PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Menimbang : a. bahwa Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah. yang merupakan perwujudan hak. guna memenuhi kebutuhan hidupnya;

PROVINSI JAWA TENGAH

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : 16 TAHUN 2002 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2016 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR INDUK KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 5

PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT BAHAN GALIAN EMAS (GOLONGAN B)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2008 NOMOR 3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambaha

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENT ANG PUSAT PERDAGANGAN KAKI LIMA (PPKL) KOTA MOJOKERTO

PEMERINTAH KOTA BATU

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN TENTANG BUPATI NUNUKAN,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PEMAKAIAN FASILITAS TERMINAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR OLEH BADAN UNTUK UMUM

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 12 Tahun 2002 Seri: C

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PEMAKAIAN FASILITAS TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2015

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA SEWA MENYEWA KIOS 4 X 6

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI WILAYAH KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 29 TAHUN 2004

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 15

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

B A L A N G A N B U P A T I KABUPATEN BALANGAN YANG MAHA ESA BUPATI. budayaa. perlu. mampu. terhadap

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MALANG. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN PEDAGANG KAKI LIMA MUSIMAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah mempunyai tanggungjawab untuk menjamin ketersediaan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi setiap pedagang kaki lima didaerahnya, agar tercipta kesejahteraan bagi pedagang kaki lima; b. bahwa jumlah pedagang kaki lima diwilyah Kabupaten Merangin yang terus bertambah sehingga dapat mengganggu ketertiban, kebersihan, keindahan dan kelancaran lalu lintas; c. bahwa untuk memberikan arah, landasan dan kepastian Hukum kepada pihak terkait dalam penataan pedagang kaki lima, maka diperlukan pengaturan tentang penataan pedagang kaki lima; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pedagang Kaki Lima. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom di Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25) sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung (Lembaran Negara 1

Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2755); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MERANGIN dan BUPATI MERANGIN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud : 1. Daerah adalah Kabupaten Merangin. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Merangin. 4. Pedagang Kaki Lima yang selanjutnya disebut PKL adalah orang yang menjalankan kegiatan usaha dagang dan/ atau jasa dalam jangka waktu tertentu dengan mempergunakan sarana atau perlengkapan usaha yang mudah dipindahkan dan/ atau dibongkar pasang baik yang menempati lahan fasilitas umum atau tempat-tempat lain. 5. Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan kepentingan umum, social, estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permendagri Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan PKL). 2

6. Lahan Fasilitas Umum adalah lahan yang dipergunakan untuk fasilitas umum sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. 7. Fasilitas Umum adalah lahan, bangunan dan peralatan atau perlengkapan yang dipergunakan oleh masyarakat umum. 8. Izin penggunaan lokasi adalah surat izin yang dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha PKL di Daerah. 9. Lokasi PKL yang selanjutnya disebut lokasi adalah tempat untuk menjalankan usaha PKL yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang berada di lahan fasilitas umum atau tempat-tempat lain, kecuali daerah lingkungan Pasar dan Terminal. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup dalam Peraturan Daerah ini meliputi : a. kegiatan usaha PKL; b. perizinan c. tata letak, ukuran, bentuk, peralatan dan waktu; d. hak, kewajiban dan larangan; dan e. pembinaan dan pengawasan. BAB III KEGIATAN USAHA PKL Pasal 3 (1) Kegiatan usaha PKL dapat dilakukan pada lokasi dan waktu yang telah ditentukan, dengan mempertimbangkan kepentingan umum, Rencana Tata Ruang Daerah, Keindahan, Kebersihan, ketertiban dan Keamanan Masyarakat dan Daerah. (2) Lokasi yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut : a. disamping trotoar pada jalan-jalan dan jam-jam tertentu; b. alun-alun; c. tempat parkir yang dimiliki Pemerintah Daerah pada jam tertentu; 3

d. pekarangan, tanah milik perorangan dan e. tempat-tempat lainnya yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenanai penunjukan usaha PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB IV PERIZINAN Pasal 4 (1) PKL yang akan melakukan kegiatan usaha, wajib memiliki izin penggunaan lokasi dari Bupati. (2) Untuk memperoleh izin penggunaan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PKL harus mengajukan permohonan yang ditujukan kepada Bupati melalui Pejabat yang ditunjuk. (3) Pemohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh PKL dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. Photo copy kartu tanda penduduk yang telah dilegalisir oleh Lurah/Kepala Desa setempat; b. Surat pernyataan tidak akan memperdagangkan produk/barang yang dilarang menurut Hukum yang berlaku; c. Surat pernyataan belum memiliki tempat usaha; d. Surat pernyataan kesanggupan untuk menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan dan keindahan serta fungsi fasilitas umum; e. Surat pernyataan kesanggupan untuk mengembalikan atau mengosongkan lokasi usaha tanpa syarat apapun apabila Pemerintah Daerah akan mempergunakan untuk kepentingan umum; f. Surat persetujuan dari pemilik/kuasa hak atas bangunan/tanah apabila di daerah milik jalan dan atau persil; g. Surat persetujuan dari pemilik/pengelola fasilitas umum, apabila menggunakan fasilitas Pasal 5 (1) Izin penggunaan lokasi diberikan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak permohonan diajukan. (2) Dalam hal permohonan izin penggunaan lokasi belum memenuhi persyaratan, Bupati melalui Dinas Terkait wajib 4

