BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu negara. Dengan pendidikan dibentuk SDM yang berkualitas. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan pendidik yang profesional dan proses pembelajaran yang berkualitas. Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki empat kompetensi dasar yang tertulis pada UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10, yaitu: (1) kompetensi pedagogi; (2) kompetensi profesional; (3) kompetensi sosial; dan (4) kompetensi kepribadian. Berdasarkan pada UU ini, maka upaya peningkatan kompetensi ini dikatakan sebagai tanggungjawab moral di sekolah. Upaya untuk meningkatkan keempat kompetensi ini adalah upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Artinya bahwa, memenuhi keempat kompetensi ini secara langsung menuntut guru agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dapat terlaksana dengan baik kalau guru dapat merencanakan atau merancang pembelajaran dengan sistematis dan cermat. Salah satu komponen yang perlu mendapat perhatian dalam perencanaan pembelajaran adalah pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Pemilihan model pembelajaran ini perlu diperhatikan karena disesuaikan dengan perkembangan zaman yang terus mengalami kemajuan, sehingga dibutuhkan model pembelajaran inovatif. Selain meningatkan akademik peserta didik juga menunjang hasil belajar mereka menjadi lebih variatif. Dengan meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses belajar akan meningkatkan fisik maupun mental. Sehingga mereka terlatih untuk berekspresi, kritis, dan dinamis. Dalam hal ini peran seorang guru sebagai pengajar sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berjalan dengan baik.. 1
2 Menurut Wittig yang dikutip Muhibbin Syah (2009: 65) menjelaskan bahwa Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Terkait dengan hal tersebut, khusus dalam pembelajaran IPS di SD, Nana Supriatna, dkk (2008: 5), dalam tulisannya yang berjudul: Pendekatan CTL pada Pendidikan Multikultur dalam Pembelajaran IPS mengatakan bahwa karakteristik pendidikan IPS meliputi pengertian dan tujuan pendidikan IPS, landasan filosofis kurikulum pendidian IPS, pengorganisasian materi displin-disiplin ilmu sosial yang dikembangkan dalam pendidikan IPS, serta sejumlah kompetensi yang diharapkan muncul setelah siswa mengikuti proses pembelajaran IPS. Pemahaman tentang karakteristik pendidikan IPS ini akan sangat penting bagi guru agar ia mampu menerjemahkan aplikasi proses pembelajaran pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar, yang disesuaikan dengan karakteristik pendidikan IPS SD. Berdasarkan pada KTSP 2006, dijelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs, SMPLB. pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta menjadi warga dunia yang cinta damai. Adapun secara terinci tujuan pembelajaran IPS di SD/MI berdasarkan pada KTSP 2006, adalah sebagai berikut: - Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; - Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan kehidupan sosial; - Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan;
3 - Memiliki kemampuan dasar berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. Agar hal ini terjadi, telah disebutkan di depan bahwa peningkatan empat kompetensi guru menjadi penting. Telah disebutkan juga bahwa peningkatan empat kompetensi yang diharapkan dari guru juga memiliki keterkaitan dengan peningkatan profesionalitas. Peningkatan profesionalitas itu dapat dilihat pada model pembelajaran yang diterapkan guru dalam mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar pada siswa. Dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw, didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tujuan pembelajaran IPS yang telah disebutkan di atas. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa didorong untuk menjadi aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi atau hasil belajar yang maksimal. Menurut Isjoni (2007: 55) dalam bukunya Cooperative Learning mengatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa belajar dengan cara dibagi berkelompok 4-6 orang kelompok belajar secara heterogen. Karakteristik pembelajaran tipe Jigsaw adalah dalam pembelajaran ini, setiap orang yang dipilih berkelompok adalah orang-orang yang sangat beragam baik dari sisi inteligensi, etnis, kepercayaan maupun latar belakang keluarga. Selain itu, dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw, masingmasing individu diberi kesempatan untuk menjadi ahli dalam kelompoknya (Slavin, 2008: 246). Itu artinya diduga bahwa model pembelajaran ini dapat mendorong siswa sebagai individu untuk belajar mengungkapkan apa yang diketahuinya pada teman-teman kelompoknya yang lain. Di samping itu, karena setiap individu diberi kesempatan untuk menjadi ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini sekaligus melatih siswa untuk belajar saling mendengarkan dan menghargai di antara kelompoknya. Penelitian kali ini menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Menggunakan metode pembelajaran ini dalam maksud bahwa untuk menguji sejauh mana model pembelajaran dengan tipe Jigsaw efektif digunakan sebagai
4 salah satu model pembelajaran dalam mata pelajaran IPS. Mengenai metode pembelajaran eksperimen, Rusyan (1993: 96) dalam bukunya Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, mengatakan bahwa metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, melalui percobaan-percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pernyataan atau hipotesis. Masih menurut Rusyan (1993: 96), menyebutkan bahwa metode eksperimen adalah suatu metode pembelajaran yang memberi peluang kepada guru dan siswa untuk melakukan percobaan terhadap sesuatu, serta mengamati proses dan hasil percobaan itu. Memilih menggunakan subyek penelitian pada siswa Sekolah Dasar Negeri Pendowo 03 Kab Temanggung kelas V yang nantinya akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen, karena didasarkan pada pengamatan penulis yaitu bahwa pada siswa kelas V di sekolah ini model pembelajaran IPS, masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru dan siswa jarang diberikan kesempatan untuk terlibat secara aktif, tetapi siswa hanya menjadi peserta pasif dalam proses pembelajaran. Agar dapat membandingkan dan melihat keefektifan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw, diperlukan kelompok pembanding, dimana kelompok ini akan diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Untuk kelompok pembanding atau kelompok kontrol, penulis memilih siswa kelas V SDN Pendowo 02 Kab Temanggung. Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis mengusulkan judul penelitian ini yaitu: Efektivitas Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Pendowo 03 Kab Temanggung
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan usulan judul penelitian ini, maka rumusan masalah penelitian adalah: Bagaimana Efektivitas penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Pendowo 03. 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPS siswa kelas V SDN Pendowo 03. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan diantaranya: a. Manfaat Teoritis Memperkaya wawasan teoritis dalam ilmu pendidikan, khusus tentang model pembelajaran pada mata pelajaran IPS. b. Manfaat praktis 1. Siswa - Meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. 2. Guru - Memberikan masukan pada guru tentang model pembelajaran yang efektif dan tepat dalam meningkatkan hasil belajar siswa. - Memberikan masukan pada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran yang lain. 3. Sekolah - Memberikan masukan bagi sekolah tentang model pembelajaran yang efektif dan tepat dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
6 - Menjadi masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran tersebut pada mata pelajaran lain. 4. Penulis - Menambah pengetahuan bagi penulis ketika terlibat langsung sebagai guru, khususnya dalam model pembelajaran yang efektif dan tepat.