LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Di dalam tubuh negara Indonesia terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

IDENTITAS NASIONAL/JATI DIRI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

Mata Kuliah Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

KEARIFAN LOKAL BUDAYA FARKAWAWIN SUKU BIAK DI DESA SYABES KECAMATAN YENDIDORI KABUPATEN BIAK NUMFOR

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. pengandaian bahwa manusia adalah individu yang hakiki memiliki sifat sosial,

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sehingga kita dapat memberikan arti atau makna terhadap tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

ESENSI DAN URGENSI IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN PEMBANGUNAN BANGSA DAN KARAKTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGATURAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan luar akan menetapkan pilihan nilai untuk dirinya dan ini berarti

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BERBAHASA DAN BERPAKAIAN MELAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

Transkripsi:

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6 Abstrak: Kearifan lokal berkaitan erat dengan manajemen sumber daya manusia. Dewasa ini, kearifan lokal mengalami tantangan-tantangan, di antaranya perkembangan teknologi yang makin pesat diikuti dengan adopsi teknologi berlebihan tanpa mempertahankan nilai-nilai lokal dapat menyebabkan transformasi nilai yang mengarah pada memudarnya budaya lokal atau kearifan lokal. Bagaimanakah kearifan lokal dari kajian manajemen dalam menghadapi pengaruh budaya luar serta proses pewarisan yang dilakukan dari generasi ke generasi, sehingga kearifan lokal yang dimiliki tetap ajeg. Kearifan lokal (local wisdom) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal dari kajian manajemen yaitu: (1) kearifan lokal bisa mewarnai budaya organisasi karena kearifan lokal dijadikan sebagai acuan, pedoman, norma dan tatakelola untuk mengembangkan organisasi, (2) kearifan lokal merupakan sumber daya atau aset yang dapat dikembangkan, potensi sosial, merupakan kekayaan intelektual, dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan, dan (3) kearifan lokal merupakan standar mutu, kearifan lokal merupakan suatu kondisi minimal yang harus dicapai oleh organisasi, seperti dari nilainilai kepribadian, adat kebiasaan, dan kearifan lokal lainnya. Kata kunci: Budaya organisasi, standar mutu, dan sumber daya. Pendahuluan Suatu daerah lebih dikenal karena kebudayaan yang dimiliki. Kebudayaan yang dimaksud adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan 6 Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. adalah staf edukatif pada Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Panji Sakti Singaraja. 92

kehidupan bermasyarakat. Setiap daerah memiliki keunikan atau kekhasan yang menjadi kebanggaan yang dijaga kelestariannya dari generasi ke generasi, seperti nilai-nilai yang dihormati, cara berpakaian, kehidupan beragama, bermasyarakat, bahasa, dan yang lainnya. Begitu khasnya keunikan yang dimiliki suatu daerah sehingga memungkinkan setiap orang dapat dikenali asal daerahnya dari dialek, tutur bahasa, cara berpakaian, serta beberapa asesoris yang dikenakannya. Selanjutnya semua keunikan, keunggulan yang dimiliki oleh suatu daerah atau etnis dikenal dengan lokal genius atau kearifan lokal. Kearifan lokal dapat disimpulkan sebagai kepribadian, identitas cultural masyarakat yang berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, dan aturan khusus yang telah teruji kemampuannya sehingga dapat bertahan secara terus menerus. Kearifan lokal pada prinsipnya benilai baik dan merupakan keunggulan budaya masyarakat setempat dan berkaitan dengan kondisi geografis secara luas. Oleh karena hakikat kearifan lokal yang demikian, maka ia akan merefleksikan kondisi Budaya Nusantara yang Bhineka Tunggal Ika. Dalam era globalisasi dengan kemajuan transportasi dan komunikasi, sangat memungkinkan untuk terjadinya interaksi dan komunikasi antar etnis, juga daerah yang memiliki kearifan lokal yang berbeda. Dalam proses interaksi tersebut tidak dapat dihindari akan terjadi tranformasi nilai. Bagaimanakah kearifan lokal dari kajian manajemen dalam menghadapi pengaruh budaya luar serta proses pewarisan yang dilakukan dari generasi ke generasi, sehingga kearifan lokal yang dimiliki tetap ajeg. Lokal Genius Pengertian kearifan lokal (local wisdom) dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, 93

