DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Iindonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) dan dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan dan Penggabungan Kelurahan perlu ditinjau kembali; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang tentang Pedoman Pembentukan, Penghapusan Dan Penggabungan Kelurahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga dan Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1652 ); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890) ; 1
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga Dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3500); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan Dan Penggabungan Kelurahan; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2005 Nomor 1 Seri D Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 1); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 26 Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2005 Nomor 26 Seri D Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 26); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 27 Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2005 Nomor 27 Seri D Nomor 27, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 27); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8 Tahun 2006 tentang Dana Alokasi Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 8 Seri A Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Tata cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 9 Seri D Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 8); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan / atau Pemberhentian Perangkat Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 10 Seri D Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 9); 2
17. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor 11 Seri D Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 10); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2006 Nomor Seri D Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 18); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEMARANG dan BUPATI SEMARANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Semarang. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Semarang. 5. Kecamatan adalah Wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah yang ada di Kabupaten Semarang. 6. Camat adalah unsur Perangkat Daerah sebagai kepala Kecamatan di Daerah Kabupaten Semarang. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan. 8. Lurah adalah Kepala Kelurahan. 9. Pembentukan Kelurahan adalah penggabungan beberapa kelurahan, atau bagian kelurahan yang bersandingan, atau pemekaran dari satu kelurahan menjadi dua kelurahan atau lebih, atau pembentukan kelurahan di luar kelurahan yang telah ada. 10. Penghapusan Kelurahan adalah tindakan meniadakan kelurahan yang ada. 11. Penggabungan Kelurahan adalah tindakan penggabungan beberapa kelurahan dalam satu kelurahan. 12. Desa adalah Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setemat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia dan berada di daerah Kabupaten Semarang. 3
13. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 14. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 15. Kepala Desa adalah unsur penyelenggara Pemerintahan Desa di Daerah. 16. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. 17. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 18. Penduduk adalah setiap Warga Negara Indonesia yang selanjutnya disebut WNI dan Warga Negara Asing yang selanjutnya disebut WNA, yaitu pemegang ijin tinggal tetap di wilayah Negara Republik Indonesia. BAB II TUJUAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN Pasal 2 Tujuan Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan adalah untuk meningkatkan pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pemerintahan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. BAB III PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN Bagian Kesatu Pembentukan Kelurahan Pasal 3 (1) Kelurahan dibentuk di wilayah Kecamatan. (2) Pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa penggabungan beberapa Kelurahan atau bagian Kelurahan yang bersandingan, atau pemekaran dari 1 (satu) Kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih, atau perubahan status desa menjadi kelurahan. (3) Pembentukan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurangkurangnya harus memenuhi syarat : a. jumlah penduduk; b. luas wilayah; c. bagian wilayah kerja; dan d. sarana dan prasarana pemerintahan. (4) Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dihapus atau digabung. (5) Pemekaran dari 1 (satu) Kelurahan menjadi 2 (dua) Kelurahan atau lebih, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan tersebut. (6) Penghapusan dan penggabungan kelurahan dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. 4
Bagian Kedua Penghapusan Kelurahan Pasal 4 Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dapat dihapus untuk digabung dengan Kelurahan yang lain setelah disetujui oleh tokoh-tokoh masyarakat di wilayah Kelurahan tersebut. Bagian Ketiga Penggabungan Kelurahan Pasal 5 Kelurahan yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, digabung dengan Kelurahan lain setelah disetujui oleh tokoh-tokoh masyarakat dari kedua Kelurahan. Bagian Keempat Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Pasal 6 Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi Kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan aspirasi masyarakat. Pasal 7 Dengan ditetapkannya status desa menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, kewenangan desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang berhak mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat berubah menjadi kewenangan wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten di bawah Kecamatan. Pasal 8 (1) Berubahnya status desa menjadi Kelurahan, seluruh kekayaan dan sumbersumber pendapatan desa menjadi kekayaan daerah kabupaten. (2) Kekayaan dan sumber-sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Kelurahan bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pasal 9 (1) Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang tersedia di Kabupaten. (2) Kepala Desa dan Perangkat Desa serta anggota BPD dari desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dan diberikan penghargaan yang ditetapkan dalam Peraturan Desa. BAB IV MEKANISME PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN Pasal 10 (1) Dalam hal akan melaksanakan pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan, Lurah dengan surat pengantar menyampaikan persetujuan dari tokohtokoh masyarakat kedua Kelurahan atau lebih mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan kepada Bupati melalui Camat. 5
(2) Dalam rangka menindaklanjuti usulan Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bupati membentuk Tim untuk melakukan pengkajian. (3) Berdasarkan hasil kajian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila memenuhi persyaratan, Bupati mengusulkan persetujuan kepada DPRD. (4) Atas persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bupati menerbitkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan, Penghapusan Dan Penggabungan Kelurahan. Pasal 11 (1) Perubahan status Desa menjadi Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 diusulkan oleh Pemerintah Desa atas persetujuan BPD kepada Bupati dengan tembusan Camat. (2) Atas persetujuan DPRD, Bupati menetapkan Peraturan Daerah mengenai perubahan Status Desa menjadi Kelurahan. BAB V NAMA, BATAS DAN PEMBAGIAN WILAYAH Pasal 12 Nama, luas wilayah, batas dan pembagian wilayah Kelurahan yang berasal dari pembentukan, penghapusan dan penggabungan Kelurahan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 13 Biaya yang timbul sebagai akibat berubahnya status desa menjadi kelurahan, pembentukan, penggabungan dan penghapusan Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Semarang. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan oleh Bupati. Pasal 15 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Dan Penggabungan Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 29) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 6
Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang. Diundangkan di Ungaran pada tanggal 19-10-2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEMARANG CAP TTD SOEPARTONO Ditetapkan di Ungaran pada tanggal 18-10-2006 BUPATI SEMARANG, CAP TTD BAMBANG GURITNO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 22 SERI D NOMOR 7 Diperbanyak Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM CAP TTD BUDI KRISTIONO 7
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN Bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Desa, khususnya Pasal 2 ayat (6) yang menentukan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 15 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Dan Penggabungan Kelurahan yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2000 Nomor 29, perlu ditinjau kembali. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Huruf a Huruf b Huruf c Jumlah penduduk paling sedikit 4.500 jiwa atau 900 Kepala Keluarga. Luas wilayah paling sedikit 3 Km 2. Yang dimaksud dengan bagian wilayah kerja adalah wilayah yang dapat dijangkau dalam meningkatkan pelayanan dan pembinaan masyarakat. 8
Huruf d Sarana dan prasarana pemerintahan meliputi kantor pemerintahan, memiliki jaringan perhubungan yang lancar, sarana komunikasi yang memadai dan fasilitas umum yang yang memadai. Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Yang dimaksud dengan memperhatikan aspirasi masyarakat adalah usulan disetujui paling sedikit 2 / 3 (dua pertiga) penduduk desa yang mempunyai hak pilih. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Yang dimaksud dengan dikelola oleh Kelurahan adalah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan melibatkan masyarakat Kelurahan. Ayat (1) Yang dimaksud dengan tokoh-tokoh masyarakat adalah ketua lembaga kemasyarakatan dan tokoh agama di kedua wilayah Kelurahan yang bergabung. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) 9
Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pendanaan tersebut terhitung sejak usulan masuk atau diterima oleh Tim pengkajian. BUPATI SEMARANG, CAP TTD BAMBANG GURITNO TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 17 10