SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN (27)

dokumen-dokumen yang mirip
SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (20)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERBANKAN (14)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEJAHATAN ANTAR WILAYAH (12)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KORUPSI (19)

SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA KEAMANAN NEGARA DAN SEPARATIS (08)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SKEMA SERTIFIKASI PETUGAS PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAKSANA PEMBERDAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT DOMPET DHUAFA Madya 2

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi Manajer Energi

Lembaga Sertifikasi Profesi Himpunan Ahli Konservasi Energi. SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI OKUpasi AUDITOR Energi

LSP Teknologi Informasi Indonesia

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

LSP Teknologi Informasi Indonesia

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI TRANSMISI/JARINGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PEMELIHARAAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

SUPERVISOR PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

JUDUL SKEMA: PENGEMBANG APLIKASI WEB

MANAJER PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

S O P PEMBERIAN SERTIFIKAT KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK JALAN

SKEMA SERTIFIKASI Analisa Laboratorium Kimia

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PROSES SERTIFIKASI

SKEMA SERTIFIKASI AHLI KESELAMATAN JALAN

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK LANSEKAP

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG PEMELIHARAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN SUB BIDANG PDKB GI / GITET

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PELAYANAN TEKNIK

BAB I P E N D A H U L U A N

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

{B,NSP. [rs 028) SKEMA SERTIFIKASI PETAKSANA LAPANGAN PEKERIAAN JATAN RIST KDIKTI 20L6 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAIUAT

WALIKOTA MAKASSAR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI KLASTER PELAYANAN PERAWATAN MEDIKAL BEDAH DOMPET DHUAFA

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN MUTU 1. RUANG LINGKUP

MEMUTUSKTKN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA TERAMPIL. BAB I KETENTUAN UMUM

PANDUAN UJI KOMPETENSI

MEMUTUSKAN : PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG SERTIFIKASI DAN REGISTRASI TENAGA AHLI. BAB I KETENTUAN UMUM.

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 134/KMA/SK/IX/2011 TENTANG SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN HIDUP

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PANDUAN UJI KOMPETENSI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PANDUAN UJI KOMPETENSI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

PANDUAN UJI KOMPETENSI

*B,NSP. (rl 002) ESTIMATOR BIAYA JALAN SKEMA SERTIFIKASI RIST KDIKTI. zol6 NEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

{3NSP. (rs 006) TEKNISI IABORATORIUM BETON SKEMA SERTIFIKASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. aaoan XASb{A! acrnffiast PioaEst

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

\-- SKEMA SERTIFIKASI KLASTER

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2/ BNSP/VIII/2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN UJI KOMPETENSI

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 2 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PANDUAN UJI KOMPETENSI

{3NSP B OAN r{asroaaat terfi Ft (ASt PROfEsr

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERLUASAN DAN PENGURANGAN RUANG LINGKUP SERTIFIKASI

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TENTANG PEMANGGILAN

Transkripsi:

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN (27) JAKARTA, 21 MARET 2016 1

MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SKEMA SERTIFIKASI PENYIDIK DAN PENYIDIK PEMBANTU TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN Disusun berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memberikan tugas dan wewenang kepada Ka LSP Polri untuk melaksanakan sertifikasi Penyidik dan Penyidik Pembantu Tindak Pidana Pertambangan. Skema ini dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan sertifikasi profesi Penyidik dan penyidik Pembantu di bidang Tindak Pidana Pertambangan. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : Maret 2016 KEPALA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI Disahkan di : Jakarta pada tanggal : Maret 2016 KA LSP POLRI Dr. ANANG ISKANDAR, S.I.K., S.H., M.H. KOMISARIS JENDERAL POLISI Drs. FIANDAR KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63050899 Menyetujui, a.n. KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KALEMDIKLAT Drs. SYAFRUDDIN, M.Si. KOMISARIS JENDERAL POLISI Nomormor Dokumen : Nomormor Salinan : Status Distribusi : Terkendali Takterkendali 2