local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum makna local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Local Genius sebagai Local Wisdom dalam disiplin antropologi dikenal istilah local genius. Local genius ini merupakan istilah yang mula pertama dikenalkan oleh Quaritch Wales. Para antropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius ini (lihat Ayatrohaedi, 1986), antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986). Sementara Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986) mengatakan bahwa unsur budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-cirinya adalah: 1. Mampu bertahan terhadap budaya luar. 2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. 3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli. 4. Mempunyai kemampuan mengendalikan. 5. Mampu memberi arah path perkembangan budaya. I Ketut Gobyah Thiam Berpijak pada Kearifan Lokal dalam http://www.balipos.co.id, di download 17/9/2003, mengatakan bahwa kearifan lokal (local genius) adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti 94

luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun nilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal. S. Swarsi Geriya dalam Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali dalam lun, http://wwwbalipos.co.id mengatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Kearifan lokal dengan demikian adalah nilai yang dianggap baik dan benar sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama dan bahkan melembaga. Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali dalam http://www.balipos.co.id, bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya yang bermacam-macam maka fungsinya tentu saja juga bermacam-macam. Bali Post terbitan 4 September 2003 memuat tulisan Pola Perilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi yang antara lain memberikan informasi tentang fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu: 1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam. 2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rare. 3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya: upacara saraswati, kepercayaan, dan pemujaan pura Panji. 4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan. 5. Bermakna sosial, misalnya upacara integrasi komunal/kerabat. 6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian. 7. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara ngaben dan penyucian roh leluhur. 95

8. Bermakna politik, misalnya upacara nangkluk merana dan kekuasaan patron client. Lubis (2008) menyatakan jati diri bangsa adalah watak kebudayaan (cultural character) yang berfungsi sebagai pembangunan karakter bangsa (national and character building). Dilihat dari struktur dan tingkatannya kearifan lokal berada pada tingkat culture. Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia di mana terdiri dari masyarakat yang bersifat majemuk dalam struktur sosial, budaya (multikulural) maupun ekonomi. Machfiroh (2011) mengatakan bahwa dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, maka harus diterima bahwa adanya tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai coraknya sendiri, ketiga golongan tersebut adalah sebagai berikut. (1) Kebudayaan suku bangsa (yang lebih dikenal secara umum di Indonesia dengan nama kebudayaan daerah), (2) kebudayaan umum lokal, dan (3) kebudayaan nasional. Dalam penjelasannya, kebudayaan suku bangsa adalah sama dengan budaya lokal atau budaya daerah. Sedangkan kebudayaan umum lokal adalah tergantung pada aspek ruang, biasanya ini bisa dianalisis pada ruang perkotaan di mana hadir berbagai budaya lokal atau daerah yang dibawa oleh setiap pendatang, namun ada budaya dominan yang berkembang, misalnya budaya lokal yang ada di kota atau tempat tersebut. Sedangkan kebudayaan nasional adalah akumulasi dari budaya-budaya daerah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (2009), yang pada hakikatnya menyatakan budaya lokal terkait dengan istilah suku bangsa sendiri merupakan suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan, dalam hal ini unsur bahasa adalah ciri khasnya. Lokal Genius dalam Kajian Manajemen 96

