KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : SK.289/VI-BPHA/2007 TENTANG PENETAPAN JATAH PRODUKSI KAYU BULAT NASIONAL PERIODE TAHUN 2008 YANG BERASAL DARI IUPHHK-HA/HPH DI SETIAP PROVINSI DIREKTUR JENDERAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.388/Menhut-VI/2007 tanggal 15 November 2007 tentang Penetapan Rencana Produksi Kayu Bulat Secara Nasional Periode Tahun 2008 yang Berasal dari Pemanfaatan Hutan Produksi Alam yang Dibebani IUPHHK yang Sah, telah ditetapkan rencana produksi nasional sebesar 9.100.000 m3 (sembilan juta seratus ribu meter kubik), dengan toleransi kelebihan volume sebesar 5 % (lima persen); b. bahwa berdasarkan AMAR KETIGA Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.388/Menhut-VI/2007 tanggal 15 November 2007 tersebut memerintahkan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan untuk mengatur dan menetapkan pembagian rencana produksi hasil hutan kayu pada hutan alam periode tahun 2008 kepada masing-masing provinsi seluruh Indonesia dengan berpedoman pada rencana produksi sebagaimana dimaksud dalam AMAR PERTAMA Keputusan Menteri tersebut; c. bahwa dalam rangka jatah produksi kayu bulat nasional periode tahun 2008 pada setiap provinsi di seluruh Indonesia tersebut perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 jo. Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan; 3. Undang...
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan; 8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 31/P Tahun 2007; 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 90 Tahun 2006; 10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor 17 Tahun 2007; 11. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 4795/Kpts-II/2002 tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari pada Unit Pengelolaan ; 12. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 88/Kpts-II/2003 tentang Kriteria Potensi Hutan Alam pada Hutan Produksi yang dapat dilakukan Pemanfaatan Hutan Secara Lestari; 13. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 149/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Penilaian Kelangsungan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam; 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005, tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Nomor P.17/Menhut-II/2007; 15. Peraturan...
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.30/Menhut-VI/2005 tentang Standar Sistem Silvikultur pada Hutan Alam Tanah Kering dan atau Hutan Alam Tanah Basah/Rawa; 16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2007 jo. Nomor P.40/Menhut-II/2007 tentang Rencana Kerja dan Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem Pada Hutan Produksi; 17. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.388/Menhut-VI/2007 tanggal 15 November 2007 tentang Penetapan Rencana Produksi Hasil Hutan Kayu Secara Nasional Periode Tahun 2008 yang Berasal dari Pemanfaatan Hutan Produksi Alam yang Dibebani IUPHHK yang Sah. M E M U T U S K A N : Menetapkan PERTAMA KEDUA KETIGA : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN TENTANG PENETAPAN JATAH PRODUKSI KAYU BULAT NASIONAL PERIODE TAHUN 2008 YANG BERASAL DARI IUPHHK-HA/HPH DI SETIAP PROVINSI : Menetapkan jatah produksi kayu bulat secara nasional periode tahun 2008 yang berasal di setiap provinsi di Seluruh Indonesia, kecuali provinsi-provinsi di Pulau Jawa, menjadi sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini. : Jatah produksi di setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA, merupakan acuan Dinas Provinsi yang diserahi tanggung jawab di bidang kehutanan untuk pengendalian produksi kayu bulat dari IUPHHK-HA/HPH secara nasional. : Menugaskan kepada Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggungjawab dibidang kehutanan untuk mengatur/menetapkan pembagian jatah produksi tahunan kepada masing-masing pemegang IUPHHK-HA/HPH dengan mempedomani jatah produksi tahunan untuk masing-masing provinsi sebagaimana ditetapkan pada Lampiran Keputusan ini. KEEMPAT
