik Data Penjualan Sepeda Motor Sepanjang Tahun Sumber : Data AISI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan pasar bebas yang terjadi saat ini mempengaruhi usaha

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat dan juga perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. makanan, udara, air, pakaian, dan tempat berlindung untuk bisa bertahan hidup.

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah:

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan yang dimiliki masyarakat pada saat ini. Khususnya industri sepeda

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap industri otomotif, salah satu sektor industri yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Suzuki, Kawasaki, TVS, ( Market Motor All Brand Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tantangan bisnis ke depan akan semakin berat ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pedesaan sudah tidak di pungkiri lagi sangat membutuhkan kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mengembangkan usahanya. Oleh karena itu, perusahaan harus

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batik. Batik Indonesia dibuat di banyak daerah di Indonesia dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

ABSTRAKSI. Kata-kata kunci: Brand Relationship, Perilaku Pembelian, Produk highinvolvement. xii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian serta industri di Indonesia, semakin mengarah pada

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

INTISARI. Kata kunci: Kinerja, Citra sosial, Nilai, Trustworthines, Attachment dankepuasan Konsumen. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran terdapat berbagai permasalahan yang penting dan harus segera diselesaikan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan. Sedangkan manfaatnya, diklasifikasikan menjadi empat bagian,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang lain, melainkan antara satu supply chain dengan supply

BAB I PENDAHULUAN. produk perusahaan serta membedakan produk dan jasa perusahaan dengan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha ke persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. harus dapat menjawab tantangan tantangan yang ada di pasar saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran yang tepat agar usahanya dapat bertahan dan memenangi

BAB I PENDAHULUAN. sasaran agar produknya dapat diterima dan bertahan di pasar yang memiliki persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1,49 persen per tahun (BKKBN). Dan tingkat ekonominya pada periode

BAB 1 PENDAHULUAN. perbaikan pada beberapa komponen pada sebuah kendaraan. perawatan dan perbaikan salah satu elemen kendaraan misal bengkel Dinamo.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menawarkan produk-produk yang sejenis baik melalui media

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini yang mana perkembangan teknologi semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan sebuah kota yang sedang berkembang. Sejalan dengan

PERENCANAAN PEMASARAN Fakultas TEKNIK

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi individu yang lebih tanggap akan suatu produk yang ditawarkan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari itu, merek adalah janji perusahaan secara konsisten memberikan

PENGARUH ATRIBUT SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi Kasus di Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, persaingan bisnis yang dihadapi perusahaanperusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Marketing Association dalam Kotler dan Keller (2009:5), Pemasaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya persaingan perusahaan-perusahaan yang semakin. serius dalam pangsa pasar untuk pemenuhan kebutuhan konsumen.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang semakin ketat, mendorong seleksi alamiah bahwa yang terkuat akan bertahan. Hal ini membuktikan bahwa keberhasilan akan tercapai jika pelaku bisnis dan perusahaan mampu menyesuaikan dengan persyaratan lingkungan saat ini. Salah satu bentuk persaingan yaitu adanya persaingan pada industri kendaraan bermotor. Dalam industri kendaraan bermotor, pelaku bisnis yang memainkan perannya adalah Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, Piggio, Kymco, Kanzen. Bentuk persaingan tersebut terasa sekitar pertengahan Mei 2007, AHM buru-buru merilis berita tentang Kelasmen penjualan sepeda motor yang berhasil direbut kembali (www.honda.com). Setelah menyerahkan posisi jawara kepada Yamaha pada bulan sebelumnya. penjualan Honda kembali berada pada tahta numer uno (nomor 1) berdasarkan data yang dikeluarkan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Berdasarkan sisi pemasaran, berita ini sangat penting karena meningkatkan brand image Honda, meskipun dalam kenyataan selisihnya tidak seberapa. Pada bulan April 2007, Honda berhasil membukukan penjualan sebanyak 138.434 unit kendaraan baru, sementara Yamaha hanya melego 129.270 unit. Maret 2007, Yamaha berhasil menjual produknya sedikit lebih tinggi dari Honda. Bagi Kafe Motor Honda, fenomena ini belum bisa 1 Universitas Kristen Maranatha

