lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

dokumen-dokumen yang mirip
1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Dalam memasuki millennium ke-tiga, bangsa lndonesia dihadapkan. pada tantangan sekaligus peluang untuk menjadi bangsa yang maju,

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB l PENDAHULUAN. bidang perkebunan dan perindustrian teh dan karet dengan produksi yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

Ekspor udang dalam beberapa tahun terakhir ini semakin memantapkan posisinya sebagai penghasil devisa andalan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

I. PENDAHULUAN. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. lautnya, Indonesia menjadi negara yang kaya akan hasil lautnya, khususnya di

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu produk perkebunan lndonesia yang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik permintaan dalam bentuk segar maupun olahan beku. Menurut data statistik (Central Bereau of Statistic) tahun 1996, total impor tuna cakalang sedunia untuk periode 1991-1995, menunjukan peningkatan sebanyak US $ 1.570.000 (tahun 1991 sebenar US$ 5.306.000 dan tahun 1995 sebesar US$ 6.876.000) atau meningkat sebesar 6,16 persen. Negara-negara pengimpor terbesar ikan tuna untuk periode 1991-1995 adalah Jepang (15,98 persen), Amerika Serikat (7,17 persen), Perancis (2,31 persen), Spanyol (8,28 persen) dan selebihnya negara lain. Pada umumnya Jepang mengimpor ikan tuna dalam bentuk segar, sedangkan Amerika dan Eropa mengimpor dalam bentuk olahan beku (loins) maupun olahan kaleng. Di lain pihak negara penghasillprodusen ikan tuna khususnya jenis Yellowfin adalah Thailand, Filipina, Indonesia, Meksiko, Venezuela, Ecuador, Colombia, Spanyol dan ltali. Berdasarkan data statistik tahun1996 bahwa 76,6 persen dari total penangkapan ikan dunia (994 Juta ton) berasal dari Meksiko, lndonesia dan Spanyol. lndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar sebagai penghasil komoditi perikanan dunia, selain jumlahnya, jenis ikannya pun beraneka ragam, sehingga dapat ditemukan ikan tuna dengan berbagai jenis, antara lain ikan tuna dengan jenis Albacore tuna, Bigeye tuna, Bonito, Southern bluefin tuna, Skipjack tuna, Tong01 (Longtail tuna) dan Yellowfin. Kontribusi lndonesia sebagai salah satu produsen ikan dunia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel I. Produsen lkan Dunia Dan Kontribusinya (Tahun 1996) ilt'l. Chili.,,, - I 8 - Jepang 5,70 Surnbei : GapindolData Consult (1996).diolah Gambar di bawah ini menunjukan tingkat perkembangan ekspor perikanan lndonesia untuk periode 1993-1997. Perkembangan Ekspor Perikanan lndonesia Tahun 1993-1997 I Surnber:BPS/Data Consult (1997),diolah Tahun O~o~um (Ton) ~,.ii!is s '000) Gambar 1. Perkembangan Ekspor Perikanan lndonesia Tahun 1993-1997

Jika dilihat dari kontribusinya terhadap perdagangan dunia dan perkernbangan ekspor, lndonesia rnerniliki prospek perdagangan yang baik khususnya pada sektor perikanan. Hal ini rnenandakan bahwa kinerja industri perikanan di lndonesia cukup baik. Potensi perikanan laut lndonesia rnenurut Direktorat Jenderal Perikanan, seluruhnya diperkirakan rnencapai 6,7 juta ton per tahun, dirnana 65,4 persen diantaranya atau 4,4 juta ton per tahun rnerupakan potensi dari perairan lndonesia dan sisanya sebesar 2,3 juta ton per tahun (34,6 persen) dari wilayah Zona Ekonorni Eksklusive (ZEE). Potensi surnber daya ikan laut diperkirakan rnencapai 1.033.800 ton per tahun, namun yang dimanfaatkan baru sekitar 78 persen saja atau sebesar 806.350 ton per tahun. Berdasarkan inforrnasi Direktorat Dinas Perikanan tahun 1996, terdapat beberapa kawasan perairan yang mernpunyai potensi besar untuk penangkapan ikan tuna cakalang di lndonesia dan di sekitar wilayah Zona Ekonorni Eksklusive (ZEE). lnformasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kawasan Berpotensi Penangkapan lkan Tuna Cakalang Di lnonesia Dan Wilayah ZEE " Sulawesi Selatan a. Tuna 300 600 0,127 0,206 38.100 123.600 19.050 61.800 B 1 3. Sulawesi Utara (terrnasuk ZEE) a. Tuna 405 405 0,127 0,206 24.130 39.140 12.065 19.570 4. Kawasan ZEE Sebelah Utara Sulawesi a. Tuna 140 210 0,127 0,206 24.130 39.140 12.065 19.570 5. I LEE Sebelah Utara 1 I I I I 6. I Maluku Utara & lrian a. Tuna lrian a. Tuna I 790 900 620 760 0,127 0,206 0,270 0,206 100.330 39.140 78.740 185.400 50.165 19.570 39.370 92.700 Total Perairan Indonesia & ZEE I I a. Tuna 322.602 166.303 7' I1 I I I I Sumber: Direktorat Dinas Perikanan (1996) I lkan tuna diharapkan menjadi the leading export yang dapat meningkatkan perolehan devisa nasional, sehingga adanya tuntutan yang tinggi kepada para pengusaha perikanan untuk meningkatkan produksinya selaras dengan rencana pemerintah dalam mentargetkan perolehan devisa dari ekspor

