JURNAL ILMU BERBAGI. Nugroho Wisnu Murti 1. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) WIYATA TAMA Kabupaten Sukoharjo.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dapat dikatakan sebagai agent of change masyarakat bahkan

Meta Analisis Dalam Studi Kebijakan (Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

KONSEP DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lusi Anzarsari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

2015 DAMPAK HASIL BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shinta Yunita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa bukan hanya tugas pendidikan formal saja, tetapi pendidikan nonformal. terutama masyarakat sasaran pendidikan nonformal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

Tabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV VISI DAN MISI

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

PENDIDIKAN KESETARAAN FITTA UMMAYA SANTI, S. PD., M. PD

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) PADA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT DI SURAKARTA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN

RENCANA INDUK PENGABDIAN MASYARAKAT (RIPKM) PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab II Kedudukan, Fungsi dan Tujuan pasal 6 menyatakan bahwa: Pendidikan mensyaratkan adanya kompetensi pedagogik, kompetensi

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

YAYASAN AMANAH MARDHOTILLAH PKBM SINDANG BARANG JERO BOGOR Jl. Sindang Barang Pilar (Blk Al-Hasbi) Rt. 01/07

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat diperoleh melalui jalur non-formal salah satunya melalui perpustakaan.

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Kursus dan Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan

PELATIHAN MANAJEMEN PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

KETERAMPILAN BIDANG BOGA PADA PELAKSANAAN KKN POSDAYA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

ADVETORIAL PENANGANAN KEMISKINAN DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Model Roket Peluncur Untuk Mewujudkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Lembaga Pendidikan Yang Berbasis Life Skill dan Mandiri Nugroho Wisnu Murti 1 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) WIYATA TAMA Kabupaten Sukoharjo nugroho_wm@yahoo.com Abstract Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai tempat kegiatan belajar bagi masyarakat, adalah tempat bagi masyarakat untuk menimba ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yang dapat didayagunakan secara tepat dalam upaya memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan masyarakat. Hal ini sekaligus dalam rangka upaya pemberantasan kemiskinan dan kelaparan seperti yang tertuang di MDG s. Pertumbuhan jumlah PKBM yang di Indonesia khususnya diambil kasus di Kabupaten Sukoharjo adalah nyaris sebatas pada jumlah PKBM yang bertambah yang kurang diimbangkan dengan output dan outcome yang memadai. Hal ini menurut beberapa penelitian dan fenomena nyata disebabkan karena kurangnya fokus pengembangan model yang memadai dan sumberdaya manusia dalam PKBM. Artikel ini disusun untuk merumuskan model pengembangan PKBM berbasis life skill sebagai lembaga pendidikan non formal dan informal yang mengacu pada pola pengambangan life skill menurut DIRJEN PNFI dan beberapa literur yang relefan dengan metode Systematic Review. Dengan mengadopsi langkah langkah Systematic Review yang dijelaskan oleh (Francis & Baldesari, 2006 ) artikel ini merumuskan model pengembangan PKBM berbasis life skill yang disebut Roket Peluncur PKBM sebagai model alternatif dalam percepatan pengembangan PKBM yang berbasis life skill dan PKBM yang mandiri. Keywords : PKBM, Model Roket Peluncur, Life Skill 1. Pendahuluan Di penghujung abad ke 20 yang lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan agenda besar pembangunan di seluruh dunia yang kemudian dikenal sebagai Millenium Developmeny Goals (MDG s). Millenium Developmeny Goals merupakan paket berisi tujuan yang mempunyai batas waktu dan target terukur untuk menanggulangi 8 butir permasalahan penduduk seluruh dunia yang dengan urutan pertama adalah Eradicate Extreme Powerty and Hunger (pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrim). Hal tersebut memuat 3 target yaitu (Mardikanto, 2010) : 10 P a g e

1. Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk, dengan tingkat pendapatan kurang dari US $1 (PPP) perhari dalam kurun waktu 1990 2015. 2. Menciptakan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda. 3. Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990 2015. Pendidikan merupakan salah satu bagian penting dalam penurunan kemiskinan. Pemerintah telah menerapkan tiga jalur pendidikan. Ketiga jalur tersebut adalah jalur formal, non formal, dan informal. Ketiga jalur diharapkan berjalan sinergis, saling melengkapi, dan saling menyempurnakan. Idealnya pemerintah mampu menyelenggarakan pendidikan formal mulai dari tingkat dasar, menengah, tinggi yang bermutu, merata dan mampu menampung banyak siswa. Akan tetapi hal ini bukan pekerjaan mudah dan murah. Banyak hal yang harus disiapkan dan dibiayai. Pendek kata, pendidikan formal di Indonesia masih perlu ditopang jalur pendidikan lainnya. Karena jalur pendidikan formal belum mampu menciptakan kondisi ideal yang diharapkan, maka jalur non-formal dan informal mutlak diperlukan eksistensinya. Ini menguatkan signal bahwa pendidikan non-formal khususnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) menjadi semakin strategis posisinya. Argumen yang dapat dijelaskan antara lain : 1. Daya tampung pendidikan formal sangat terbatas baik jumlah maupun jenisnya. Disamping itu keterbatasan sumber daya manusia di jalur pendidikan formal juga belum mencukupi. 2. Kesempatan masyarakat untuk menikmati pendidikan formal sangat terbatas. Keterbatasan ini mulai karena biaya, kemampuan intelektual, dan kendala geografis. Dapat dijelaskan bahwa hal tersebut kontradiktif jika dikaitkan dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan bahwa setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan pendidikan. 3. Program life skills merupakan salah satu strategi dalam mengatasi kekurangan pengetahuan dan ketrampilan sebagian masyarakat serta dirancang untuk membimbing, melatih, dan membelajarkan masyarakat agar mempunyai bekal dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada. Pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang dikembangkan melalui jalur pendidikan luar sekolah ditujukan pada masyarakat usia produktif putus sekolah, buta aksara, tidak bekerja karena tidak memiliki ketrampilan dan warga masyarakat lain yang tergolong miskin. 4. Kebutuhan dunia kerja terhadap tenaga yang memiliki keahlian semakin meningkat sementara kemampuan pemerintah maupun masyarakat sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui jalur formal terbatas juga. Dengan demikian pendidikan yang berorientasi ketrampilan dan kewirausahaan sangatlah tepat sebagai jalur terobosan. Pendidikan ketrampilan yang berwawasan kewirausahaan adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip 11 P a g e