mengembalikan permohonan izin penggunaan lokasi paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya permohonan. (3) PKL harus menyampaikan kembali permohonan izin penggunaan lokasi yang telah dilengkapi paling lama 7 (tujuh) hari sejak dikembalikannya permohonan. Pasal 6 (1) Setiap PKL hanya dapat memiliki 1 (satu) Izin Usaha. (2) Izin usaha berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali setelah memenuhi persyaratan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum sebelum masa berlakunya habis. (3) Izin penggunaan lokasi dapat dipindahtangankan kepada pihak lain dengan persetujuan Bupati. (4) Bupati dalam memberikan izin penggunaan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berdasarkan lokasi yang telah ditetapkan. BAB V TATA LETAK, UKURAN, BENTUK PERALATAN DAN WAKTU Pasal 7 (1) Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, PKL harus mematuhi mengenai tata letak, ukuran, bentuk peralatan kegiatan usaha. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata letak, ukuran, bentuk peralatan kegiatan usaha diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 8 (1) Waktu berjualan yang dibolehkan untuk PKL yaitu : a. Jam 06.00 Wib sampai jam 12.00 Wib. b. Jam 16.00 sampai jam 24.00 Wib. c. Jam 24.00 sampai jam 06.00 Wib. (2) Ketentuan mengenai penetapan waktu sesuai dengan jam yang dibolehkan ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB VI 5

Setiap PKL berhak: HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN Pasal 9 a. Memperoleh informasi yang akuran mengenai prencanaan Penataan PKL yang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah daerah. b. Menempati dan melakukan kegiatan usaha di lokasi PKL dilokasi yang telah ditetapkan. c. Mendapatkan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang baik. d. Memperoleh jaminan kepastian usaha; dan e. Memperoleh perlindungan Hukum, bimbingan, penyuluhan dan pemberdayaan yang baik dari pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahtraan dan kemajuan usahanya. Setiap PKL wajib: Pasal 10 a. Menjaga dan memelihara ketertiban, keamanan, kesehatan, kebersihan dan keindahan serta fungsi fasilitas umum; b. mengatur penempatan barang dagangan dengan rapi dan tidak membahayakan keselamatan umum serta tidak melebihi batas tempat usaha yang menjadi haknya; c. memasang tanda bukti izin pada sarana/perlengkapan PKL; d. mematuhi semua ketentuan yang ditetapkan dalam Izin PKL; e. membayar retribusi sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah; f. membongkar atau memindahkan sarana prasarana kegiatan usaha setelah berakhirnya waktu kegiatan usaha; dan g. mengosongkan tempat usaha apabila Pemerintah Daerah mempunyai kebijakan lain atas lokasi PKL tanpa meminta ganti kerugian. Setiap PKL dilarang: Pasal 11 a. melakukan kegiatan usaha dengan tempat usaha yang bersifat menetap; b. mendirikan bangunan yang permanen atau semi permanen di lokasi PKL; 6

c. Merusak dan merubah bentuk trotoar, fasilitas umum dan atau bangunan sekitarnya dan; d. melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan permasalahan kebersihan, keindahan, kesehatan, ketertiban, keamanan dan kenyamanan serta pencemaran lingkungan; e. melakukan usaha dilokasi ruang terbuka hijau, taman kota, daerah milik jalan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; f. Tidak boleh melakukan kegiatan PKL di depan Perkantoran Pemerintah/Swasta selama 1x24 jam. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah wajib melakukan pembinaan kepada PKL yang berada dilokasi usaha berupa bimbingan dan penyuluhan, serta pemberdayaan yang dilakukan secara berkelanjutan. (2) Bmbingan dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. Meningkatkan penguasaan manajemen usaha; b. Memperkuat mental berusaha; c. Menigkatkan kreatifitas; dan d. Memberikan pemahaman upaya pemeliharaan likasi usaha yang baik. (3) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. Meningkatkan bantuan modal usaha; b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil usaha atau jenis barang yang didagangkan; 7

c. Mengarahkan PKL untuk menjadi wira usaha yang mandiri. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan, serta pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 13 (1) Pengawasan terhadap kegiatan usaha PKL dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani urusan dibidang penyelenggaraan ketertiban umum. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pasal 1 (satu) dilaksanakan dengan melakukan pemantauan terhadap lokasi dan tempat yang menjadi objek secara berkelanjutan. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14 PKL yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),Pasal 8, Pasal 10 dan Pasal 11 dikenakan sanksi administrasi berupa: a. Peringatan tertulis sampai 3 kali dengan tenggang waktu masing-masing 7 (tujuh) hari jam kerja; b. Pembongkaran atau Penutupan tempat usaha; dan/atau c. Pencabutan izin. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 16 Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Merangin. 8

Ditetapkan di Bangko Pada tanggal 2014 BUPATI MERANGIN, ttd AL HARIS Diundangkan di Bangko pada tanggal 04 Februari 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MERANGIN, ttd H. SIBAWAIHI, S.Pd,ME. PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19600201 198101 1 003 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014 NOMOR 03 Salinan Sesuai Dengan Aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM FEBDA YENDA, SH. MM Nip. 19641218 1999803 1 003 PENJELASAN ATAS PERATURAN KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KABUPATEN MERANGIN 9

I. PENJELASAN UMUM Sejak ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Tentang Penataan Pedagang Kaki Lima mengingat perkembangan dewasa ini, maka perlu diatur dengan Peraturan Daerah tersebut diatas. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 (satu) cukup jelas Pasal 2 (dua) cukup jelas Pasal 3 (tiga) cukup jelas Pasal 4 (empat) cukup jelas Pasal 5 (lima) cukup jelas Pasal 6 (enam) cukup jelas Pasal 7 (tujuh) cukup jelas Pasal 8 (delapan) cukup jelas Pasal 9 (sembilan) cukup jelas Pasal 10 (sepuluh) cukup jelas Pasal 11 (sebelas) cukup jelas Pasal 12 (dua belas) cukup jelas Pasal 13 (tiga belas) cukup jelas Pasal 14 (empat belas) cukup jelas Pasal 15 (lima belas) cukup jelas Pasal 16 (enam belas) cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 10