BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul, pertama mencari data tentang motif Parijoto yang terkait dengan hasil alam kota Kudus yaitu tanaman Parijoto. Data yang digunakan akan memperkuat perancangan ini. Kedua, mengembangkan buah Parijoto menjadi visual batik dengan mempertahankan keunikan buah tersebut sehingga dapat menjadi motif alternatif baru dari motif batik Kudus. Perancangan motif batik alternatif baru ini dirasa penting mengingat masih sedikitnya pengembangan motif batik Kudus. Ketiga, pada proses pengerjaan dirancang dengan teknik yang berbeda tetapi masih mengandung unsur batik, sehingga motif batik akan berbeda dari perancangan motif batik Parijoto sebelumnya. B. Strategi (Langkah Dan Pemecahan) Berdasarkan analisis permasalahan maka yang menjadi permasalahan pokok adalah permasalahan visual. Beberapa strategi dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Pertama, langkah awal proyek perancangan ini mengumpulkan data berupa wawancara, observasi dan penelitian yang terkait dengan motif Parijoto. Hasil dari data ini akan menunjukan perbandingan dan kebutuhan perancangan ini dilakukan. Kedua, dipilih salah satu motif yang kurang diminati di masyarakat yaitu motif batik Parijoto. Visual dari pengembangan motif batik Parijoto ini mempertimbangkan unsur desain dan 19
20 prinsip desain. Pengembangan desain motif batik Parijoto akan mempertahankan karakter dari buah Parijoto dan arahan batik kontemporer sehingga menjadi motif batik kekinian yang modern. Penambahan motif abstrak sebagai motif pendukung menjadikan motif batik ini lebih menarik. Ketiga, teknik yang digunakan adalah teknik batik tulis karena ingin menampilkan ciri khas batik Kudus dan hasil yang berkhualitas. Penambahan pencabutan warna menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) dan remukan akan menjadikan pengerjaan teknik pada perancangan ini berbeda dari perancangan motif batik Parijoto sebelumnya. 1. Studi Literatur C. Pengumpulan Data Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data atau dokumen serta arsip yang digunakan sebagai pelengkapdata, dengan teknik ini informasi serta data bisa dijabarkan secara menyeluruh. Penulis menemukan literatur dan penelitian dari Miftahul Fuad yang berjudul Simbolisme Motif Batik Kapal Kandas, Bidadari Melisa Nuraini yang berjudul Pengenalan Motif Dan Proses Membatik Melalui Eduwisata Di Sanggar Muria Batik Kudus, Sulistiyowati Arni Maryanto yang berjudul Bentuk Dan Makna Nama Nama Motif Batik Kudus dan buku Helen Ishwara dkk yang berjudul Batik Pesisir Pustaka Indonesia, Miranti Serad Ginanjar yang berjudul Batik Kudus The Heritage. Literatur yang digunakan sebagai pelengkap data antara lain tentang batik, batik pesisir, sejarah batik Kudus, motif klasik batik Kudus, motif modern batik Kudus, tentang teknik
21 tekstil khususnya batik tulis, pewarnaan pada batik pesisiran, dan konsep perancangan. Hasil yang didapat dari studi literatur ini adalah penulis mendapatkan informasi serta data yang bisa di pelajari dan dikembangkan pada riset dan buku-buku. 2. Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dilapangan dengan melakukan tanya jawab mengenai permasalah yang dihadapi pada perancangan Tugas Akhir ini. a) Wawancara dengan Yuli Astuti seorang perancang batik, pelestari batik Kudus dan pemilik galeri Muria Batik Kudus. Dalam wawancara pembahasan yang difokuskan tentang sekilas tentang batik Kudus dan motif klasik batik Kudus. b) Wawancara dengan Ummu Asyiati, pemilik toko batik Alfa Batik. Dalam wawancara pembahasan yang difokuskan tentang batik pesisiran, batik Kudus, dan motif-motif batik Kudus. Hasil dari wawancara ini penulis mendapatkan informasi dan data tentang Batik pesisiran, sejarah batik Kudus, motif-motif batik Kudus, perkembangan motif batik di Kudus dan data tentang motif batik Parijoto. 3. Studi proses produksi Studi proses produksi merupakan proses pemecahan masalah pada teknik yang digunakan dengan hasil pengamatan terhadap teknik tekstil yang akan digunakan dalam pembuatan karya tekstil. Dalam hal ini mengumpulkan data
22 yang berhubungan dengan proses produksi batik, baik dari teknik, pewarnaan dan bahan yang akan digunakan. a) Sentra batik Kudus Alfa Batik milik Ibu Ummu Asyiati di Jalan raya barat Gribig no. 178 Kudus. Di tempat ini terdapat proses pembuatan batik cap dan batik tulis. Pewarnaan yang digunakan adalah zat warna sintetis yaitu indigosol, naftol dan rapit. Bahan yang digunakan antara lain kain primisima, prima, polisima, dolby, paris, fiscos, rayon, sutra, dan bludru. b) Muria Batik Kudus milik Yuli Astuti di Karang Malang Rt. 4/2 No. 15 Gebog Kudus yang terdapat proses pembuatan batik cap dan batik tulis. Ditempat ini menggunakan pewarna zat sintetis yaitu naftol, indigosol, dan rapit. Bahan yang digunakan antara lain kain prima, primisima, rayon, dolby dan sutra. c) Kuntjoro Batik milik Putut Widi Kuncoro di desa Plumbon Rt. 3/3 Kecamatan Mojolaban Sukoharjo yang terdapat proses pembuatan batik tulis dan sablon malam. Ditempat ini menggunakan pewarna sintetis yaitu remasol. Bahan yang digunakan antara lain kain prima, primisima, rayon dan sutra. Hasil yang didapatkan dari studi proses produksi adalah pengetahuan tentang teknik yang digunakan pada perancangan batik, baik batik tulis, catik cap maupun batik sablon malam. Dari awal mula pembuatan desain sampai menjadi sebuah produk jadi, sekaligus dapat memberikan gambaran berkaitan dengan produk yang dibuat, yaitu produk - produk kain dengan menggunakan motif
