1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa Sekolah di SMP. Pelajaran IPA di SMP masih bersifat umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi IPA dalam pembahasannya berkaitan dengan cara mencari tahu tentang konsep hidup dan kehidupan secara sistematis, sehingga pelajaran IPA bukan menghafal secara teoritik saja, tetapi harus menekankan penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta yang mereka lihat dalam kehidupan nyata, yang ada di lingkungan sekitar mereka. Materi biologi memiliki cakupan yang luas mengenai bagaimana mengenal diri sendiri, mengenal makhluk hidup di sekitar, mengetahui hubungan makhluk hidup dengan makhluk hidup lain serta lingkungannya (Depdiknas, 2004). Pelajaran IPA di arahkan untuk proses meningkatkan pemahaman dan kemampuan siswa menganalisis sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Proses pembelajaran IPA yang terjadi selama ini sering terjadi permasalahan. Permasalahan yang sering timbul selama ini di lapangan adalah cara mengajar guru yang sering menggunakan metode konvensional dan menjelaskan materi sesuai dengan yang ada di buku paket maupun LKS. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan model 1
2 pembelajaran yang mendukung dalam penjelasan materi, dan selama ini belum pernah diadakan praktikum untuk materi yang seharusnya ada praktikumnya. Hal ini sejalan dengan Suryosubroto (2009) yang menyatakan bahwa seharusnya setiap guru secara mandiri mengembangkan kemampuannya agar dalam proses pembelajaran yang mengembangkan keterampilan proses siswa dapat berhasil sehingga siswa dapat membangun konsep sendiri. Kondisi yang demikian menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya analisisnya dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata yang siswa lihat dan alami setiap hari, sehingga kemampuan berfikir kritis siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Hal yang sama juga terjadi di SMP Muhammadiyah Banyumas. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 15 Desember 2011 dapat diketahui bahwa pembelajaran IPA di kelas masih dilakukan secara konvensional. Metode yang digunakan masih dengan metode ceramah, yaitu siswa hanya mendengarkan pada saat guru sedang menjelaskan, proses pembelajaran hanya berpusat pada guru. Proses pembelajaran masih berpusat pada konsep yang tertulis di buku, sehingga siswa cenderung hanya menghafal konsep bukan memahami konsep. Keadaan tersebut juga didukung dengan hasil angket yang di sebar kepada siswa, bahwa siswa beranggapan pelajaran IPA susah di pahami karena banyak kata-kata atau istilah asing yaitu sebesar 92%, hal ini berakibat terhadap keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu kurangnya keaktifan siswa pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran mereka
3 cenderung pasif dan hanya mendengarkan guru menjelaskan materi. Sebesar 64% siswa belum mampu mengungkapkan suatu pendapat atau bertanya, alasannya karena malu, takut dan bahkan mereka bingung apa yang akan ditanyakan, karena tidak paham dengan materi yang dijelaskan oleh guru. Keadaan tersebut juga dipicu oleh kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, siswa kurang mampu mengamati, menggolongkan, mengkomunikasikan dan menyimpulkan hasil belajar. Sehingga kemampuan naalisis siswa masih rendah, hal tersebut berdasarkan hasil angket sebesar 61.46 % siswa belum mampu melakukan kegiatan analisis dalam proses pembelajaran. Menurut Mudjiman (2008) keberhasilan siswa dalam menyimpulkan konsep materi dengan fenomena akan menimbulkan kepuasan siswa dalam belajar menjadi lebih baik. Pembelajaran dengan menekankan kemampuan proses belum dapat tergali secara optimal, sehingga hasil belajar yang di peroleh siswa rendah. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil ujian akhir semester 1, siswa banyak yang belum mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan pada SMP Muhammadiyah Banyumas yaitu sebesar 68 (kepala sekolah). Berdasarkan hasil wawancara dan angket, maka perlu adanya upaya perbaikan dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA yaitu khususnya pada kemampuan analisis dalam memahami materi IPA. Salah satu alternatif yang digunakan yaitu
4 dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning). Model pembelajaran berbasis maasalah (PBL) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu keputusan pemecahan masalahnya yang kemudian akan dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja (Afcariano, 2008). Dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) diharapkan kemampuan analisis siswa dapat meningkat. Pembelajaran berbasis masalah tidak bisa terlepas dari metode pemecahan masalah, hal ini karena pembelajaran masalah berakar dari metode pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah merupakan salah satu cara penyajian bahan pelajaran yang menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis untuk menemukan jawaban (Sudirman dalam Afcariono, 2008). Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pernah dilakukan oleh Afcariono (2008), dengan hasil dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa kelas X-A SMA Negeri 1 Ngantang kota Batu Malang. Heni Rusnayati, Eka Cahya Prima (2010) juga melakukan penelitian pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan hasil dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep elastisitas pada siswa SMA di salah satu kota Bandung.
5 Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dalam proses pembelajaran IPA di SMP Muhammadiyah Banyumas di harapkan dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran di bangun proses berfikir, kerja kelompok, berkomunikasi dan saling memberikan informasi, sehingga kemampuan menganalisis suatu konsep dapat tergali dan membangun pemahaman siswa terhadap konsep IPA. Dengan demikian pembelajaran yang cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan analisis adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBL). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu: Apakah penggunaan model pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) berpengaruh terhadap hasil belajar dan kemampuan analisis siswa pada pembelajaran IPA Biologi di kelas VII SMP Muhammadiyah Banyumas? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa pada pembelajaran IPA Biologi di kelas VII di SMP Muhammadiyah Banyumas. Peningkatan hasil belajar sejalan dengan peningkatan kemampuan analisis dan keterlibatan
6 belajar pada proses pembelajaran dan meningkatnya pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat pada : 1. Siswa: a. Siswa memperoleh keterampilan tentang cara belajar yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan analisis. b. Siswa mendapat informasi dan pengalaman tentang variasi cara belajar. c. Melatih siswa dalam kerjasama untuk menyelesaikan masalah dengan metode yang di berikan oleh guru 2. Manfaat bagi Guru: a. Mendapat keterampilan cara mengidentifikasi dan memecahkan masalah pembelajaran IPA. b. Mendapat keterampilan dan pengalaman baru tentang cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. c. Mendapat informasi dan pengalaman tentang variasi model pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. 1.5 Hipotesis Ho : penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa kelas VII.
7 Ha : penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan analisis siswa kelas VII.