BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA Dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4 UUHC 2002 diatur mengenai fungsi dan sifat hak cipta. Pasal 2 menentukan bahwa hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan pembatasan menurut peraturan perundang undangan yang berlaku. Pasal 3 menentukan bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak immaterial yang dapat beralih atau atau dialihkan sebagian atau seluruhnya dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik Negara, dan diperjanjikan (yang harus dilakukan dengan akta notaries atau akta bahwa tangan dengan disebutkan wewenang wewenang yang diberikan ). Pasal 4 menentukan bahwa hak cipta yang dimiliki oleh pencipta, demikian pula hak cipta yang tidak diumumkan setelah penciptanya meninggal dunia menjadi milik ahli warisnya atau penerima wasiat, tidak dapat disita. Apabila ketentuan ketentuan yang tertuang di dalam Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4 tersebut dikaji, maka akan terlihat fungsi hak cipta dan sifat hak cipta. A. Fungsi dan Sifat Hak Cipta Kalau memperhatikan ketentuan Pasal 2 diatas, maka fungsi hak cipta itu adalah untuk mengumumkan, memperbanyak, memberi izin untuk 19
mengumumkan dan/ atau memperbanyak atas ciptaan itu, dan memperjanjikan hak cipta itu dengan pihak lain, misalnya untuk menerbitkannya. Apabila hak cipta atas sebuah iklan di Radio diperjanjikan untuk diterbitkan, maka perjanjian itu harus lengkap serta dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh kedua belah pihak, dan jangan sampai bahasa perjanjian itu bisa diinterprestasikan yang bermacam macam. Dengan demikan perjanjian itu harus jelas mengenai wewenang - wewenang yang di berikan. Ini disebabkan jangan sampai di kemudian hari terjadi penyesalan salah satu pihak atau terjadi perselisihan antara pencipta dengan penerbit. Hak reproduksi berarti yang dipindahkan atau diserahkan ataupun dialihkan oleh pencipta kepada penerbit misalnya hanyalah hak untuk meproduksi atau menerbitkan ciptaan itu ke dalam bentuk lagu saja, buatkan dalam bentuk iklan atau pun backsound adlib yang lain. Hak eksekusi (memainkan/ mempertunjukkan) berarti yang di pindahkan atau di serahkan ataupun di alihkan oleh pencipta kepada penerima hak cipta itu misalnya, hanyalah hak untuk memainkan musiknya yang tertentu saja. Hak adaptasi berarti yang dipindahkan atau diserahkan ataupun dialihkan oleh pencipta kepada penerima hak cipta itu misalnya, sebuah iklan TV yang bersangkutan dengan suatu produk, bukan hak untuk menyiarkannya di radio dengan persis seperti yang di TV. Sedangkan hak menerjemahkan berartiyang dipindahkan atau diserahkan ataupun dialihkan oleh pencipta kepada penerima hak cipta itu misalnya, hanyalah hak untuk menerjemahkan yang bersangkutan, contohnya ke dalam bahasa Indonesia saja, bukan ke dalam bahasa Inggris. 20
Jadi apabila diadakan perjanjian pemindahan atau penyerahan ataupun pengalihan suatu hak cipta, baik itu untuk sebagian ataupun untuk seluruhnya, maka segala sesuatunya haruslah cermat dan jelas seperti yang tertuang didalam akta perjanjian itu, (bisa dengan akta otientik maupun akta di bawah tangan, tidak boleh secara lisan). Di sini akan tercantum, siapa penerima hak cipta itu dan akan diapakan terhadap hak cipta yang dipindahkan itu. Sebagai contoh atas hak cipta yang bisa untuk diserahkan (transferable) kepada orang lain misalnya memperbanyak hasil ciptaan, mengumumkan hasil ciptaan, menerjemahkan hasil ciptaan mensandiwarakn ( baik di panggung ataupun di radio) hasil suatu ciptaan, dan lain lain. Pasal 26 UUHC Tahun 2002 ditentukan bahwa hak cipta yang di jual tetap berada di tangan penciptanya selama kepada pembeli tidak diserahkan seluruh hak ciptanya. Hak cipta yang dijual sebagian atau