kearah pembentukan kecakapan hidup (life skills). Pendidikan kecakap hidup (life skills) merupakan konsep pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan warga belajar agar memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan dan memiliki ketrampilan untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan salah satu alternatif sebagai ajang kegiatan belajar masyarakat serta pemberdayaan masyarakat. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat diharapkan dapat menjadi sebuah lembaga yang mampu menciptakan masyarakat yang mandiri, mampu memecahkan persoalan hidup dan mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Program kegiatan yang ada dalam PKBM dapat meliputi berbagai macam bentuk aktifitas sebagai berikut : 1. Program kesetaraan Paket A, B dan C 2. Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 3. Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) 4. Kelompok Belajar Usaha (KBU) 5. Kelompok budaya musik 6. Berbagai jenis kursus ketrampilan 7. Kursus kewirausahaan dan bentuk belajar mengajar lain untuk kepentingan life skill Kinerja PKBM yang baik tentu menjadi harapan terutama guna memperoleh hasil yang diharapkan. Eksistensi PKBM dalam masyarakat sebagai lembaga pendidikan formal tidak mungkin lepas dari kegiatan swadana, artinya kegiatan operasionalnya sama seperti lembaga pendidikan swasta. Yang menjadi permasalahan adalah sebagaian besar PKBM berorientasi pada pengembangan Desa dimana teritorialnya sebagian besar jauh dari perkotaan, sehingga kendala Dana menjadi faktor tertinggi yang mempengaruhi lambatnya perkembangan PKBM bahkan ada juga yang jalan ditempat. Hal tersebut diatas dapat dijelaskan berdasarkan fenomenya nyata dari beberapa PKBM yang ada di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah. Menurut Forum PKBM Kabupaten Sukoharjo Data pada tahun 2014 terdapat 21 PKBM di Kabupaten Sukoharjo. Jumlah Ini meningkat jika dibandingkan 5 (lima) tahun terakhir dimana ditahun 2010 terdapat 13 PKBM di Kabupaten Sukoharjo. Forum diskusi yang dijalankan secara periodik oleh pengurus mengerucut pada permasalahan percepatan PKBM yang disebabkan oleh pendanaan. Sebagai contoh dalam kegiatan kursus kewirausahaan desa di Kalurahan Kartasura optimlisasi budidaya pemijahan lele di kamung yang sudah terkenal kampung lele, terkendala pada kesanggupan menghadirkan tenaga ahli bidang terkait. Masyarakat rata - rata mengambil langkah mundur jika diminta secara kolektif mengumpulkan dana untuk mendatangkan pakar dengan bidang terkait. Menyamakan visi bahwa kursus dengan biaya tertentu adalah 12 P a g e

bagian dari Investasi adalah bukan pekerjaan mudah. Masyarakat lebih memilih jalan wis koyo biasane wae. Hal tersebut tidak mungkin terjadi jika ada bantuan program kursus dari pemerintahm dimana beberapa PKBM di Sukoharjo pernah mengemban amanah itu, yaitu program Desa Vokasi. Akan tetapi tidak mungkin kalo PKBM bergerak jika ada bantuan saja. PKBM membutuhkan kemandirian guna menunjukan kinerja nyata dan terukur sebagai lembaga pendidikan non formal dan informal Dari permasalahan diatas, dibutuhkan solusi alternatif dalam bentuk model percepatan pengembangan PKBM guna mewujudkan PKBM yang mandiri dan mampu menunjukan kinerja yang nyata dan terukur. Dalam artikel ini, penulis mencoba merumuskan alternatif model percepatan pengembangan PKBM yang dinamakan Model Roket Luncur PKBM sebagai sebagai strategic planning. 2. Bidang Disiplin, Metode dan Pembatasan Topik a. Bidang Disiplin Artikel ini memuat disiplin ilmu Akuntansi Manajemen dan Manajemen Pendidikan b. Metode Atikel ini menggunakan teknik Systematic Review. Systematic Review kualitatif mencakup langkah-langkah sebagai berikut (Francis & Baldesari, 2006 ): Memformulasikan pertanyaan penelitian (formulating the review question) Melakukan pencarian literatur systematic review (conducting a systematic literature search) Melakukan skrining dan seleksi artikel penelitian yang cocok (screening and selecting appropriate research articles) Melakukan analisis dan sintesis temuan-temuan kualitatif (analyzing and synthesizing qualitative findings) Menyusun laporan akhir (presenting findings) c. Pembatasan Topik Artikel ini dibangun berdasarkan fenomena permasalahan yang muncul khususnya pada PKBM di Kabupaten Sukoharjo. Diharapkan dengan menemukan alternatif model yang ideal bagi percepatan pengembangan PKBM menuju kemandirin, dapat juga digunakan oleh PKBM lain di Indonesia. Metode Systematic Review yang digunakan dalam kajian ini dibatasi pada merumuskan alternatif model percepatan pengembangan PKBM dengan kemandirian manajeman keuangan. 13 P a g e

