BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu atau berkualitas tinggi. Demikian satu-satunya wadah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimilikinya. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuaan dan teknologi (IPTEK) berkembang demikian pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia akan dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menopang dan mengikuti laju perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan. mengalami perubahan sejalan dengan tuntutan kebutuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Problematika yang muncul dibidang pendidikan kejuruan adalah sulitnya

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. kurikulum yakni dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari luar siswa atau faktor dari lingkungan (Sudjana, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK Negeri 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanggung jawab, sehigga kebebasan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal. senantiasa mengharapkan agar siswa-siswanya dapat belajar serta mencapai hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persiapan tambahan karir seseorang.pendidikan kejuruan menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang dibutuhkan dan melatih peserta didik dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL DI SMKN 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan mutu pendidikannya masih rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di sekolah guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum program keahlian teknik kendaraan ringan 1) menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perkembangan potensi bagi manusia agar bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu Negara dapat dikatakan maju jika Negara tersebut memiliki sumber

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah kejuruan/ madrasah aliyah kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat berkembang. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya berjalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisifasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan akan terasa semakin penting ketika seseorang memasuki kehidupan bermasyarakat dan dunia kerja. Pemikiran ini mengandung konsekuensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan pendidikan formal untuk mengantisifasi kebutuhan dan tantangan masa depan perlu terus-menerus dilakukan, diselaraskan dengan perkembangan kebutuhan usaha / industri, perkembangan dunia kerja, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya di bidang industri telah membawa iklim yang semangkin terbuka untuk saling bekerja sama, saling mengisi dan melengkapi. Namun disisi lain, kondisi ini juga membawa kepada persaingan yang kompetitif. Sehubungan 1

2 dengan kondisi ini, banyak lapangan pekerjaan menuntut tenaga kerja yang siap pakai dengan arti tenaga kerja juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik sesuai dengan bidangnya. Kondisi ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini sesuai dengan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN/2004) yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk berkerja dalam bidang tertentu. Mutu lulusan SMK pada dasarnya bergantung pada kualitas keterampilan yang dimilikinya dan pengetahuan dalam mata pelajaran kejuruannya sehingga upaya pemerintah saat ini agar lulusan lembaga pendidikan harus siap menghadapi masa depan. Maka dari itu pemerintah mencoba memperbaharui dan menerapkan Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Dengan seperti itu diharapkan setiap siswa memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. untuk menyeimbangkan keterampilan sesuai dengan pelatihannya dengan pengetahuan teori yang didapatnya dari mata pelajarannya.

3 Melalui peran guru sebagai pemimpin kegiatan kerja yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dimana ia harus merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi dan mengawasi kegiatan proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat memiliki dan menetapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang ada pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Bantuan dan bimbingan guru baik secara individual maupun kelompok kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar merupakan bagian terpenting tugas guru sebagai pemimpin. Hal demikian karena pada hakikatnya mengajar adalah membimbing kegiatan siswa yang sesuai dengan pernyataan teaching is guidance of learning activities Untuk menyiapkan lulusan yang produktif, kreatif, dan siap pakai SMK pada umumnya, seperti halnya SMK Negeri 4 Medan mempunyai tiga jenis mata pelajaran yang digolongkan menjadi : Pelajaran Normatif, Adaftif dan Produktif. Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi (DKMKE) adalah salah satu mata pelajaran produktif kurikulum 2013 yang diterima siswa SMK Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa pada Program Keahlian Teknik Mesin. Pengajaran DKMKE adalah proses pengajaran teknik dan kejuruan yang sangat penting karena DKMKE dapat menghantarkan siswa kepada dasar memahami program produktif lainnya yang tertera pada kompetensi inti dan kompetensi dasar memahami dasar motor bakar, mendeskripsikan dasar motor bakar dan mendeskripsikan prestasi mesin seperti : mendeskripskan motor 2 langkah, motor 4 langkah, siklus termodinamika motor bakar dan sebagainya.

4 Kelemahan dalam memahami mata pelajaran DKMKE akan berdampak terhadap penguasaan program produktif lainnya. Namun pada kenyataannya, harapan itu tidak sesuai dengan kenyataannya. Dari hasil observasi yang penulis lakukan dan wawancara dengan salah seorang guru bidang studi Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi di SMK Negeri 4 Medan menyatakan sebagian besar siswanya kurang menguasai materi pembelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi yang diajarkan, kurang disiplin dan cenderung kurang bersemangat dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari Nilai siswa banyak yang belum mencapai standart kelulusan untuk mata pelajaran produktif yang ditetapkan oleh SMK Negeri 4 Medan, yaitu 70,0. Dilihat dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN) siswa kelas X Program Keahlian Teknik Mesin SMK Negeri 4 Medan Tahun Pelajaran 2013/2014 dan 2014/2015. Tabel 1. Data Nilai Mata Pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi Kelas X Program Keahlian Teknik Mesin SMK Negeri 4 Medan T.A. 2013/2014 Nilai Jumlah siswa (orang) Persentase (%) 11 45,83 9 37,50 4 16,66 50,00 59,99 60,00 69,99 70,00 79,99 Jumlah 24 100 Sumber Data Daftar Kumpulan Nilai SMK Negeri 4 Medan. Tabel pertama diatas menunjukan nilai rata-rata siswa selama dua tahun terakhir 2013/2014 tergolong masih rendah yakni dari 24 orang siswa yang memperoleh nilai 50,00 59,99 sebanyak 11 orang, nilai 60,00 69,99 sebanyak 9 orang, 70,00 79,99 sebanyak 4 orang.