seluruhnya, tidak dapat dijual untuk kedua kalinya oleh penjual yang sama. Jika terjadi sengketa antara beberapa pembeli yang lebih dulu memperoleh hak cipta itu. Apabila pencipta mengalihkan hak ciptanya kepada orang lain maka di situ ada hak yang benar - benar berpindah tangan dan pencipta kepada penerima hak cipta. Tetapi ada pula hak yang benar benar tidak bisa berpindah tangan kepada penerima hak cipta itu. Dan di lihat dari Pasal 3 UUHC Tahun 2002 dikemukakan di awal bab ini, bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak yang immaterial, yang bisa beralih atau dialihkan untuk sebagian atau seluruhnya, dengan cara pewarisan, hibah, wasiat, dijadikan milik Negara dan diperjanjikan. Dengan demikian sifat 21
hak cipta itu adalah immaterial, pribadi yang manunggal/ menempel dengan penciptanya, sehingga hasil ciptaan itu bentuknya khas, yang bisa dibedakan dengan ciptaan orang lain walaupun obyek yang diciptakan sama, dan tidak bisa disita oleh siapa pun. Tentunya hal ini tidak lepas kaitan dengan siapa saja yang dapat disebut sebagai pencipta. Di samping itu juga terdapat ketentuan ketentuan yang dapat dijadikan pedoman sebagai pencipta. B. Yang Dianggap Sebagai Pencipta Pencipta, menurut Pasal 1 ayat 2 UUHC Tahun 2002 adalah seorang atau beberapa orang secara bersama sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Sedangkan yang disebut sebagai ciptaan menurut Pasal 1 ayat 3 UUHC Tahun 2002 adalah setiap karya pencipta dalam bentuk khas apa pun juga dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan satra. Dengan kekhasan bentuk ciptaan itu maka setiap ciptaan yang satu akan berbeda dengan ciptaan pihak yang lainnya walaupun bidang yang diciptakan itu sama. Kemudian siapa siapa saja yang dianggap sebagai pencipta dan bagaimana ketentuannya untuk dianggap sebagai sebagai pencipta. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut : 22
1. Yang dianggap sebagai pencipta Dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 9 UUHC Tahun 2002 Indonesia ditentukan, bahwa yang bisa dianggap sebagai pencipta adalah : a. Orang yang namanya terdaftar di dalam daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi tentang pendaftaran pada Direktorat Hak Cipta, Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek, Departemen Kehakiman; b. Orang yang namanya disebutkan di dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan itu; c. Penceramah; d. Orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaiansuatu ciptaan, atau orang yang menghimpun; e. Perancang; f. Pimpinan (dalam suatu hubungan kerja kepegawainegrian); g. Majikan (dalam suatu hubungan kerja swasta); h. Badan hukum atau suatu instansi resmi 2. Ketentuan untuk bisa dianggap sebagai pencipta Orang orang dan badan hukum atau instansi resmi yang sudah disebutkan dalam Pasal 5 dan 9, untuk bisa dikatakan sebagai pencipta harus dipenuhi Kriteria yang telah ditetapkan oleh UUHC Indonesia. Adapun kriteria itu dapat diuraikan sebagai berikut : a. Orang yang namanya terdaftar sebagai pencipta didalam daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi tentang pendaftaran pada Direktorat Hak Cipta, Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek, Departeman 23