3. Pengumpulan Data dan Analisa Berdasarkan metode Systematic Review yang digunakan dalam kajian ini maka dapat dilakukan langkah langkah sebagai berikut : a. Memformulasikan pertanyaan penelitian (formulating the review question) Bagaimana Alternatif Model Percepatan Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk mewujudkan PKBM sebagai lembaga pendidikan non formal dan infolamal yang mandiri. b. Melakukan pencarian literatur systematic review (conducting a systematic literature search) dan Melakukan skrining dan seleksi artikel penelitian yang cocok (screening and selecting appropriate research articles) Berikut dapat disajikan beberapa literatur pustaka yang relefan dan dapat digunakan dalam mendukung systematic review ini antara lain sebagai berikut : 14 P a g e

No Peneliti Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian Tahun Sumber BIDANG PENDIDIKAN UMUM 1 Mustofa Kamil Menemukan model Pendidikan Keaksaraan Fungsional Orientasi Budaya Lokal Untuk Peningkatan Mutu Layanan Belajar 2 Joni Rahmad Pramudia. Mengidentifikasidan menganalisis Potensi dan Sumber Daya Masyarakat Dalam upaya Perluasan Akses Pendidikan Kesetaraan 3 Waskitho Menegetahu efektifitas program Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat 4 Ugi Suprayogi untuk memotret dan memetakan manfaat dan nilai praktek suatu situasi pembelajaran online / sekolah maya.net. 5 Uyu Wahyudin Membina dan menilai secara konprehensif terhadap lembaga dan satuan penyelenggara pendidikan nonformal. Kualitatif Deskriptif Survey : deskriptif Kualitatif deskrkiptif SURVEY: Evaluatif dengan disain kualitatif Survey Budaya local dapat meningkatkan mutu layanan belajar Pendidikan kesetaraan diharapkan mampu meningkatkan sumberdaya manusianya. 2) Keberadaan kampus UPI di Kelurahan Isola menjadikan nilai tambah dari sisi sumberdaya manusia 3) Kebutuhan belajar yang diidentifikasi adalah pendidikan keterampilan dan 4) Kendala yang dihadapi adalah luasnya wilayah garapan. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat dirasakan cukup penting 1) Fasilitas online member pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran 2) Penyelenggaraan program sekolahmaya.net berjalan cukup efektif (3) Respon warga belajar terhadap materi dalam situs sekolahmaya.net pada umumnya cukup baik Lembaga dan satuan pendidikan noformal yang dibentuk seolah bersipat sementara dan tidak memenuhi krtiria sebagai lembaga pendidikan sehingga mutu proses dan hasil yang belum terkendali. 2008 http://penelitian.lppm.upi. 2007 http://penelitian.lppm.upi. 2009 http://crackbone.wordpres s.com 2008 http://penelitian.lppm.upi. 2007 http://penelitian.lppm.upi. 15 P a g e

6 Jajat S Ardiwinat PENELITIAN TENTANG PKBM Menganalisis Potensi Dan Profil Kelembagaan Posyandu Dalam Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal Kualitatif Potensi Dan Profil Kelembagaan Posyandu Dalam Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal tinggi 2006 http://penelitian.lppm.upi. 7 Jajat S Ardiwinat Mengidentifikasi profil PKBM, melihat keterlaksanaan 10 komponen PNF; mengkaji pengelolaan pendidikan nonformal di PKBM; pendeskripsikan faktor pendukung penyelenggaraan PKBM. 8 Ihat Hatimah Menemukan model Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang secara konseptual memenuhi standar akademik dan secara implementatif dapat membantu penguatan program keaksaraan. 9 Muhamad Fajri Mendeskripsikan peran PKBM dalam menjalankan Peran dan fungsi sebagai pendidikan Non Formal 10 Nelvarini Hanafi Mendeskripsikan Peranan pemimpin formal dalam menggerakkan partisipasi masyarakat terhadappkbm Kualitatif Research and development Studi kualitatif Studi kualitatif Profil PKBM secara umum, Sepuluh komponen PLS dalam batas tertentu telah terselenggara di PKBM; secara manajerial PKBM telah melaksanakan fungsi perencanaa, pelaksanaan program dan evaluasi; (1) Profil Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di lingkungan Kelurahan Margasari Kecamatan Margacinta (2) Sikap masyarakat menyambut positif dengan adanya TBM (3) potensi yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan program TBM (4) permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan TBM Peran PKBM dalam menjalankan Peran dan fungsi sebagai pendidikan Non Formal cukup tinggi, Ppersepsi masyarakat terhdap PKBM positif Peranan pemimpin formal dalam menggerakkan partisipasi masyarakat terhadap PKBM cukup signifikan 2007 http://penelitian.lppm.upi. 2007 http://penelitian.lppm.upi. 2010 http://penelitian.lppm.upi. 2009 Resipotory.usu.ac.id 16 P a g e