komoditi perikanan tahun 2003 melalui proyek Departemen Pertanian, yaitu Protekan 2003. Tabel 3. Proyeksi Potensi Ekspor lkan Laut Indonesia 1998-2003 Sumber : InfoRDev.,l999 Dikarenakan tingkatan konsumsi ikan untuk penduduk lndonesia tergolong masih sangat rendah, yakni 15 kg per kapital tahun, maka pemerintah melakukan perencanaan agar konsumsi ikan dapat meningkat menjadi 25 kglkapita pertahunnya. Adapun hasil yang dapat diperoleh adalah kekuatan tawar menawar dalam transaksi ekspor menjadi lebih kuat karena pasar domestik yang menjanjikan. Dengan adanya protekan 2003 menurut Dahuri (2000), diperkirakan sampai tahun 2003 permintaan produk perikanan sebesar 6,4 juta ton yang terdiri dari permintaan domestik sebesar 5,7 juta ton dan ekspor 0,7 juta ton. Jika potensi lestari sumberdaya ikan laut lndonesia sebesar 6,2 juta ton per tahun dengan mempertimbangkan faktor pengaman sehingga potensi perikanan yang dapat dieksploitasi hanya 80 persen dari potensi lestarinya, maka kegiatan budidaya laut memiliki prospek yang cerah. Diasumsikan pemanfaatan sumber daya perikanan akan meningkat sejalan dengan besarnya minat untuk mengekploitasi sumber daya perikanan laut, maka dalam beberapa tahun mendatang lndonesia akan memiliki potensi

ekspor yang besar. Kelompok terbesar dari potensi perikanan salah satunya adalah ikan tuna yang merupakan penghasil devisa terbesar dari jajaran perikanan. Produksi ikan tuna pada tahun 1998 peranan produksinya menjadi yang terbesar yaitu mencapai 606,76 ribu ton atau sekitar 75,2 persen dari produksi nasional. Menurut data ekspor dari Dinas Perikanan DKI Jakarta yang menunjukan bahwa pertumbuhan ekspor perikanan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa prospek perikanan lndonesia masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan lebih.optimal. Tabel 4. Tahun 1997 1998 1999 Jurnlah Volume Ekspor Hasil Perikanan DKI Jakarta Volume (Kg) 21,900,952.86 21,938,725.74 28,746,343.81 72,586,022.41 Sumber : Dinas Perikanan DKI Jakarta th.2000 Pertumbuhan (%) 0.17 31.03 Nilai (us$'ooo) 262,597,525.68 124,350,887.84 170,243,876.85 557.192.290.37 Pertumbuhan (%) -52.65 36.91 Dengan laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan makin meningkatnya kesadaran akan arti pentingnya produk perikanan dan kelautan bagi kesehatan dan kecerdasan manusia serta berkurangnya pasokan produksi perikanan negara lain, memungkinkan produk perikanan lndonesia mempunyai prospek cerah jika masyarakat lndonesia sendiri mampu mengelolanya dengan baik. PT. Bonecom merupakan salah satu perusahaan lndonesia yang bergerak di bidang pembekuan dan pengekspor ikan laut. Salah satu produk unggulannya adalah ikan tuna jenis Yellowfin (Thunnus albacares) atau bahasa lndonesianya Madidihan dalam bentuk loin (olahan beku). Tingkat penjualan ikan