Kehakiman dianggap sebagai pencipta, kecuali ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya, bahwa ia sebagai penciptanya. Hal itu dapat diberi contoh, misalnya A mendaftarkan suatu karya cipta pada Direktorat Hak Cipta, dan hal itu disetujui oleh Mentri Kehakiman untuk didaftar pada daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi tentang pendaftara. Kemudian apabila ada orang lain (B) yang mengklaim bahwa ciptaan yang didaftarkan oleh A tersebut merupakan karya ciptaanya, dan B ini dapat membuktikan serta meyakinkan bahwa karya cipta itu memang betul betul karya ciptanya, maka B ini bisa dianggap sebagai penciptanya; b. Orang yang namanya disebut dalam suatu ciptaan atau diumumkan sebagau pencipta, dianggap sebagai pencipta atas ciptaan tersebut, kecuali jika ada orang yang dapat membuktikan sebaliknya, bahwa ia sebagai pencipta atas ciptaan itu. Misalnya Iklan Sabun Colek dicantumkan dan diumumkan bahwa Gita Ferisha. SE (penyiar di radio) sebagai penciptanya. Dengan demikian maka ia sebagai pencipta atas iklan tersebut, kecuali jika ada seseorang yang dapat membuktikan sebaliknya, bahwa ia sebagai penciptanya; c. Dalam suatu ceramah yang disampaikan secara lisan atau tidak tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya, maka orang yang memberikan ceramah (penceramah) tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika ada orang lain yang dapat membuktikan sebaliknya, bahwa ia sebagai pencipta atas ceramah itu. Yang dimaksud disin hanya mengenai ceramah 24
saja, bukan pembawa lagu (penyanyi) bukan pencipta atas lagu yang dibawakannya itu; d. Jika suatu ciptaan terdiri dari beberpa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, maka yang dianggap sebagai penciptanya adalah orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaiannya seluruh ciptaan itu. Apabila tidak ada orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian ciptaan itu dianggap sebagai ciptaannya. Walaupun demikian hal itu tidak mengurangi hak cipta masing masing ciptaan yang dibuatnya. Orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, dialah yang juga memberi bimbingan, pengawasan serta koreksi dalam penyelesaian seluruh ciptaan itu, baik secara langsung maupun tidak langsung; e. Jika suatu ciptaan dirancang oleh seseorang, tetapi diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain, tetapi masih di bawah pimpinan dan pengawasan perancangannya, maka yang dianggap sebagai penciptanya adalah orang yang merancang atas ciptaan itu. Rancangan yang dimaksud disini adalah gagasan yang berupa gambar atau kata kata ataupun gabungan antara gambar dan kata kata, yang diwujudkan dalam bentuk yang dikehendaki oleh perancangnya. Oleh sebab itu perancang di sini disebut sebagai penciptanya, karena rancanganya itu dikerjakan secara detail menurut desain yang ditentukan perancangnya dan tidak sekedar gagasan atau ide si perancang itu ; 25
f. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja kepegawainehrian ( hubungan dinas), maka pihak yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan ( pimpinan instansi ) adalah sebagai pemegang hak ciptaan itu, sedangkan pihak yang mendapat perintah (staf) sebagai pencipta. Apabila ciptaan tersebut diperluas hubungan kerjanya, maka hal itu dapat diperjanjikan antara pimpinan dan staf tersebut. Artinya antara pimpinan dan staf tersebut bisa membuat suatu perjanjian mengenai royalti atau hasil yang akan diperoleh dari ciptaan itu, apabila ciptaan itu diproduksi dan kemudian menjualnyakepada umum; g. Demikian pula apabila suatu ciptaan dibuat oleh karyawan dalam suatu hubungan kerja swasta, maka sebagai pemegang hak cipta atas ciptaan itu adalah majikan atau pemberi pekerjaan, kecuali apabila terdapat perjanjian sebaliknya. Sekalipun pencipta yang sebenarnya tidak memiliki hak atas ciptaanya, tetapi dengan mengingat adanya manfaat ekonomi yang diperboleh dari ciptaantersebut, maka wajar bilaman pencipta tersebut juga memperoleh kesempatan untuk ikut menikmati manfaat ekonomi itu. Dengan demikian sangat baik apabila majikan tersebut memberi imbalan yang wajar kepada penciptanya dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari ciptaan itu. Hal itu sama dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan Pasal 12 Undang Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten, yang menyebutkan bahwa apabila diperjanjikan lain dalam suatu perjanjian 26