membuat Honda bangga. Sebab pihak Honda menyadari bahwa tahun lalu gap penjualan kedua merek sepeda motor paling laris ini masih 2 kali lipat. Pada bulan ini, selisih tersebut hanya bermain di angka 10.164 unit, padahal tahun lalu bisa 100.000 unit/bulannya. Jadi selisih tahun ini sangat-sangat tipis. Jika Honda kembali menempati posisi nomor 1, anggap saja itu bonus karena yang paling penting, fenomena Honda ditempel ketat oleh Yamaha belum pernah terjadi dalam sejarah otomotif roda dua tanah air, dan akhirnya Yamaha patut memiliki kebanggaan. Secara singkat, bentuk persaingan ini dapat dilihat dari hasil penjualan yang tercatat dalam AISI 2007 dan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penjualan Sepeda Motor Anggota AISI pada 2007 Penjualan Honda Yamaha Suzuki Kawasaki Kanzen Kymco Piaggio Jan 153.806 133.199 52.309 4.204 2.115 1.027 9 Feb 151.806 146.072 46.123 2.914 2.012 1.14 5 Mar 151.127 160.235 47.175 3.441 2.318 1.121 11 Apr 138.434 128270 41.173 - - - - Sumber Data: ATPM Anggota AISI (Bisnis Indonesia, Rabu (09/05/07)) dalam http://www.astra-honda.com/news/?act=detail_arsip&p_id=27 Secara singkat, para pelaku bisnis memainkan perannya dalam industri motor Indonesia. Tabel 1, menunjukkan persaingan industri motor yang terjadi pada tahun 2007 terlihat sangat ketat. Sebagai contoh, perusahan Honda yang ditempel terus oleh Yamaha dan berhasil menyusul pada bulan Maret. Persaingan tersebut mendorong untuk memikirkan cara bagaimana menghadapinya. Dalam menghadapi persaingan ini, sebagai perusahaan perlu membuat kebijakan tertentu untuk mencari cara yang 2 Universitas Kristen Maranatha

tepat demi mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam dunia persaingan bisnis yang mana hal ini merupakan tujuan perusahaan (Kotler, 2003:135). Dalam mencapai tujuan perusahaan, setiap perusahaan selalu berusaha menciptakan barang atau jasa dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para stakeholder. Pemasar harus berupaya memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan pasar sasaran. Dalam hal ini, perusahaan harus membuat kebijakan yang berkaitan dengan pemasaran. Kotler & Keller (2006) menjelaskan bahwa pemasaran adalah sekumpulan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan mengirimkan nilai ke konsumen serta mengelola hubungan dengan cara menguntungkan perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan perlu memikirkan nilai yang akan ditawarkan pada konsumen sehingga akhirnya dapat menguntungkan perusahaan. Dalam menciptakan nilai, Perusahaan dapat menggunakan bauran pemasaran, salah satunya adalah menawarkan produk dan jasa yang bermutu superior. Kotler (2005:17-18) menjelaskan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran. Menurut Kotler (2005), bauran pemasaran terdiri dari 7P: produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotion), orang (people), proses (process) dan bukti fisik (physical evidence). Penelitian ini lebih menekankan pada produk karena produk merupakan 3 Universitas Kristen Maranatha