11 Nurul Sulastri Mengetahui Peran pusat PKBM dalam program pemberantasan buta huruf 12 Muh. Maulidiansyah Mendeskkripsikan peran PKBM sebagai Upaya Pemberdayaan masyarakat Desa (studi kasus Program PKBM At Taqwa desa Dewasari dan PKBM 17 Agustus desa Pamulayan Kijeungkjing Ciamis Jabar) 13 M Yazid Ismail Mengevaluasi Pelaksanaan Program paket B Diknas Kota Lubuk Linggau 14 Kusmadi Mendeskripsikan Peran Kepemimpinan PKBM Nurul Iman sebagai motivaild dalam meningkatkan mutu pendidikan Kesetaraan Paket B 15 Irwan Telaumbanua Mengetahui Persepsi masyarakat terhadap peran PKBM Cendana dalam memberdayakan masyrakat di Kec. Pantai Labu Kab Deli Serdang 16 Rindu Kurniawati Mendeskripsikan Penerapan Pengorganisasian pada PKBM Widex Mulia Kota Bengkulu Studi kualitatif Kualitatif Deskriptif Deskriptif Evaluatif Kualitatif Deskriptif Studi kualitatif deskriptif studi kualitatif fenomenologis Peran pusat PKBM dalam program pemberantasan buta huruf sangat penting. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan PKBM Peran PKBM sebagai Upaya Pemberdayaan masyarakat Desa (studi kasus Program PKBM At Taqwa de sadewasari dan PKBm 17 Agustus desa Pamulayan Kijeungkjing Ciamis Jabar cukup tinggi) Pelaksanaan Program paket B Diknas Kota Lubuk Linggau baik Peran Kepemimpinan PKBM Nurul Iman sebagai motivaild dalam meningkatkan mutu pendidikan Kesetaraan Paket B tinggi Persepsi masyarakat terhadap peran PKBM Cendana dalam memberdayakan masyrakat di Kec. Pantai Labu Kab Deli Serdang positif. Perlu pembinaan lanjutan Penerapan Pengorganisasian pada PKBM Widex Mulia Kota Bengkulu baik 2009 Digilib.umm.ac.id 2009 www.lonttar.ui..ac.id 2009 Library.unib.ac.id 2009 Digilib.itb.ac.id 2008 www.bppls.reg.go.id 2009 www.libray.unib.ac.id 17 P a g e