kerja, maka yang berhak memperoleh paten atas suatu penemuan yang dihasilkan adalah orang yang memberi pekerjaan itu. Hal itu berlaku pula terhadap penemuan yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya, sekalipun perjanjian kerja tersebut tidak mengharuskan untuk penemuan. Namun demikian penemuan atas teknologi baru yang mengandung langkah inventif dan dapat diterapkan dalam industri atau diproduksi, berhak untuk mendapat imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi yang diperoleh dari penemu tersebut. Sekalipun penemu yang sebenernya tidak memiliki hak atas temunya, tetapi dengan mengingat adanya manfaat ekonomi yang diperoleh dari temuannya itu, maka wajar bilamana penemu tersebut juga memperoleh kesempatan untuk ikut menikmati manfaat atas temuannya. h. Jika suatu badan hukum atau suatu instansi resmi mengumumkan bahwa suatu ciptaan berasal darinya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, maka badan hukum atau instansi resmi tersebut dianggap sebagai penciptanya kecuali ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa ciptaan tersebut merupakan ciptaannya. Sebagai upaya untuk mengamankan ataupun memudahkan pembuktian kepemilikan hak cipta atas suatu ciptaan, sebaiknya pencipta ataupun pemegang hak cipta mendaftarkan ciptaannya tersebut pada Direktorat Hak Cipta, Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek, Departemen Kehakiman. Pendaftaran ciptaan ini tidak mutlak diharuskan, 27
karena tanpa didaftapun ciptaan seseorang tetap dilindungi oleh Undang Undang Hak Cipta Indonesia. Hanya mengenai ciptaan yang tidak didaftarkan, akan lebih sulit dan lebih membutuhkan waktu pembuktian apabila terjadi sengketa kepemilikan atas ciptaan itu. Menurut Prof. Dr. J.C.T. Simonangkir S.H. dalam bukunya UHC 1982, halaman 76 disebutkan, bahwa pendaftaran suatu ciptaan mempunyai beberapa factor positif, di antaranya apabila terjadi sengketa mengenai hak cipta, maka pada umumnya ciptaan yang telah terdaftar mempunyai kedudukan yang lebih kuat daripada ciptaan yang belum terdaftar, minimal pembuktiannya lebih mudah. Di samping itu pengalihan hak cipta, pewarisan dan lain sebagainya akan lebih mudah apabila ciptaan tersebut sudah terdaftar di Direktorat Hak Cipta daripada belum terdaftar sama sekali. 5 Selanjutnya, terdapat kriteria kriteria mengenai ciptaan ciptaan apa saja yang tidak ada ciptaannya. Juga hal ini berkaitan dengan perlindungan hukum yang diberikan oleh UUHC Indonesia. C. Pendaftaran Ciptaan Dalam memudahkan pembuktian kepemilikan suatu Hak Cipta, UUHC 2002 mengatur tentang pendaftaran ciptaan di dalam Pasal 35. Pada penjelasannnya, disebutkan bahwa pendaftaran ciptaan itu tidak mutlak diharuskan, karena tanpa didaftarkan pun hak cipta atas suatu ciptaan di bidang 5 Rooseno Harjowidigdo. Mengenal Hak Cipta Indonesia, hal 39. 1993 28
ilmu pengetahuan, seni dan sastra tetap dilindungi oleh UUHC Indonesia. Hanya saja mengenai ciptaan yang tidak didaftarkan akan mengalami kesulitan dan lebih membutuhkan waktu dalam pembuktian kepemilikan hak ciptanya. UUHC 2002 menganut sistem pendaftaran ciptaan negative deklaratif. Artinya orang yang pertama kali mengumumkan suatu ciptaan, maka ia dianggap sebagai penciptanya. Pengumuman yang pertama kali dianggap sama dengan pendaftaran ciptaan. Apabila terjadi sengketa atas ciptaan itu maka diserahkan kepada hakim untuk mengambil keputusan. Pendaftaran ciptaan dilakukan secara pasif, artinya semua permohonan pendaftaran ciptaan diterima dengan tidak terlalu mengadakan penelitian yang mendalam atas hak pemohon, kecuali jika sudah jelas ternyata ada pelanggaran hak cipta. D. Syarat Pendaftaran Ciptaan Apabila seorang pemegang hak cipta ingin mendaftarkan ciptaan