21 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Ruminansia Besar, Laboratorium Lapang Kandang sapi potong, Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Biologi Hewan PPSHB IPB dan Balitnak Ciawi Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2009 sampai Desember 2009. Materi Penelitian Hewan Percobaan Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO (Peranakan Ongole) sebanyak 16 ekor berumur 2 tahun dengan bobot rata-rata 143.60±14.02 kg. Salah satu sapi PO yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Sapi yang digunakan dalam penelitian Peralatan yang digunakan antara lain kandang individu berukuran 2x1 m 2. Tiap kandang individu dilengkapi dengan tempat minum dan tempat pakan. Peralatan yang digunakan adalah sekop, timbangan pegas 25 kg dengan ketelitian 100 gram untuk menimbang pakan, timbangan digital merk RUDD WEIGHT
22 kapasitas 1 ton dengan ketelitian 0.5 kg untuk menimbang sapi, botol penampung urin, pompa vacum penyedot cairan rumen, syringe, waterbath, mikroburet, oven, labu Kjeldahl, tabung Folin-Wu, tanur, cawan Conway, labu Erlenmeyer, labu ukur, botol gelas gelap, botol polyethylene gelap, tabung EDTA, tabung film, tabung destilasi, aluminium foil, veno jack, jarum suntik, aluminium foil, dan alat sentrifuse. Peralatan yang digunakan dalam penelitian seperti Gambar 4. (a) (b) (c) Gambar 4. (a) Kandang individu, (b) Timbangan bobot badan, (c) Pompa vacum penyedot cairan rumen Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform 0.5%, HCl 6,0 N, HCl pekat 2%, Selenium mixture, NaOH 40%, NaOH 5%, asam borat 4%, mix indikator, H 2 SO 4 15%, H 2 SO 4 5%, phenylhidrazine hydrokloride 0,67%, sodium hidroksida, sodium nitroferricianida, disodium posfat heptathidrat (Na2HPO4.7H2O), botol polyethilene, NaCl 20%, amonium sulfat, larutan NaOH 0,5%, larutan HCl 0,5 N dan aquadest.
23 Ransum Bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun ransum percobaan berupa rumput lapang, konsentrat dan daun murbei. Daun murbei yang digunakan merupakan varietas Morus alba yang diperoleh dari kebun IPB dan kebun murbei Pasir Sarongge Cipanas kabupaten Cianjur dalam bentuk segar dan diberikan ke ternak sapi dalam bentuk kering giling ukuran 50 mash. Susunan ransum penelitian yang diberikan ke ternak sapi tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Susunan ransum penelitian Ransum Perlakuan Bahan/Nutrien P1 P2 P3 P4 Komposisi Bahan (%) Rumput lapang 40 40 40 40 Jagung kuning 9.6 35.58 0 0 Bungkil Kedelai 3 0 0 0 Bungkil kelapa 4.2 0 0 0 Onggok 9.6 0 0 35.4 Dedak padi 9.6 0 35.7 0 Tetes 3 3 3 3 Murbei 19.8 19.8 19.8 19.8 Garam 0.3 0.3 0.3 0.3 Urea 0.3 0.72 0.6 0.9 Premix 0.3 0.3 0.3 0.3 DCP (Dicalsium Pospat) 0.3 0.3 0.3 0.3 TOTAL 100 100 100 100 Komposisi Nutrien (%) Protein Kasar 15.12 15.06 15.05 12.51 Lemak Kasar 5.42 4.55 2.43 1.45 Serat Kasar 9.99 5.78 14.70 7.74 TDN 73.63 83 63.19 70.4 Ket: Komposisi nutrien merupakan hasil perhitungan dari data hasil analisis proksimat bahan pakan yang digunakan
24 Prosedur Pemeliharaan Sapi PO sebanyak 16 ekor dibagi menjadi 4 perlakuan dan 4 kelompok. Ternak sapi PO dipelihara dalam kandang individu selama 3 bulan. Dua minggu pertama digunakan sebagai masa adaptasi pakan (preliminary) dan pada minggu ketiga sampai minggu ke dua belas dilakukan pengamatan. Pemberian pakan 2.5-3% dari bobot badan dilakukan dua kali sehari pada pagi hari pukul 07.00-08.00 WIB dan pada sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Pakan diberikan dengan cara dicampur antara konsentrat atau murbei dengan rumput lapang, sedangkan air minum diberikan secara ad libitum. Pakan yang digunakan