tuna dengan jenis ini rata-rata di atas 60 persen dari total penjualan. lkan ini sebagian besar diekspor ke negara Jepang, Amerika dan Eropa. Seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap tuna loin dan sifat ikan sebagai bahan baku utama yang musiman, ketersediaan bahan baku yang tepat menjadi faktor terpenting di dalam menjamin kelancaran proses produksi, dengan demikian dibutuhkan suatu perhitungan perencanaan yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan jumlah pembelian dan persediaan bahan baku tuna yang seharusnya tersedia. Berdasarkan pada kondisi tersebut, PT. Bonecom harus mampu menetapkan suatu perencanaan pengendalian persediaan khususnya bahan baku (raw material) ikan tuna Yellowfin untuk menentukan tingkat pembelian yang optimal, menetapkan jumlah tingkat persediaan yang tepat sehingga tidak menimbulkan kekurangan atau kelebihan persediaan ( under/over stock ) yang dapat menghambat kelancaran proses produksi. 6. ldentifikasi Masalah lkan merupakan bahan baku penting 1 vital bagi PT. Bonecom, karena dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi. Sifat ikan yang musiman dan harga yang berfluktuatif merupakan faktor kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan, selain itu adanya ketergantungan kepada supplier dalam ha1 pengadaan bahan baku (ikan tuna). Hal ini menyebabkan berapa pun jumlah ikan tuna yang ditawarkan oleh supplier akan selalu di beli oleh perusahaan dan kegiatan pembelian pun dilakukan setiap hari. Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka PT. Bonecom membuat suatu kebijakan dengan asumsi membeli ikan tuna dalam jumlah yang banyak pada waktu tingkat harga beli rendah dan menjualnya kembali pada tingkat harga yang tinggi.

Kebijakan tersebut pada akhirnya memberikan suatu dampak yang dapat merugikan PT. Bonecom itu sendiri, yaitu terjadinya penumpukan persediaan ikan tuna sebagai bahan baku yang dapat menimbulkan tingginya biaya total persediaan, baik biaya penyimpanan maupun investasi yang harus ditanamkan oleh PT. Bonecom. Pada saat ini perencanaan pengendaliaan persediaan khususnya mengenai bahan baku yang diterapkan oleh PT. Bonecom hanya berdasarkan pada data masa lampau (historical data). Pengendaliaan yang dilakukan oleh PT. Bonecom mengenai ikan tuna sebagai bahan baku hanya dilihat dari jumlah ikan tuna yang masuk, berdasarkan pada data pembelian, kemudian dibandingkan terhadap keluaran sebagai produk tuna loin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan secara kuantitatif persediaan bahan baku maupun produk tuna loin yang tersimpan dalam cold storage. PT. Bonecom tidak melakukan pengontrolan secara fisik terhadap persediaan ikan tuna baik bahan baku maupun tuna loin, karena menurut pihak PT. Bonecom suhu di dalam cold storage (-40") tidak memungkinkan bagi karyawan untuk melakukan pengontrolan yang terlalu lama walaupun menggunakan atribut yang lengkap. Hal ini mengakibatkan PT. Bonecom mengalami kesulitan dalam melakukan pengendalian dan menghitung secara pasti terhadap jumlah persediaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa PT. Bonecom pada saat ini belum mempunyai cara yang tepat dalam rangka melakukan pengawasan dan pengontrolan persediaan bahan baku, terutama di dalam menghitung tingkat pembelian optimal agar sesuai dengan tingkat penjualan, menetapkan tingkat persediaan bahan baku agar tidak terjadi kekurangan 1 kelebihan persediaan yang dapat mempengaruhi kegiatan proses produksi.

C. Perumusan Masalah Berdasar permasalahan di atas, maka penulis dapat merumuskannya sebagai berikut. 1. Bagaimana perusahaan melakukan perencanaan pengendalian persediaan bahan baku khususnya untuk ikan tuna jenis Yellowfin 2. Bagaimana perencanaan pengendalian persediaan bahan baku yang sebaiknya diterapkan oleh PT. Bonecom agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan persediaan (under/over stock) D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mengkaji perencanaan persediaan yang dilakukan oleh perusahaan khususnya mengenai bahan baku tuna loin dengan jenis Yellowfin 2. Membuat perencanaan pengendalian pengadaan persediaan bahan baku yang tepat bagi perusahaan agar tidak terjadi kelebihan 1 kekurangan persediaan (under/over stock) E. Manfaat Penelitian Kegunaan penulisan geladikarya ini akan berupa masukan kepada pihak rnanajemen perusahaan, suatu alternatif metode atau sistem perencanaan pengadaan persediaan bahan baku khususnya ikan tuna jenis Yellow Fin. Disamping itu kesempatan bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam rnemahami teori yang diperoleh dan mengaplikasikan di dalam kondisi yang sebenarnya, khusus yang berkaitan dengan perencanaan pengadaan persediaan bahan baku di industri perikanan.

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dibatasi pada aspek Manajemen Produksi dan Operasi yang berkaitan langsung dengan kegiatan persediaan bahan baku tuna loin jenis Yellowfin.