salah satu elemen kunci dalam tawaran pasar (market offering). Dengan demikian, perusahaan perlu memahami konsep produk. Kotler (2005:69) menjelaskan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan. Melalui produk, perusahaan dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk terbagi ke dalam dua kategori yaitu high-involvement product dan low-involvement product. Penelitian ini lebih menekankan pada highinvolvement product karena pemilihan produk kendaraan bermotor biasanya lebih detail, spesifik, perlu keterlibatan yang tinggi dan perlu pertimbangan. Assael (2001:141) dalam Cahyadi (2007) menjelaskan bahwa high-involvement product merupakan produk yang mana konsumen mempertimbangkan dan mengidentifikasi pentingnya suatu produk. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa highinvolvement product merupakan produk yang mana konsumen membutuhkan informasi mengenai produk yang akan dibeli dan perlu megidentifikasi produk tersebut. Dalam mempertimbangkan dan mengidentifikasi produk, konsumen lebih memperhatikan diferensiasi produk yang mencakup bentuk, fitur, mutu kinerja, mutu kesesuaian, daya tahan, keandalan, mudah diperbaiki, gaya dan merek (Kotler, 2005). Salah satu strategi produk yang dibahas 4 Universitas Kristen Maranatha

dalam penelitian ini adalah merek karena dapat membedakan dengan produk pesaing. Kotler (1997:63) menjelaskan merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau tanda rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan produknya dengan produk pesaing. Keberhasilan suatu merek ditentukan bagaimana para pemasar dapat membangun suatu merek yang kuat bagi konsumen. Membangun merek yang kuat merupakan salah satu hal penting untuk mencapai tujuan produk dan manajemen merek. Hasil dari merek yang kuat adalah arus pendapatan yang tinggi secara jangka pendek dan jangka panjang (Aaker, 1991; 1996; Kapferer, 2004; Keller, 2003 dalam Esch & Langner, 2006). Dalam membangun merek yang kuat, pemasar perlu mengetahui mengenai konsep brand equity. Hal ini didukung oleh Aaker (1997:22) yang mengatakan bahwa brand equity adalah seperangkat aset dan libabilities merek yang berkaitan dengan sebuah merek, nama, dan simbol yang mengurangi dan menambah nilai yang diberikan oleh sebuah barang dan jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Merek yang sangat kuat memiliki brand eqiuty yang tinggi (Kotler & Amstrong, 2004 dalam Nolen, 2008). Beberapa elemen yang perlu diperhatikan untuk membangun dan meningkatkan brand equity adalah brand knowledge, brand relationship, dan brand responses atau behavioral outcomes (Kotler & Keller, 2006 5 Universitas Kristen Maranatha

dalam Nolen, 2008). Brand knowladge terdiri dari semua pikiran, perasaan, citra, pengalaman, keyakinan, dan hal lain yang menjadi gabungan dari sebuah merek (Kotler & Keller, 2006 dalam Nolen, 2008). Elemen dari brand knowledge terdiri dari tiga komponen yaitu brand awareness, brand image (Esch & Langner, 2006) dan brand experience (Ha & Perks, 2005). Penelitian ini lebih menekankan pada brand experience karena menurut hasil analisis Reichheld & Schefter (2000), Kenny & Marshall (2000), Mcwilliam (2000), Shanker et al., (2000) & Ha (2003) dalam Ha & Perks (2005), brand experience merupakan komponen yang utama untuk pencapaian kepuasan konsumen. Selain itu, experience merupakan keakraban dan pengaruh yang kuat pada kesadaran konsumen dalam pikirannya (Alba & Hutchinson, 1987 dalam Esch & Langner, 2006). Dengan demikian, perusahaan khususnya pemasar perlu mengetahui konsep brand experience. Menurut Braunsberger & Munch (1998) dalam Ha & Perks (2005), experience menunjukan tingkat keakraban yang relatif lebih tinggi dari subjek tertentu yang mana diperoleh dari berbagai jenis rangsangan. Dengan kata lain, brand experience menunjukkan pengetahuan dan keakraban dengan merek atau kategori merek (Alba & Hutchinson, 1987 dalam Ha & Perks, 2005). Pengalaman dengan merek ini sangat berdampak pada keuntungan masa depan perusahaan dan dapat menjalin hubungan merek antara konsumen dan perusahaan. Hal ini menimbulkan 6 Universitas Kristen Maranatha