terdiri atas rumput lapang sebanyak 40% serta konsentrat dan tepung daun murbei sebanyak 60% dengan jumlah tepung daun murbei sebanyak 20% pada setiap perlakuan. Kandungan nutrien ransum diberikan secara iso protein. Pakan terlebih dahulu ditimbang sebelum diberikan, begitu juga dengan sisa pakan yang tidak terkonsumsi perhari. Penimbangan bobot badan ternak dilakukan setiap bulan. Pembuatan Tepung daun Murbei Daun murbei segar yang dibeli dari daerah Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat dijemur di bawah terik matahari sampai kering. Daun murbei kering digiling dengan mesin penggiling menggunakan saringan 50 mash untuk mendapatkan tepung yang homogen ukuran 1 mm. Pengambilan Feses dan Urin Pengambilan sampel feses sebanyak 5% dari total pengeluaran harian, juga dikompositkan dan ditambah bahan pengawet yaitu kloroform 0.5% dari bobot feses. Sampel dikoleksi kemudian dianalisa proksimat. Pengambilan sampel urin dilakukan dengan cara menampung urin dengan botol plastik PE yang sebelumnya telah ditambahkan HCl pekat 2% (v/v). Koleksi urin diambil sebanyak 5% kemudian disimpan dalam freezer. Sampel urin sebanyak 1% dikomposit untuk dianalisa kandungan nitrogennya.
25 Pengambilan Cairan Rumen Pengambilan cairan rumen dilakukan dengan cara disedot menggunakan pompa melalui selang kecil yang dimasukkan ke dalam rumen sapi (stomach tube). Cairan rumen yang diambil sebanyak 20 ml. Kegiatan pengambilan cairan rumen dilakukan di minggu ke 8 menjelang akhir penelitian. Metode Penelitian Perlakuan Penelitian Enam belas ekor sapi Peranakan Ongole (PO) dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok akan mendapatkan 4 perlakuan ransum secara acak, keempat perlakuan ransum tersebut adalah: P1 = Pakan hijauan berupa rumput lapang dan pakan konsentrat berupa murbei dan konsentrat komplit P2 = Pakan hijauan berupa rumput lapang dan pakan konsentrat berupa murbei dan konsentrat jagung P3 = Pakan hijauan berupa rumput lapang dan pakan konsentrat berupa murbei dan konsentrat dedak padi P4 = Pakan hijauan berupa rumput lapang dan pakan konsentrat berupa murbei dan konsentrat onggok Model Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok dengan model matematikanya sebagai berikut (Mattjik & Sumerta Jaya 2002) Yij = µ + τi + βj + εij Keterangan : i : Perlakuan j : Kelompok Yij : Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
26 µ : Nilai rataan umum τ i : Efek perlakuan ke-i βj : Efek kelompok ke-j εij : Error perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis dengan Sidik Ragam (ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Duncan (Steel & Torrie 1993). Peubah yang Diamati Berbagai macam peubah yang akan diamati dalam penelitian ini adalah pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, efisiensi pakan, Income Over Feed Cost, R-C ratio, kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, kecernaan protein kasar, serat kasar, lemak kasar, BETN, retensi nitrogen, NPU (Net Protein Utilization), nilai biologis, alantoin urin, konsentrasi VFA total dan NH 3. Pertambahan Bobot Badan Harian Pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak percobaan diperoleh dari selisih antara bobot akhir periode pengamatan dan bobot badan awal periode pengamatan dibagi lama masa pengamatan. PBBH dihitung dengan menggunakan persamaan: Keterangan: Wt : bobot ternak pada akhir periode pengamatan Wo : bobot ternak pada awal periode pengamatan t : lama waktu pengamatan Konsumsi Pakan Konsumsi pakan dihitung dari selisih pemberian dikurangi sisa. Dihitung berdasarkan jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan (kg).
