BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem. pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem

BAB I PENDAHULUAN. sampai berakhirnya kehidupan di muka bumi ini. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. menuntut kita untuk mengimbangi dengan ilmu pengetahuan yang modern. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, karena salah satu faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa itu terletak

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. macamnya, maka masalah-masalah kehidupan itu pun muncul dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan potensi diri menjadi kompetensi yang beragam, harus

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. inovatif. Mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini ditandai dengan ilmu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan. keluarga, sekolah, maupun masyarakat. 2

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode- metode tertentu sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak aspek yang harus diperbaiki secara terus-menerus. Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 2 Keberhasilan. kualitas sumber daya manusia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penguasaan IPTEK oleh masyarakat Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. 2 Dengan demikian, pendidikan. berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi tersebut bisa berlangsung di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan. Pendidikan bertanggungjawab atas terciptanya generasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1. Adapun tujuan pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu sarana strategis untuk meningkatkan kualitas bangsa, karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003 disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecenderungan, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperuntukkan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang jelas dalam pendidikan nasional menyebabkan hilangnya peran vital di dalam pendidikan nasional yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sitem pendidikan nasional. Undang- 1 A. R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: PT rineka Cipta, 2006), hal. 14 2 Wahidmurni, Pengembangan Kurikulum IPS & Ekonomi di Sekolah/Madrasah, (Malang: UIN- Maliki Press, 2010), hal. 17

2 undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global. Lebih lanjut dalam pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah: 3 Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesert didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Disini sudah jelas akan disebutkan pendidikan di indonesia tinggal implikasinya dengan mengupayakan semaksimal mungkin. Pendidikan adalah proses/usaha bimbingan secara sadar dari pendidik kepada anak didik/peserta didik terhadap perkembangan kearah kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan. 4 Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir maupun batin. 5 Pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan 3 Wahidmurni, Pengembangan Kurikulum IPS & Ekonomi di Sekolah/Madrasah, (Malang: UIN- Maliki Press, 2010)., hal. 17 4 Yusuf, Buku Ajar Ilmu Pendidikan, (Pusat Penerbitan dan Publikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, 2000), hal. 6-7 5 Hatimah, dkk, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan,( Jakarata: Universitas

3 disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. 6 Seorang siswa mendapatkan banyak nilai di sekolah yang akan terbawa dan tercermin terus dalam tindakan siswa di kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan asumsi ini, dapat disimpulkan bahwa seorang guru mempunyai peranan sangat besar untuk ikut membina kepribadian siswanya. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilainilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. 7 Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respon secara alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisma yang bersifat temporer, seperti Terbuka, 2009), hal. 1.34-1.35 6 Ahmadi dan Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hal. 70 7 Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 32

4 kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya. 8 Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. 9 Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral. Sejalan dengan itu, belajar dapat difahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. 10 Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di 8 Baharuddin dan Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 14 9 Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal.4 10 Sagala, Konsepdan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal 11-12

5 garisan terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para siswa di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan siswa yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual.dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. 11 Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. 12 Untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang visioner dan mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan inovatif. Diperlukan perubahan model, metode, dan strategi pembelajaran yang sedemikian rupa memberikan nuansa yang menyenangkan bagi guru dan peserta 11 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 40 12 Ibid., hal. 37

6 didik. apa yang dikenal dengan sebutan Quantum Learning dan Quantum Teaching, pada hakikatnya adalah mengembangkan suatu model, metode dan strategi pembelajaran yang seefektif mungkin dalam suasana yang menyenangkan dan penuh gairah serta bermakna. 13 Membangkitkan minat belajar pada siswa sehingga belajar menjadi sebuah hobi tampaknya menjadi aspek penting yang harus ditumbuh kembangkan kepada siswa, baik oleh orang tua maupun guru. 14 Untuk dapat mengajar siswa dengan baik, guru harus memahami bagaimana cara mengemas kurikulum dan pelajaran yang diajarkan agar mampu membuat siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. 15 Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. 16 Suatu pembelajaran akan bermakna bagi siswa jika guru mengetahui tentang obyek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi. Demikian halnya dengan pembelajaran Al-Qur an Hadis di Sekolah Dasar. Seorang Guru MI perlu memahami tujuan dan esensi pendidikan 13 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).,hal. 41 14 Naim, Dasar-dasar Komunikasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 93 15 Komite Pendidikan Guru, Guru yang Baik di Setiap Kelas: Menyiapkan Guru Brkualitas Tinggi yang Layak Mengajar Anak-Anak Kita, (Anggota IKAPI: Indeks, 2009), hal. 30 16 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal.34

7 Al-Qur an Hadis. Pada dasarnya tujuan dari pendidikan Al-Qur an Hadis adalah untuk mendidikan dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 17 Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan Al-Qur an Hadis, sebaiknya penyelenggara pendidikan Al-Qur an Hadis mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. 18 Dan banyak hal yang perlu diketahui anak dalam pembelajaran Al-Qur an Hadis di sekolah MI. Agar pembelajaran Al-Qur an Hadis lebih bermakna bagi siswa sehingga mereka dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat supaya siswa dapat aktif mengikuti pembelajara dengan baik yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga lebih bermakna. Salah satu model yang dapat diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Karena dengan pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya 17 Solihatin dan Raharjo, Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hal. 15. 18 ibid., hal.1.