KEEMPAT : Perhitungan penetapan jatah produksi hasil hutan kayu untuk masing-masing IUPHHK-HA/HPH periode Tahun 2008 dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Jatah produksi hasil hutan kayu secara nasional untuk periode Tahun 2007 serta realisasinya; b. Pemegang IUPHHK-HA/HPH yang telah mendapatkan Sertifikat Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (S-PHAPL), baik berdasarkan skema voluntary maupun mandatory, dapat diberikan target produksi sesuai kemampuan riil masing-masing IUPHHK-HA/HPH yang bersangkutan; c. Pemegang IUPHHK-HA/HPH yang melaksanakan model Silvikultur TPTI Intensif (SILIN) dapat diberikan target produksi sesuai kemajuan penanaman masing-masing IUPHHK-HA/HPH yang bersangkutan; d. Toleransi pemberian Jatah Produksi Tahunan (JPT) maksimum 5% dari JPT RKUPHHK 10 tahunan yang telah disahkan atau mempedomani JPT RKL bagi RKUPHHK yang belum disahkan atau mempedomani RKUPHHK selama jangka yang telah disahkan dari masing-masing IUPHHK-HA/HPH. KELIMA KEENAM KETUJUH : Dalam hal terdapat sisa jatah produksi di masing-masing provinsi yang terjadi karena sesuatu sebab pemegang IUPHHK/HPH tidak diberikan izin kegiatan Tahun 2008, maka sisa jatah produksi dari provinsi yang bersangkutan dikembalikan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan untuk pengaturan lebih lanjut. : Apabila dalam tahun 2008 terdapat penerbitan IUPHHK-HA/HPH baru dan atau pembaharuan IUPHHK termasuk IUPHHK yang diterbitkan oleh Bupati/Gubernur yang telah diverifikasi Departemen Kehutanan, maka Rencana Produksi bagi IUPHHK dimaksud akan ditetapkan secara periodik setiap 4 (empat) bulan sekali oleh Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. : Apabila terjadi penyimpangan pendistribusian Jatah Produksi Tahunan kepada masing-masing IUPHHK-HA/HPH, maka kepada pejabat yang bertanggung jawab mengatur/menetapkan pembagian JPT akan dikenakan sanksi sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 oleh Gubernur yang bersangkutan. KEDELAPAN
KEDELAPAN : Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan tanggungjawab dibidang kehutanan wajib melaporkan perkembangan realisasi pemberian jatah produksi kepada pemegang IUPHHK/HPH sebagaimana pada diktum KETIGA paling lambat tanggal 5 (lima) setiap bulan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. KESEMBILAN : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 27 Desember 2007. Salinan sesuai aslinya Kepala Bagian Hukum dan Humas, Ttd HARI BUDIANTO, SH, MH. NIP. 080057821 DIREKTUR JENDERAL, ttd Dr. Ir. HADI S. PASARIBU, M.Sc NIP. 080044005 Salinan Keputusan ini disampaikan kepada: 1. Menteri Kehutanan; 2. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan; 3. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan; 4. Gubernur di seluruh Indonesia; 5. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 6. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi di seluruh Indonesia; 7. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia; 8. Kepala Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi di seluruh Indonesia.
Lampiran : Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : SK.289/VI-BPHA/2007 Tanggal : 27 Desember 2007 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN TENTANG PENETAPAN RENCANA PRODUKSI HASIL KAYU BULAT NASIONAL PERIODE TAHUN 2008 YANG BERASAL DARI IUPHHK-HA/HPH DI SETIAP PROVINSI No. PROVINSI RENCANA PRODUKSI TERBILANG (M3) 1 NAD 35.000 (Tiga puluh lima ribu) meter kubik 2 Sumatera Utara 75.000 (Tujuh puluh lima ribu) meter kubik 3 Sumatera Barat 125.000 (Seratus dua puluh lima ribu) meter kubik 4 Riau 150.000 (Seratus lima puluh ribu) meter kubik 5 Jambi 60.000 (Enam puluh ribu) meter kubik 6 Sumatera Selatan - - 7 Bengkulu - - 8 Bangka Belitung - - 9 Lampung - - 10 Bali - - 11 Nusa Tenggara Barat - - 12 Nusa Tenggara Timur - - 13 Kalimantan Barat 525.000 (Lima ratus dua puluh lima ribu) meter kubik 14 Kalimantan Tengah 1.850.000 (Satu juta delapan ratus lima puluh ribu) meter kubik 15 Kalimantan Selatan 65.000 (Enam puluh lima ribu) meter kubik 16 Kalimantan Timur 2.425.000 (Dua juta empat ratus dua puluh lima ribu) meter kubik 17 Sulawesi Utara 30.000 (Tiga puluh ribu) meter kubik 18 Gorontalo 85.000 (Delapan puluh lima ribu) meter kubik 19 Sulawesi Tengah 145.000 (Seratus empat puluh lima ribu) meter kubik 20 Sulawesi Tenggara 90.000 (Sembilan puluh ribu) meter kubik 21 Sulawesi Barat 125.000 (Seratus dua puluh lima ribu) meter kubik 22 Sulawesi Selatan - - 23 Maluku 325.000 (Tiga ratus dua puluh lima ribu) meter kubik 24 Maluku Utara 325.000 (Tiga ratus dua puluh lima ribu) meter kubik 25 Papua 1.230.000 (Satu juta dua ratus tiga puluh ribu) meter kubik 26 Papua Barat 1.435.000 (Satu juta empat ratus tiga puluh lima ribu) meter kubik J U M L A H 9.100.000,00 (Sembilan juta seratus ribu) meter kubik Salinan sesuai aslinya Kepala Bagian Hukum dan Humas, ttd DIREKTUR JENDERAL, ttd HARI BUDIANTO, SH, MH. Dr. Ir. HADI S. PASARIBU, M.Sc NIP. 080044005