yang dimilikinya, maka ia harus mengajukan surat permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan kepada Direktorat Jenderal. Surat permohonan pendaftaran ciptaan itu ditulis rangkap dua dalam bahasa Indonesia, disertai contoh ciptaan atau penggantinya dengan dikenai biaya. Dan Direktorat Jenderal memberikan paling lama 9 (Sembilan) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap. 1. Subjek Pemohon, a. Pencipta, Apabila surat permohonan pendaftaran ciptaan dimintakan oleh pencipta sendiri, maka di dalam surat permohonanya dituls secara lengkap nama 29
pencipta, kewarganegaraan pencipta, alamat pencipta, dan tanda tangan pencipta kemudian dilampirkan bukti diri ( cukup dengan foto copy) misalnya Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI), Paspor atau tanda bukti lain. b. Pencipta Pencipta, Apabila surat permohonan pendaftaran ciptaan dimintakan oleh pencipta yang jumlahnya lebih dari seorang, maka nama nama pemohon dituliskan secara lengkap dengan menetapkan satu alamat pemohon, kewarganegaraan para pemohon dan tanda tangan para pemohon, kemudian dilampiri bukti diri (cukup dengan foto copy) misalnya : KTP, SBKRI, Paspor, dan lain lainnya. c. Badan Hukum (termasuk instansi resmi) Apabila surat permohonan pendaftaran ciptaan diajukan oleh suatu badan hukum, maka didalam surat permohonannya dituliskan secara lengkap nama badan hukum itu, dan ditanda tangani pengurus badan hukum itu, kemudian dilampiri turunan resmi akta pendirian badan hukum itu. d. Pemegang Hak Cipta, Apabila surat permohonana pendaftaran ciptaan dimintakan oleh pemegang hak cipta (penerima hak cipta yang bukan pencipta), maka didalam surat permohonannya dituliskan secara lengkap nama, kewarganegaraan, alamat pencipta, dan juga ditulis secara lengkap nama, kewarganegaraan, alamat, pemegang hak cipta, kemudian dilampiri bukti diri ( cukup dengan foto copy) misalnya : KTP, SBKRI, Paspor dan lain lainnya, dan juga dilampiri bukti asli atau salinannya yang disahkan oleh 30
pejabat yang berwenang ata akta pemindahan hak cipta yang dimintakan pendaftarannya itu. Kemudian surat permohonan itu ditanda tangani oleh pemegang hak cipta itu. e. Kuasa Apabila surat permohonan pendaftaran kuasa, maka dalam surat permohonannya dituliskan secara lengkap nama, kewarganegaraan, alamt pemberi kuasa maupun penerima kuasa. Kemudian surat permohonan itu dilampiri selain bukti diri, juga dilampiri surat kuasanya. Penerima kuasa harus seorang warga Negara Republik Indonesia dan bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia. Apabila pemberi kuasa itu bukan warga Negara Republik Indonesia atau bukan badan hukum Indonesia dan tidak berada di wilayah Negara Republik Indonesia, maka pemberi kuasa itu harus memilih salah satu tempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia sebagai alamatnya di Indonesia. 2. Obyek yang didaftarkan a. Jenis ciptaan Didalam surat permohonan pendaftaran ciptaan tersebut dituliskan pula jenis ciptaan tersebut dituliskan pula jenis ciptaan yang dimintakan pendaftarannya, misalnya : - buku, pamflet dan semua hasil karya tulias lainnya, ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya; 31
- pertunjukan musik, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomime, dan karya siaran untuk media radio, telvisi dan film serta karya rekaman video; - ciptaan tari (koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan tanpa teks, dan karya rekaman suara atau bunyi ; - segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, seni patung, dan seni kaligrafi ; - seni batik yang kontemporer, karya arsitektur, batik senimatografi, fotografi, program computer, terjemahan, tafsiran, saduran, dan penyusunan bunga rampai. b. Judul Ciptaan Didalam surat permohonan pendaftaran ciptaan tersebut dituliskan pula judul ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya, misalnya : Iklan masyarakat tentang Hak Cipta Musik yang tidak boleh di bajak dan jangan beli bajakan. c. Tempat dan Tanggal diumumkan Didalam surat permohonana pendaftaran ciptaan tersebut disebutkantempat dan tanggal ciptaan itu untuk pertama kalinya diumumkan, dengan disertai bukti bukti pengumumannya bila ada. d. Uraian Ciptaan Didalam surat permohonan pendaftaran ciptaan tersebut dicantumkan uraian atas ciptaan yang dimohonkan. Uraian tersebut dapat berupa 32