8 dengan siswa lain sehingga dapat melatih mental siswa untuk belajar bersama dan berdampingan, menekan kepentingan individu dan mengutamakan kepentingan temannya. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Bern dan Erickson dalam Kokom mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. 19 Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarakan kepada orang lain. 20 Adapun salah satu dari beberapa metode pembelajaran kooperatif adalah model Jigsaw. Model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan siswa 19 Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hal. 62 20 Zaini, Munthe, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hal. 56

9 bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri 21. Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelola informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya. Berdasarkan observasi pendahuluan terhadap siswa IV MI Birul Ulum Sumberjo Sanan Kulon Blitar, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Al-Qur an Hadis, salah satunya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi-materi yang diajarkan oleh guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya yaitu: 1) siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan karena munculnya rasa bosan dengan metode pembelajaran yang monoton yaitu lebih banyak didominasi oleh guru, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan hasil belajar menjadi relative rendah, 2) cara mengajar guru kurang menarik, 3) dalam proses belajar mengajar selama ini hanya sebatas pada upaya menjadikan anak mampu dan terampil membaca dan mengerjakan soal-soal yang ada sehingga pembelajaran 21 Belajar psikologi.com di akses 07 April 2015

10 yang berlangsung kurang bermakna dan terasa membosankan bagi siswa 22. Berdasarkan masalah itulah saya sebagai peneliti menawarkan metode Jigsaw agar anak tidak merasa bosan dan anak didik bisa dengan mudah memahami pelajaran yang diajarkan khususnya pada mata pelajaran Al-Qur an Hadis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraiakan di atas, maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw mata pelajaran Al-Qur an Hadis dengan pokok Hukum Bacaan Idgham dan Iqlab pada siswa kelas IV MI Birul Ulum Sumberjo Sanankulon Blitar 2014/2015? 2. Bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw mata pelajaran Al-Qur an Hadis dengan pokok bahasan Hukum Bacaan Idgham dan Iqlab pada siswa kelas IV MI Birul Ulum Sumberjo Sanankulon Blitar 2014/2015? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 22 Observasi Pribadi di Kelas IV MI Bi rul Ulum Sumberjo Sanankulon Blitar, tanggal 27 April 2015

11 1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw mata pelajaran Al-Qur an Hadis dengan Hukum Bacaan Idgham dan Iqlab pada siswa kelas IV MI Birul Ulum Sumberjo Sanankulon Blitar 2014/2015. 2. Mendiskripsikan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw mata pelajaran Al-Qur an Hadis dengan pokok bahasan Hukum Bacaan Idgham dan Iqlab pada siswa kelas IV MI Birul Ulum Sumberjo Sanan Kulon Blitar 2014/2015. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tentang penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah : 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan ilmu pendidikan, menambah literatur khususnya tentang ilmu pendidikan dan pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar Al-Qur an Hadis. 2. Manfaat praktis a. Bagi Lembaga MI Bi rul Ulum Bagi Kepala MI Birul Ulum Sumberjo Sanan Kulon Blitar Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kebijakan dalam menyusun program pembelajaran yang lebih baik dan sebagai motivasi dalam proses pembelajaran.

12 Bagi Guru MI Birul Ulum Sumberjo Sanan Kulon Blitar Dengan dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, guru dapat mengidentifikasi kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan dapat memvariasi model pembelajaran yang lebih kreatif dalam membantu siswa meningkatkan hasil belajar khususnya dalam mata pelajaran Al-Qur an Hadis. Bagi siswa MI Birul Ulum Sumberjo Sanan Kulon Blitar Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat: 1) Menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk belajar lebih giat dalam mata pelajaran Al-Qur an Hadis. 2) Meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Al-Qur an Hadis. 3) Mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar mata pelajaran Al- Qur an Hadis. b. Bagi peneliti selanjutnya/pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat : 1) Menambah pengetahuan yang dimiliki peneliti selanjutnya/pembaca dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut penelitian ini. 2) Menyumbang pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. 3) Menambah wawasan dan sarana tentang berbagai metode pembelajaran yang kreatif dan tepat untuk anak usia sekolah

13 dasar dalam meningkatkan kemampuan dan kualitas peserta didik. c. Bagi Perpustakaan IAIN Tulungagung Dengan diadakan penelitian ini, maka hasil yang diperoleh diharapkan dapat berguna untuk dijadikan bahan koleksi dan referensi juga menambah literatur dibidang pendidikan sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bacaan bagi mahasiswa lainnya. E. Definisi Istilah Kooperatif learning adalah belajar melalui kegiatan bersama Jigsaw adalah kegiatan belajar dengan cara bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama Hasil belajar suatu hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas di mana terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu. Al-Qur an Hadist adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu ayat dalam Al-qur an / Hadist atau hukum bacaan (tata cara membaca Alqur an) dengan baik dan benar F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami skripsi yang akan disusun nantinya, maka peneliti memandang perlu mengemukaakan sistematika pembahasan skripsi. Skripsi ini nantinya akan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut :

14 Bagian awal terdiri dari : Halaman sampul, Halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar table daftar lampiran, dan abstrak. Bagian inti terdiri dari lima babdan masing masing bab terdiri dari sub sub bab, antara lain : Bab I Pendahuluan, meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Kajian Pustaka, meliputi : kajian teori (Kajian tentang model pembelajaran kooperatif, kajian tentang model jigsaw, kajian tentang Alqur an Hadis, dan kajian tentang prestasi belajar), penelitian terdahulu, hipotesis tindakan, dan kerangka pemikiran. Bab III Metode penelitian, meliputi : jenis penelitian, lokasi dan subyek, penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, indikator keberhasilan tindakan, dan prosedur penelitian. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, meliputi : Deskripsi hasil penelitian (Paparan data/ siklus, temuan penelitian), dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup meliputi : Kesimpulan dan rekomendasi/saran. Bagian akhir terdiri dari Daftar rujukan, lampiran lampiran.