c. Melakukan analisis dan sintesis temuan-temuan kualitatif (analyzing and synthesizing qualitative findings) Sejarah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kabupaten Sukoharjo, tentu tidak lepas dari sejarah PKBM di tingkat pusat. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat meupakan tindak lanjut dari gagasan Community Learning Center yang telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1960. Dalam perkembangannya mulai tahun 1998 telah disesuaikan dengan nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) hal ini sejalan dengan upaya untuk memperluas kesempatan masyarakat memperoleh layanan pendidikan.kehadiran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat telah banyak dirasakan manfaatnya bagi masyarakat itu sendiri, karena pendekatan yang dikembangkan dalam pembelajaran dari, oleh dan untuk masyarakat. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan partisipatif atau lebih dikenal dengan pendekatan Participatory Learning Action (BAPENA, UNDP, 2007: 65) Pendidikan Masyarakat Berbasis Life skill Dapat dijelaskan beberapa argumen untuk menguatkan peran PKBM berwawasan life skill dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, adanya keterbatasan pendidikan dari sisi : 1) daya tampung baik jumlah maupun jenisnya ; 2) sumberdaya manusianva ; 3) keterbatasan masyarakat dalam hal finansial, kenaampuan elan kendala geografis. Ini kontradiktif jika dikaitkan dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan bahwa setiap warga negara berhak menikmati dan yang bermutu. Ka, masyarakat merupakan salah satu fihak yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Ketiga, adanya peningkatan kebutuhan tenaga kerja yang memiliki keahlian. Dengan demikian peran PKBM semakin penting dalarn usaha membekali masyarakat dengan life skill. Hal tersebut dijelaskan dalam 4 (empat) argumen sebagai berikut : Pertama, merupakan salah satu solusi guna menjawab ketidakmampuan jalur pendidikan formal dalam menampung tuntutan masyarakat modern. Ka, penyelenggaran PKBM selaras dengan usaha pengukuhan empat pilar pendidikan yang diamanatkan UNESCO yaitu : learning to think (bela. jar untuk berfikir) ; learning to do (belajar berbuat) ; learning to live (artinya belalar hidup bersama) ; Learning to be (belajar menjadi diri sendiri). Ketiga, penyelenggaran PKBM semakin terbantu dengan datangnya era informasi. Dalam hal ini pengetahuan menjadi kunci powershif menggeser otot di era pertanian dan mengantikan uang dalam era kapitalisme. Siapa yang banyak memiliki pengetahuan dialah yang harus memiliki kekuatan. Dengan makin canggihnya teknologi informasi, pembelajar berkesempatan tak terbatas untuk mengakses beragam ilmu pengetahuan. Mereka sangat dimungkinkan untuk menjadi The Next Generation. Sekolahnya pun akan menuju school without wall dan proses belajarnya mengarah pada interactive learning. Berdasarkan uraian tersebut memberikan gambaran bahwa penyelenggaraan wawasan life skill merupakan salah satu langkah untuk menciptakan Learning Society bagi masyarakat Indonesia. Dengan PKBM berwawasan life skill. berbagai informasi, ketrampilan dan kecakapan 18 P a g e

hidup dapat ditularkan kepada pembelajan yang belum terjangkau pendidikan formal. Secara skematis langkah pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup menurut DIRJEN PNFI dapat disajikan dalam bambar sebagai berikut : Gambar 3.c.1 langkah pelaksanaan program pendidikan 19 P a g e

Gambar 3.c.2 Cakupan Pendidikan Life skill menurut DIRJEN PNFI Analisis Penelitian yang relefan dengan tujuan Sistematic Review Secara rinci tujuan dan hasil penelitian sudah disampaikan dalam poin 3.b. Dapat diambil kesimpulan bahwa perumusan alternatif model ditelusur dari penelitian pendidikan umum (khususnya bidang non formal dan informal) dan penelitian tentang PKBM dari berbagai sumber yang umumnya didapat dengan bantuan google search. Secara sistematis beberapa hasil penelitian dan pembangunan teori yang disampaikan sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah tempat pembelajaran dalam bentuk berbagai macam keterampilan dengan memanfaatkan sarana, prasarana dan segala potensi yang ada di sekitar lingkungan kehidupan masyarakat, agar masyarakat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan memperbaiki taraf hidupnya. 2) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ini merupakan salah satu alternatif yang dipilih dan dijadikan sebagai ajang proses pemberdayaan masyarakat. Hal ini selaras dengan adanya pemikiran bahwa dengan melembagakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, maka akan banyak potensi yang dimiliki oleh masyarakat yang selama ini belum dikembangkan secara maksimal. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat diarahkan untuk 20 P a g e