ringkasan, dan dibuat rangkap 3 (tiga) yang dapat ditulis dalam lembar kertas tersendiri. e. Nomor Pokok Wajib Pajak Permohonan pendaftaran ciptaan atau pencatatan pemindahan hak atas ciptaan terdaftar yang diajukan oleh pemohon yang berdomisili di wilayah Indonesia, wajib melampirkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) sebagai salah satu syarat permohonannya. Direktorat Hak Cipta, Paten dan Merek, Departemen Kehakiman tidak akan menerima permohonan pendaftaran ciptaan atau pencatatan pemindahan hak atas ciptaan terdaftar jika pemohon tidak melampirkan NPWP- nya. f. Biaya Suatu surat permohonan pendaftaran ciptaan harus memenuhi biaya pendaftaran ciptaan sebesar yang telah disetujui. 6 Setelah dituliskan dan dilampirkan segala sesuatu yang disyaratkan dalam huruf 1 dan 2 sesuai dengan keperluannya, maka surat permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan kepada Direktorat Jenderal Hak Cipta. Oleh petugas pemohon akan diberi tanda terima sebagai bukti penyerahan permohonan pendaftaran ciptaan. Tanda terima itu berisi nama pencipta/ pemegang hak cipta/ nama kuasa, jenis dan judul ciptaan, tanggal dan waktu surat permohonan itu diterima oleh petugas pendaftar. Apabila surat pemohon pendaftaran ciptaan itu setelah diperiksa oleh petugas ternyata tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka Direktorat 6 Rooseno Harjowidigdo. Mengenal Hak Cipta Indonesia, hal 44. 1993 33
Hak Cipta memberitahukan secara tertulis kepada pemohon, agar melengkapi syarat yang kurang. Jika dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan, pemohon tidak memenuhi syarat yang ditentukan, maka permohonanya menjadi batal demi hukum. Setelah surat permohonan pendaftaran ciptaan itu diperiksa oleh petugas dan ternyata telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka Direktorat Hak Cipta memeriksa, apakah pemohon benar benar sebagai pencipta atau pemegang hak cipta atas ciptaan yang dimohonkan. Dan akan diumumkan oleh Direktorat Jendral disetujui/ dikabulkan atau tidak. Apabila permohonan pendaftran ciptaan tersebut ditolak oleh Direktorat Jenderal, maka dalam jangka waktu 3 bulan setelah diterimanya penolakan pendaftaran, pemohon atau kuasanya dapat mengajukanpermohonan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan surat gugatan. Surat ini ditanda tangani pemohon atau kuasanya, agar supaya ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya itu didaftarkan dalam daftar umum ciptaan dan pengumuman resmi tentang pendaftaran ciptaan pada Direktorat Jendral Hak Cipta. Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tentang dikabulkan atau ditolaknya gugatan itu merupakan keputusan final, artinya keputusan itu tidak bisa disbanding ke Pengadilan Tinggi, karena bentuk Keputusan itu berupa penetapan. Apabila permohonan pendaftaran ciptaan dikabulkan oleh Direktorat Jenderal, maka yang dimohonkan itu didaftarkan di dalam daftar Umum Ciptaan, dengan memberi Nomor dan menerbitkan Surat Pendaftaran Ciptaan Rangkap 2 ( dua )yang ditanda tangani oleh Direktorat Hak Cipta atau pejabat yang ditunjuk untuk itu. Lembar pertama SuratPendaftaran Ciptaan tersebut disimpan di Direktorat Hak Cipta, sedangkan lembar kedua dikirim kepada pemohon. 34