23 Parijoto yang digunakan kedalam sebuah kain sutra dengan menggunakan teknik batik tulis. Batik tulis merupakan teknik yang paling awal pada pembuatan batik. Proses pembuatan motif menggunakan teknik batik tulis inilah yang paling lama dibanding dengan proses lain, hal ini dikarenakan pembuatan corak dilakukan secara manual dengan alat bantu berupa canting, motifpun berpengaruh dalam menentukan cepat lambatnya proses batik tersebut. Dalam hal pewarnaan beberapa tempat produksi tersebut menggunakan pewarna kimia (pewarna sintetis) seperti pewarna Remazol, Indigosol dan Naphtol. D. Uji Coba Uji coba dilakukan pada pengembangan desain ini meliputi dua percobaan, yakni uji coba visual dan uji coba teknik : 1. Uji coba visual Uji coba visual dilakukan untuk mencari karakter buah Parijoto yang akan dijadikan motif batik. Untuk memberi khas batik, maka diberi isen-isen batik yang sesuai dengan karakter unsur yang diolah. Berikut adalah hasil uji coba visual tersebut :
24 Tabel 1 Uji coba komposisi visual motif NO. Buah Parijoto Sket Keterangan 1. Visual ini membentuk untaian dan gerombolan buah Parijoto dengan mengarah ke kanan. Tangkai dibuat melengkung agar tidak terkesan kaku. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm. 2. Visual ini membentuk untaian seperti sabit dengan krumunan dedaunan. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm. 3. 4. Visual ini membentuk kesan buah Parijoto terjatuh dan menyebar diatas tangkai yang melengkung. Dipadukan untaian buah Parijoto yang menjuntai keatas dan dedauan yang menjuntai kebawah. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm. Visual ini mengolah buah Parijoto bergerombol yang berjatuhan dan menyebar, sedangkan tangakainya saling menyambung dengan arahan melengkung dan penambahan sedikit dedaunan yang berada ditangkai membuat desain ini terlihat menarik. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm.
25 5. Visual ini terfokus pada untaian tangkai yang membentuk spiral dengan tangkai yang bercabang. Tangkai divisualkan seperti rantai dan goresan salur yang menjuntai kebawah. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm. 6. 7. Visual ini membentuk untaian buah Parijoto yang mengarah kebawah. Perpaduan dua untaian buah Parijoto yang bergerombolan banyak dengan kombinasi dedaunan membuat desain ini menarik. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm. Visual ini menggambarkan gerombolan buah Parijoto pada dua sisi dan perpaduan buah Parijoto dalam untaian. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm. 8. Visual ini menggambarkan penyebaran buah Parijoto dengan tangkai yang menjuntai keatas dan kebawah. Ukuran desain ini 20 cm x 30 cm.
26 Hasil dari uji coba visual ini penulis dapat mengarahkan visual motif Parijoto yang akan digunakan dalam perancangan ini.motif-motif ini juga sebagai pembanding dengan motif batik Parijoto lainnya meskipun sumber ide yang dikembangkan sama yaitu buah Parijoto. E. Gagasan Awal Perancangan Gagasan awal perancangan ini menawarkan visual batik dengan mengembangkan motif batik Parijoto. Gagasan awal ini mempertimbangkan peluang produk baru yang dihasilkan lebih fokus dalam pengolahan motif (visual). Sumber ide ini digunakan dengan mengembangkan kekayaan batik Kudus dengan pemilihan salah satu motif batik Kudus yang telah dianggap paling menarik, yaitu motif batik Parijoto yang berkaitan dengan buah Parijoto. Dari segi visualnya buah Parijotoini memiliki keunikan tersendiri dan dalam pengembangan visual buah Parijoto akan menggunakan arahan batik kontemporer sehingga dapat menjadi kekuatan desain yang mempunyai nilai pembeda yang tinggi dibandingkan dengan motif batik Parijoto sebelumnya. Teknik batik tulis dipilih untuk mengangkat kualitas dari batik Kudus. Goresan yang dihasilkan dari teknik batik tulis lebih khas dan lebih ekspresif (luwes) dan tidak ada goresan yang sama persis pada setiap perulangannya. Zat warna yang digunakan adalah zat warna sintetis (zat warna kimia) yaitu zat warna Remasol. Sedangkan bahan kain yang digunakan adalah kain sutra. Kain ini dipilih karena merupakan kain yang memiliki kualitas paling bagus, dapat menyerap warna dengan baik, memiliki tekstur kain yang halus dan mengkilap.