dapat mengembangkan potensi-potensi tersebut menjadi bermanfaat bagi kehidupannya. Agar mampu mengembangkan potensi-potensi tersebut, maka diupayakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan di PKBM bervariasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat 3) Aksi pengembangan kelembagaan PKBM didasarkan pada tiga strategi pendekatan dalam implementasi pengembangan kemampuan, yang meliputi: pendekatan individual, pendekatan organisasi dan pendekatan pembentukan jaringan dan kemitraan 4) Pemberdayaan masyarakat melalui seni budaya juga dilakukan di PKBM, dengan adanya kelompok-kelompok seni yang berlatih di PKBM. Bahkan telah ada kelompok seni budaya dalam PKBM yang telah dapat menjual jasa profesinya melalui seni budayanya yaitu kelompok campur sari dan karawitan. Kegiatan seni budaya ini juga memberikan nilai kasi dalam rangka misi pembangunan karakter (Mission Character Building) pada masyarakat untuk membentuk jati dirinya. 5) PKBM sebagai tempat kegiatan belajar bagi masyarakat, artinya tempat bagi masyarakat untuk menimba ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yang dapat didayagunakan secara tepat dalam upaya memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan masyarakat. Hal ini sekaligus dalam rangka upaya pemberantasan kemiskinan dan kelaparan seperti yang tertuang di MDG s. 6) PKBM sebagai pusat dan sumber informasi, artinya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat merupakan tempat warga masyarakat untuk menanyakan informasi tentang berbagai jenis kegiatan pembelajaran dan keterampilan fungsional yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. PKBM dapat menyediakan informasi kepada anggota masyarakat yang membutuhkan keterampilan fungsional kecakapan hidup (life skill) untuk bekal kehidupannya. Keberadaan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) sebagai existing condition dengan dipengaruhi lingkungan internal maupun eksternalnya diperlukan rencana strategi untuk memberdayakan PKBM yang lebih optimal dan inovatif. Pemberdayaan PKBM yang dilakukan mencakup lingkup pemberdayaan, penerima manfaat dan manajemen pemberdayaan. Hasil pemberdayaan melalui PKBM berupa keswadayaan, kewirausahaan, kemandirian dan budaya. Hal ini merupakan indikator yang akan diukur dan pada gilirannya hasil pemberdayaan melalui PKBM akan menghasilkan perubahan tingkat kehidupan yang lebih baik. Secara singkat kerangka berpikir yang dapat menunjukan model guna mengimplementasikan secara optimal model agresif bernama Roket Peluncur PKBM sebagai konfigurasi inovatif dari input, proses dan output PKBM adalah sebagai berikut : 21 P a g e