Keberadaan organisasi dan manajemen secara esensial ditujukan untuk menciptakan nilai. Kinerja total manajemen dievaluasi berdasarkan pada apakah kegiatannya menambah nilai bagi multiple stakeholders (para investor, pelanggan, dan karyawan). Dalam proses untuk mencapai tujuan yang dimaksud didasarkan pada norma dan nilai-nilai yang diyakini dan dihormati. Norma dan nilai yang dijadikan dasar pijakan oleh suatu organisasi dikenal dengan budaya organisasi. Budaya organisasi yang ada mulai dari rumah tangga, pemerintahan, dan organisasi pada umumnya mengacu pada nilai-nilai budaya yang ada di mana organisasi tersebut berada, sehingga tidak bisa terlepas dari kearifan lokal (local genius) yang ada. Budaya setiap organisasi bisa sebagian diwarnai oleh kearifan lokal, yang dikembangkan dan dijunjung tinggi yang ada di lingkungan organisasi tersebut tumbuh dan berkembang. Kearifan lokal dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan organisasi. Kearifan lokal merupakan sumber daya atau aset yang dimiliki oleh daerah yang harus dijaga keajegannya. Kearifan lokal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan masyarakat, sehingga prinsip ini mentradisi dan melekat kuat pada kehidupan masyarakat setempat. Meskipun ada perbedaan karakter dan intensitas hubungan sosial budayanya, tapi dalam jangka yang lama mereka terikat dalam persamaan visi dalam menciptakan kehidupan yang bermartabat dan sejahtera bersama. Dalam bingkai kearifan lokal ini, antar individu, antar kelompok masyarakat saling melengkapi, bersatu dan berinteraksi dengan memelihara nilai dan norma sosial yang berlaku. Keanekaragaman budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masingmasing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Di samping itu, keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang 97

perlu dilestarikan. Seiring dengan peningkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta pengaruh globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat tersebut menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Hal ini perlu dicermati karena warisan budaya dan nilai-nilai tradisional tersebut mengandung banyak kearifan lokal yang masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, dan seharusnya dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh. Namun demikian dalam kenyataannya nilai-nilai budaya luhur itu mulai meredup, memudar, dan kearifan lokal kehilangan makna substantifnya. Upaya-upaya pelestarian hanya tampak sekadar pernyataan simbolik tanpa arti, penghayatan, dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun terakhir, budaya masyarakat sebagai sumber daya kearifan lokal nyaris mengalami reduksi secara menyeluruh, dan tampak sekadar pajangan formalitas, bahkan seringkali lembaga-lembaga budaya pada umumnya dimanfaatkan untuk komersialisasi dan kepentingan kekuasaan. Kearifan lokal selain sebagai budaya organisasi dan sumber daya juga sebagai standar mutu, atau nilai mutu dalam pengembangan organisasi. Dalam proses manajemen, kearifan lokal merupakan suatu kondisi minimal yang harus dicapai oleh organisasi, seperti dari nilai-nilai kepribadian, adat kebiasaan dan kearifan lokal lainnya. Perilaku, tatacara berpakaian, sopan santun, juga ada beberapa nilai budaya yang berkaitan dengan arsitektur bangunan. Kearifan lokal dapat menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan sumber daya manusia, juga jenis produk dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Kearifan lokal dapat dijadikan sebagai suatu figur, atau peran yang ingin dilakoni dari sumber daya manusia, sehingga kearifan lokal menjadi tujuan yang ingin dicapai. 98

Penutup Kearifan lokal (local wisdom) dapat dipahami sebagai gagasangagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal dari kajian manajemen, yaitu: (1) kearifan lokal bisa mewarnai budaya organisasi sebuah organisasi karena kearifan lokal dijadikan sebagai acuan, pedoman, norma, dan tatakelola untuk mengembangkan organisasi, (2) kearifan lokal merupakan sumber daya atau aset yang dapat dikembangkan, potensi sosial dan merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan, dan (3) kearifan lokal merupakan standar mutu, kearifan lokal merupakan suatu kondisi minimal yang harus dicapai oleh organisasi, seperti dari nilai-nilai kepribadian, adat kebiasaan, dan kearifan lokal lainnya. Daftar Pustaka Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa (local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya. Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1998. Kamus Indonesia-Inggris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. http://www.balipos.co.id, di download 17/9/2003. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lubis, B.Z. (2008). Potensi Budaya dan Kearifan Lokal Sebagai Modal Dasar Membangun Jati Diri Bangsa. Dalam Jurnal Ilmu- Ilmu Sosial Vol. 9, (3), 339-346. Machfiroh, R. (2011). Revitalisasi Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pengembangan Budaya lokal (Studi Kasus Budaya Macapat di Masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah).Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Soebadio, Haryati. 1989. Pendidikan dalam Perubahan Budaya. Dalam Mimbar Pendidikan No. 3, September 1989. Bandung: IKIP Bandung. 99