5 Tabel 2. Data Nilai Mata Pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi Kelas X Program Keahlian Teknik Mesin SMK Negeri 4 Medan T.A. 2014/2015 Nilai Jumlah siswa (orang) Persentase (%) 12 50,00 8 33,33 7 29,16 50,00 59,99 60,00 69,99 70,00 79,99 Jumlah 24 100 Sumber Data Daftar Kumpulan Nilai SMK Negeri 4 Medan. Tabel kedua diatas menunjukan nilai rata-rata siswa selama setahun terakhir 2014/2015 mengalami peningkatan namun masih tergolong masih rendah yakni dari 24 orang siswa yang memperoleh nilai 50,00 59,99 sebanyak 12 orang, nilai 60,00 69,99 sebanyak 8 orang, 70,00 79,99 sebanyak 7 orang. Nilai yang diperoleh siswa belum memenuhi dengan standart ketuntasan minimal, sedangkan standart ketuntasan minimal yang diterapkan oleh SMK Negeri 4 Medan adalah 70. Menurut Bloom (1968:76) pembelajaran tuntas merupakan satu pendekatan pembelajaran yang difokuskan pada penguasaan siswa dalam sesuatu hal yang dipelajari. Salah satu penyebab rendahnya hasi belajar ini yaitu sikap siswa yang kurang aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Sehari hari kelas didisi dengan ceramah, sementara siswa dipaksa menerima dan menghapal. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk mengahapal informasi. Berdasarkan hasil observasi tentang kegiatan belajar mengajar yang berlangsung, bahwa model pembelajaran yang diterapkan guru masih pembelajaran konvensional. Dimana pada pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (The Teacher Centered Opprauch) sehingga siswa menjadi

6 pasif, kurang semangat, terlihat membosankan, dan membatasi daya kreatifitas siswa dalam belajar. Depdiknas Yasa (2008:26) mengutarakan bahwa pembelajaran konvensional cenderung pada belajar hapalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pencil test yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Belajar hapalan mengacu pada penghapalan fakta-fakta, hubungan-hubungan, prinsip, dan konsep. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar dan minat belajar siswa cenderung menurun. Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat kepada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar dikelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat menggunakan pendekatan, strategi, model atau metode pembelajaran innovatif. Salah satunya model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar

7 mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karir, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada siswa untuk mencari atau mentukan sumbersumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hai ini, siswa lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru, sementara pada pembelajaran tradisional siswa lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah membuat siswa bertanggung jawab pada pembelajaran mereka melalui penyelesaian masalah dan melakukan kegiatan inkuiri dalam rangka mengembangkan proses penalaran. Pembelajaran dengan pendekatan pembelajran berbasis masalah lebih mendekatkan guru sebagai fasilitator dari pada sebgai sumber Suchaini (2008:43). Berdasarkan pernyataan di atas sangat berpengaruh model pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar, sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi Pada Siswa Kelas X Di SMK Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasi antara lain : 1. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi. 2. Metode ceramah pada dasarnya hanya memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran, bukan sebagai subjek pembelajaran. 3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat. 4. Siswa kurang aktif pada saat proses belajar berlangsung. 5. Siswa masih belajar secara pasif dan belajar belum terpusat kepada siswa. C. Pembatasan Masalah Untuk memberi ruang lingkup yang jelas dan terarah serta mengingat kemampuan penulis yang terbatas, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Penelitian ini menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada mata pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Model Pembelajaran diharapkan dapat memposisikan siswa kelas X Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa SMK Negeri 4 Medan Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 24 orang sebagai subjek pembelajaran. 3. Penerapan penggunaan model pembelajaran diharapkan membuat siswa lebih aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung pada materi yang

9 diajarkan mendeskripsikan motor 2 langkah, motor 4 langkah, siklus termodinamika motor bakar dan sebagainya. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah aktifitas siswa pada saat pembelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah? 2. Apakah dengan penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan hasil belajar Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi siswa kelas X SMK Negeri 4 Medan dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis dan praktis bagi penulis sendiri, para pembaca, maupun pihak pihak lain yang berkepentingan.

10 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang diharapkan efektif diterapkan dalam proses pembelajaran mata pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X terhadap mata pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi. b. Bagi guru Meningkatkan kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah sehingga pembelajaran akan lebih efektif. c. Bagi sekolah Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan masukan positif dan menjadi alternatif model pembelajaran mata pelajaran Dasar Kelistrikan Mesin dan Konversi Energi sehingga mampu meningkatkan kualitas sekolah sebagai lembaga pendidikan di masyarakat. d. Bagi perpustakaan sekolah Dapat menambah referensi perpustakaan sekolah sehingga dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.