27 Konsumsi pakan (kg) = Pemberian (kg) sisa (kg) Konsumsi pakan (kg/e/h) = Konsumsi selama pemeliharaan (kg/ekor) Lama Penelitian Efisiensi Pakan Efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan pakan yang dikonsumsi, dengan rumus sebagai berikut Efisiensi pakan = PBBH Konsumsi BK pakan Income Over Feed Cost (IOFC) Income over feed cost dihitung dari selisih penerimaan dengan pengeluaran. Pada penelitian IOFC penerimaan dihitung dari perkalian rataan PBBH dengan harga sapi/kg BH, sedangkan pengeluaran dihitung dari perkalian rataan konsumsi pakan as fed/ekor/hari dengan harga ransum masing-masing sapi percobaan. Perhitungan IOFC dapat dilihat pada Tabel 6. Rumus IOFC adalah: IOFC (Rp) = penerimaan (Rp) - pengeluaran (Rp) Tabel 6. Perhitungan nilai income over feed cost (IOFC) dan R-C ratio Faktor Pengamatan Perlakuan P1 P2 P3 P4 Penerimaan (Ii) I1 I2 I3 I4 Pengeluaran (Ci) C1 C2 C3 C4 IOFC (I1-C1) (I2-C2) (I3-C3) (I4-C4) R-C ratio (I1/C1) (I2/C2) (I3/C3) (I4/C4) Keterangan: Ii = penerimaan yang dihitung dari pertambahan bobot badan per harinya x harga jual sapi per kilogram bobot hidup. Ci = pengeluaran yang dihitung dari biaya pembuatan ransum setiap perlakuan x konsumsi as fed (kg/hari). R-C ratio R-C ratio diperoleh dari perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran (Tabel 6). Penerimaan diperoleh dari pertambahan bobot badan perharinya dikalikan harga jual sapi per kilogram bobot hidup sedangkan pengeluaran
28 diperoleh dari biaya pembuatan ransum setiap perlakuan dikalikan konsumsi as fed (kg/hari). Kecernaan Bahan Kering Kecernaaan bahan kering didapatkan dengan cara mengurangi bahan kering konsumsi dengan bahan kering feses lalu dibagi dengan bahan kering konsumsi, kemudian dikali seratus persen berdasarkan McDonald et al. (2002). Bahan kering konsumsi didasarkan pada hasil analisis proksimat dan bahan kering feses diukur dari hasil rata-rata pengukuran bahan kering feses selama empat hari terakhir periode penelitian. Koefisien cerna bahan kering dihitung dengan rumus : KCBK (%) = BK Konsumsi - BK feses x 100% BK Konsumsi Kecernaan Bahan Organik Kecernaaan bahan organik didapatkan dengan cara mengurangi bahan organik pakan dengan bahan organik feses lalu dibagi dengan bahan organik pakan kemudian dikali seratus persen berdasarkan McDonald et al. (2002). Koefisien cerna bahan kering dihitung dengan rumus : KCBK (%) = BO Konsumsi - BO feses x 100% BO Konsumsi Kecernaan protein kasar Kecernaan protein dapat dihitung dengan cara kandungan protein bahan yang dikonsumsi dikurangi kandungan protein feses lalu dibagi dengan kandungan protein bahan yang dikonsumsi kemudian dikali seratus persen. Protein yang dikonsumsi didasarkan pada hasil analisis proksimat bahan pakan dan protein feses diukur dari hasil rata-rata pengukuran protein feses selama lima hari terakhir periode penelitian. Koefisien cerna protein dihitung dengan rumus : Kecernaan PK (%) = Konsumsi PK - PK feses x 100% Konsumsi PK Kecernaan serat kasar Kecernaan serat dapat dihitung dengan cara kandungan serat kasar bahan yang dikonsumsi dikurangi kandungan serat kasar feses lalu dibagi dengan