Gambar 3.c.3 Roket Peluncur PKBM 22 P a g e

4. Kesimpulan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai tempat kegiatan belajar bagi masyarakat, adalah tempat bagi masyarakat untuk menimba ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yang dapat didayagunakan secara tepat dalam upaya memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan masyarakat. Hal ini sekaligus dalam rangka upaya pemberantasan kemiskinan dan kelaparan seperti yang tertuang di MDG s. Tidak sedikit warga belajar yang telah memperoleh pelatihan kecakapan hidup, dan selanjutnya telah berhasil mengembangkan usahanya menjadi seorang wirausaha. Misalnya usaha sablon kaos dan budi daya ikan lele. Penerima manfaat pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat adalah individu, kelompok dapat pula masyarakat di lingkungan. Sedangkan hasil-hasil pemberdayaan melalui PKBM dapat pula berupa sikap mental terhadap masyarakat yaitu memiliki keswadayaan, kewirausahaan, kemandirian yang pada gilirannya akan memiliki budaya kerja yang baik. Dengan budaya kerja yang baik akan mengantarkan menuju kualitas kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan PKBM yang dilakukan mencakup lingkup pemberdayaan, penerima manfaat dan manajemen pemberdayaan. Hasil pemberdayaan melalui PKBM berupa keswadayaan, kewirausahaan, kemandirian dan budaya. Hal ini merupakan indikator yang akan diukur dan pada gilirannya hasil pemberdayaan melalui PKBM akan menghasilkan perubahan tingkat kehidupan yang lebih baik. model pengembangan PKBM berbasis life skill yang disebut Roket Peluncur PKBM diharapkan menjadi alternatif model pengembangan PKBM. Referensi 1. Ardiwinat, Jajat S. Analisis Potensi Dan Profil Kelembagaan Posyandu Dalam Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal. http://penelitian.lppm.upi.. 2006 2. Ardiwinat, Jajat S. Mengidentifikasi profil PKBM, melihat keterlaksanaan 10 komponen PNF; mengkaji pengelolaan pendidikan nonformal di PKBM; pendeskripsikan faktor pendukung penyelenggaraan PKBM. http://penelitian.lppm.upi.. 2007 3. Fajri, Muhamad. Peran PKBM dalam menjalankan Peran dan fungsi sebagai pendidikan Non Formal. http://penelitian.lppm.upi.. 2010 4. Francis C. & Baldesari (2006). Systematic Reviews of Qualitative Literature. Oxford: UK Cochrane Centre 5. Hanafi, Nelvarini. Peranan pemimpin formal dalam menggerakkan partisipasi masyarakat terhadap PKBM. Resipotory.usu.ac.id. 2009 6. Hatimah, Ihat. Pengembangan Model Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat Dengan Sistem Sircle Time Sebagai Upaya Pelestarian Program Keaksaraan Fungsional. http://penelitian.lppm.upi.. 2007 7. Ismail, M Yazid. Pelaksanaan Program paket B Diknas Kota Lubuk Linggau. Library.unib.ac.id. 2009 23 P a g e

8. Kamil, Mustofa. Model Pendidikan Keaksaraan Fungsional Orientasi Budaya Lokal Untuk Peningkatan Mutu Layanan Belajar. http://penelitian.lppm.upi.. 2008 9. Kurniawati, Rindu. Penerapan Pengorganisasian pada PKBM Widex Mulia Kota Bengkulu. www.libray.unib.ac.id. 2009 10. Kusmadi. Peran Kepemimpinan PKBM Nurul Iman sebagai motivaild dalam meningkatkan mutu pendidikan Kesetaraan Paket B. Digilib.itb.ac.id. 2009 11. Mardikanto, T. 2010. Tantangan Penyuluhan Pembangunan Dalam Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Menuju Masyarakat Madani. Makalah disajikan dalam Seminar Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani di Bogor, 25-26 September 2000. 12. Maulidiansyah, Muh. PKBM sebagai Upaya Pemberdayaan masyarakat Desa ( studi kasus Program PKBM At Taqwa desa Dewasari dan PKBM 17 Agustus desa Pamulayan Kijeungkjing Ciamis Jabar). www.lonttar.ui..ac.id. 2009 13. Pramudia, Joni Rahmad. Analisis Potensi dan Sumber Daya Masyarakat Dalam upaya Perluasan Akses Pendidikan Kesetaraan. http://penelitian.lppm.upi.. 2007 14. Sulastri, Nurul. Peran PKBM dalam program pemberantasan buta huruf. Digilib.umm.ac.id. 2009 15. Telaumbanua, Irwan. Persepsi masyarakat terhadap peran PKBM Cendana dalam memberdayakan masyrakat di Kec. Pantai Labu Kab Deli Serdang. www.bppls.reg.go.id. 2008 16. Ugi Suprayogi, Penelitian Evaluatif tentang Efektivitas penyeleng-garaan Sekolah Maya (Virtual Learning) pada Program Pendidian Kesetaraan di Kota Bandung. http://penelitian.lppm.upi.. 2008 17. Wahyudin, Uyu. Pengembangan Model Akreditas Pendidikan Non Formal, http://penelitian.lppm.upi.. 2007 18. Waskitho, Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, http://crackbone.wordpress.com. 2009 24 P a g e