adanya hubungan merek atau brand relationship yang erat antara konsumen dan perusahaan. Menurut Esch & Langner (2006), brand relationship merupakan hasil dari imaginasi atau keikutsertaan nyata dari konsumen dalam himpunan berbagai merek. Brand relationship terdiri dari brand trust, satisfaction, dan brand attachment. Penelitian ini lebih menekankan pada brand trust dan satisfaction karena Maulana (1999) dalam Cahyadi (2008) berpendapat bahwa salah satu strategi yang digunakan perusahaan dalam mempengaruhi kesetiaan konsumen pada merek perusahaan adalah menciptakan kepercayaan merek. Merek perusahaan yang terkenal memiliki penilaian baik dan kemampuan professional yang dibutuhkan oleh konsumen, sehingga konsumen bersedia membeli merek dagang tanpa memandang produk tersebut bermutu (Kotler, 2005). Hal ini menggambarkan bagaimana kepercayaan konsumen terhadap suatu merek sehingga konsumen membeli produk tanpa memikirkan apakah produk yang dipakainya memberikan rasa puas atau tidak. Satisfaction/kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang atau masyarakat setelah membandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya (Oliver, 1997 dalam Esch & Langner, 2006). Menurut Fukuyama (1995) dalam Taylor & Hunter (2003), brand trust adalah harapan yang muncul di dalam suatu masyarakat yang teratur, jujur, dan memiliki perilaku kerjasama, berdasar pada norma yang ada dalam bagian 7 Universitas Kristen Maranatha

dari anggota suatu masyarakat. Sedangkan Delgado (2004) dalam Nolen (2008) mendefinisikan brand trust adalah keyakinan mengenai kekuatan dan kualitas merek dalam berbagai situasi yang membawa risiko untuk konsumen. Dengan kata lain, brand trust menunjukkan sebuah hubungan dengan sebuah merek. Menurut Fournier (1998), proses relationship dapat menghasilkan manfaat teori, seperti halnya hal positif yang mempengaruhi dan emosi yang menghasilkan ikatan antara merek dan konsumen. Berdasarkan pernyataan ini, dapat disimpulkan adanya hubungan yang mempengaruhi antara brand relationship dengan brand responses atau behavior outcome. Brand responses atau behavior outcome adalah ukuran pengaruh merek (Esch & Langner, 2006). Kotler & Keller (2006) dalam Nolen (2008) menjelaskan brand responses atau behavior outcome sebagai tanggapan dari konsumen terhadap suatu merek. Konsumen dapat tertarik atau tidak tertarik dengan merek yang dipasarkan. Menurut Esch, Tobias, Schhmitt, & Patrick (2006), brand responses atau behavior outcome terdiri dari dua dimensi yaitu current purchases dan future purchases. Current purchases (perilaku sekarang) adalah pembelian sebuah merek sebaik merek tersebut digunakan. Maksudnya, pemakaian merek tersebut berdasarkan pemakaian masa sekarang. Sedangkan future purchases (perilaku di masa yang akan datang) adalah tujuan untuk membeli merek di masa yang akan datang. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada future purchases karena hasil jangka panjang dari brand trust akan terjadi 8 Universitas Kristen Maranatha

sebuah penentu dari tanggapan konsumen atau brand responses yang akan melakukan pembelian kembali di masa yang akan datang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang sudah pernah menggunakan dan sedang memakai produk Honda di lingkungan kampus Universitas Kristen Maranatha. Sedangkan penggunaan merek Honda didasarkan atas hasil riset dari 100 mahasiswa di lingkungan Universitas Kristen Maranatha yang menunjukkan 69% yaitu 69 orang berpendapat bahwa merek motor yang memiliki brand awareness paling tinggi adalah Honda. Yamaha sebesar 20% dengan 20 orang, Suzuki sebesar 6% dengan 6 orang, dan Kawasaki sebesar 5% dengan 5 orang. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang sudah pernah menggunakan dan sedang memakai produk Honda di Universitas Kristen Maranatha. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti dapat menarik simpulan bahwa perusahaan perlu berupaya membangun brand experience, satisfication, dan brand trust sehingga dapat mempengaruhi Minat beli Kembali. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil tema PENGARUH BRAND EXPERIENCE PADA MINAT BELI KEMBALI: SATISFACTION DAN BRAND TRUST SEBAGAI FAKTOR MEDIASI. 9 Universitas Kristen Maranatha