29 kandungan serat kasar bahan yang dikonsumsi kemudian dikali seratus persen. Serat kasar yang dikonsumsi didasarkan pada hasil analisis proksimat bahan pakan dan serat kasar feses diukur dari hasil rata-rata pengukuran serat kasar feses selama lima hari terakhir periode penelitian. Koefisien cerna serat dihitung dengan rumus: Kecernaan SK (%) = Konsumsi SK - SK feses x 100% Konsumsi SK Kecernaan lemak kasar Kecernaan lemak dapat dihitung dengan cara kandungan lemak bahan yang dikonsumsi dikurangi kandungan lemak feses lalu dibagi dengan kandungan lemak bahan yang dikonsumsi kemudian dikali seratus persen. lemak yang dikonsumsi didasarkan pada hasil analisis proksimat bahan pakan dan lemak feses diukur dari hasil rata-rata pengukuran lemak feses selama lima hari terakhir periode penelitian. Koefisien cerna lemak dihitung dengan rumus : Kecernaan LK (%) = Konsumsi LK - LK feses x 100% Konsumsi LK Konsentrasi VFA Total Konsentrasi VFA diukur menggunakan teknik destilasi uap dengan menggunakan prinsip asam-basa (AOAC 1990). Lima mililiter supernatan (berasal dari cairan rumen sapi yang telah disentrifuge) dimasukkan ke dalam tabung destilasi, kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 15%. Dinding tabung dibilas dengan aquadest dan secepatnya ditutup dengan sumbat karet yang telah dihubungkan dengan pipa destilasi berdiameter ± 0.5 cm. Kemudian ujung pipa yang lain dihubungkan dengan alat pendingin Liebig. Tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu didih yang telah berisi air mendidih tanpa menyentuh permukaan air tersebut. Hasil destilasi berupa VFA akan tertangkap dalam labu Erlenmeyer yang telah diisi 5 ml NaOH 0.5 N. Destilat ditampung hingga mencapai ± 300 ml. Destilat yang tertampung ditambah indikator phenophtalein (PP) sebanyak 2-3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai terjadi perubahan dari warna merah
30 jambu menjadi tidak berwarna (bening). Konsentrasi VFA total diukur dengan rumus : Konsentrasi VFA total (mm) = (a-b) x N HCl x 1000/5 ml Keterangan : a = volume titran blanko (ml) b = volume titran sampel (ml) Alantoin Urin Analisis alantoin urin menggunakan metode Larson (1954). Sampel beku diencerkan, jika perlu dicentifuge pada 3000 rpm selama 15 menit. Larutan standar disiapkan pada 12, 6, 3 dan 0 mg/dl, kemudian urin diencerkan sebanyak 20 kali dengan mencampurkan 100 mikroliter urin dan 1900 mikroliter air. Dari larutan tersebut diambil sebanyak 0,4 ml lalu dimasukkan ke tabung berpenutup dan dicampurkan di dalamnya 1 ml 0,2N NaOH. Larutan dipanaskan dalam air mendidih yang telah disiapkan selama 1 menit lalu didinginkan kemudian ditambahkan dengan 1 ml campuran 0,67% phenylhydrazine hydrochloride. Dipanaskan kembali selama 2 menit lalu didinginkan. Ditambahkan ke dalam tabung sebanyak 3 ml 6.0 N HCl dan 0.5 ml larutan 1.67% ferricianida kalium. Kemudian dilakukan pembacaan pada panjang gelombang 520 nm. Larutan alantoin standar 1 mg dibuat untuk dibandingkan dengan sampel. Retensi Nitrogen Retensi Nitrogen ditentukan dengan menghitung selisih N yang dikonsumsi dengan N yang dikeluarkan bersama feses dan urin (Mumo & Allison 1960). Retensi N dapat dihitung dengan rumus: RN = Konsumsi N (N feses + N urin) Net Protein Utilization (NPU) Menurut Parakkasi (1999) NPU dapat dicari dengan rumus: NPU (%) = N intake - (N feses N urin) x 100% N intake
31 Nilai Biologis (BV) Menurut Williamson & Payne (1993) nilai biologis dapat dicari dengan rumus: BV Nitrogen (%) = N intake - (N feses N urin) x 100% N intake - N feses