1.2. Identifikasi Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh langsung brand experince pada satisfaction merek Honda? 2. Apakah terdapat pengaruh langsung satisfaction pada brand trust merek Honda? 3. Apakah terdapat pengaruh langsung brand trust dan brand experience pada minat beli kembali merek Honda? 4. Apakah terdapat pengaruh langsung brand experince pada brand trust merek Honda? 5. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung brand experince pada minat beli kembali merek Honda: brand trust sebagai faktor mediasi? 6. Apakah terdapat pengaruh tidak langsung brand experince pada minat beli kembali merek Honda: satisfaction dan brand trust sebagai faktor mediasi? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun berbagai tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis: 1. Pengaruh langsung brand experince pada satisfaction merek Honda. 2. Pengaruh langsung satisfaction pada brand trust merek Honda. 3. Pengaruh langsung brand trust dan brand experience pada minat beli kembali merek Honda. 4. Pengaruh langsung brand experince pada brand trust merek Honda. 10 Universitas Kristen Maranatha

5. Pengaruh tidak langsung brand experince pada minat beli kembali merek Honda: brand trust sebagai faktor mediasi. 6. Pengaruh tidak langsung brand experince pada minat beli kembali merek Honda: satisfaction dan brand trust sebagai faktor mediasi. 1.4. Kegunaan Penelitian 1. Peneliti Untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh selama di bangku kuliah dengan dunia pemasaran yang ada. Untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana jurusan manajemen. Untuk menambah wawasan tentang persaingan perusahaan industri motor di Indonesia. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari merek yang ada dalam penelitian ini. 2. Pembaca Untuk mengetahui pengaruh dari brand experience, satisfaction, dan brand trust pada ke minat beli kembali konsumen merek Honda. Untuk mengetahui tentang persaingan perusahaan industri motor di Indonesia. 11 Universitas Kristen Maranatha

3. PT. Honda Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi yang berharga mengenai pengaruh merek Honda di kalangan mahasiswa Universitas Kristen Maranatha. 1.5. Rerangka Pemikiran Gambar 1.1 12 Universitas Kristen Maranatha

1.6. Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung brand experience, satisfaction, brand trust pada minat beli kembali merek Honda. Penelitian ini diadopsi dari Ha & Perks (2005) dan Esch & Langner (2006). Sedangkan sampel yang digunakan adalah konsumen yang sudah pernah menggunakan dan sedang memakai merek Honda. Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Kristen Maranatha Bandung karena sebagian mahasiswa Universitas Kristen Maranatha mempunyai kendaraan bermotor. Metode penelitian ini memakai metode survei yaitu kuesioner. Sedangkan metode analisis data menggunakan analisis jalur untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung variabel independen (X) pada variabel dependen (Y). 1.7. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi penulis lakukan terdiri dari lima bab dengan perincian sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, rerangka pemikiran, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini berisi mengenai landasan teori hipotesis yang terdiri dari pembahasan mengenai perusahaan, pembahasan mengenai pemasaran, 13 Universitas Kristen Maranatha

bauran pemasaran, high involvement product, diferensiasi, merek(atribut produk), brand equity, brand knowledge, brand relationship, brand experince, brand trust, satisfiction, dan future purchases. BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisi mengenai desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, uji validitas, hasil uji validitas, uji reabilitas, hasil uji reabilitas, definisi operasional dan pengukuran serta metode analisis data. BAB IV : Pembahasan Bab ini berisi karakteristik responden, pengujian hipatesis, pembahasan hasil pengujian hipatesis, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : Simpulan dan Saran Bab ini berisi mengenai simpulan, implikasi manajerial, keterbatasan penelitian dan saran. 14 Universitas Kristen Maranatha