1. LATAR BELAKANG Kepastian hukum yang biasanya dipertentangkan dengan keadilan, sesungguhnya mengandung unsur keadilan itu sendiri. Dalam proses penegakan hukum di Indonesia tentunya sudah seharusnya searah dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu yang terdapat dalam Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Dalam proses penegakan hukum dengan memperhatikan ekonomi kerakyatan dan turut menciptakan ketertiban dunia serta perdamaian abadi, khususnya dalam penyelidikan dan penyidikan di bidang Tindak Pidana Pertambangan. Kewenangan dan wewenang Penyidik membawa konsekuensi pada prinsip Negara Hukum, yaitu Negara memerlukan suatu lembaga yang dibebani tugas untuk menegakkan hukum dimaksud, agar hukum tetap dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat. Fungsi penegakan hukum secara universal adalah menjamin ditaatinya norma-norma yang berlaku sehingga masyarakat menjadi tentram, terjaga dari segala ancaman dan gangguan yang datangnya dari masyarakat sendiri.konsep dasarnya adalah segala kesulitan yang dirasakan oleh masyarakat, maka masyarakat berhak menuntut kepada penyelenggara keamanan dan ketertiban umum, sebagai tanggungjawab pemerintah.semua ini ditujukan dalam rangka menjamin keamanan, ketertiban dan ketentraman bagi masyarakat, sehingga pada gilirannya dapat menjamin kelangsungan/kelestarian masyarakat dalam negara. Wewenang Penyidik dan Penyidik Pembantu dalam tindak pidana Pertambangan adalah melakukan penyelidikan berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a KUHAP dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), dan ayat (2) KUHAP. Hal ini memberikan makna bahwa tugas dan wewenang Penyelidik dan Penyidik untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan ketentuan undang-undang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang Penyelidik dan Penyidik. Wewenang pada pasal di atas sebagai bagian tugas dari penegak hukum yang mengandung makna adanya norma perintah. Makna norma perintah tersebut implikasi hukumnya adalah bersifat harus/wajib dipatuhi, jika tidak dipatuhi maka akan menimbulkan sanksi hukum. Hanya saja sanksi hukumnya tidak jelas jika tidak dipatuhinya perintah undang-undang tersebut, yaitu Pasal 18 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia RI Nomor: 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian 3

Negara RI yang menyatakan bahwa guna kepentingan umum, pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri, dalam Pasal 18 ayat (2) Undang Undang Republik Indonesia RI Nomor 2 Tahun 2002 hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Artinya, alat ukur untuk kewenangan sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu dalam bertindak harus mempunyai sertifikasi sebagai Penyidik dan Penyidik Pembantu. Oleh karena itu, perlu disusun Skema Sertifikasi Penyidik atau Penyidik pembantu dengan bidang tugas penyidikan di bidangtindak Pidana Pertambangan. Skema sertifikasi ini akan dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan sertifikasi kompetensi Penyidik atau Penyidik Pembantu. 2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI Ruang lingkup Skema Sertifikas Penyidik atau penyidik pembantu ini meliputipenyidik/penyidik Pembantu Tindak Pidana Pertambangan. Ruang lingkup skema sertifikasi ini berisi persyaratan proses sertifikasi sebagai berikut: a. Metode penilaian untuk sertifikasi awal dan sertifikasi ulang b. Kriteria untuk sertifikasi awal dan sertifikasi ulang c. Kriteria untuk pembekuan dan pencabutan sertifikat 3. TUJUAN SERTIFIKASI 3.1. Untuk organisasi 3.1.1. Membantu organisasi meyakinkan kepada stakeholder bahwa pelaksanaan tugas organisasi dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang kompeten. 3.1.2. Memastikan organisasi mendapatkan personil yang kompeten. 3.1.3. Memastikan dan meningkatkan produktivitas kerja. 4

3.2. Untuk personel 3.2.1. Membantu personel meyakinkan kepada organisasi/stakeholder bahwa dirinya kompeten dalam bekerja. 3.2.2. Membantu memastikan dan memelihara kompetensi kerja untuk meningkatkan percaya diri personel. 3.2.3. Membantu personel dalam mengukur tingkat pencapaian kompetensi kerja dalam pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan Tindak Pidana Pertambangan. 3.2.4. Membantu personel dalam memenuhi persyaratan regulasi. 3.2.5. Membantu pengakuan kompetensi kerja lintas sektoral. 3.2.6. Memberikan legitimasi bagi personel yang ditunjuk dalam pelaksanaan tugassebagai penyidik dan penyidik pembantu Tindak Pidana Pertambangan. 4. ACUAN NORMATIF 4.1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) 4.2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) 4.3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 4.4 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral 4.5 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 4.6 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 4.7 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 4.8 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan 4.9 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan 5

4.10 Peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Laksana Kegiatan Usaha Pertambangan Dan Usaha Batubara 4.11 Peraturan pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang perubahan peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Laksana Kegiatan Usaha Pertambangan Dan Usaha Batubara 4.12 Peraturan pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang perubahan kedua atas perubahan Peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Laksana Kegiatan Usaha Pertambangan Dan Usaha Batubara 4.13 Peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang wilayah pertambangan 4.14 Peraturan pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan Dan Penyelengaraan Pengolahan Usaha Pertambangan, Mineral Dan Batubara 4.15 Peraturan pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Rekelamasi Dan Pasca Tambang 4.16 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral Dan Batubara 4.17 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengutataan Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batu Bara Untuk Kepentingan Dalam Negeri 4.18 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Dan Batubara 4.19 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral 4.20 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral 6

4.21 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 20 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Peningkatan Nilai Tam Bah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral 4.22 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral Di DalamNegeri 4.23 Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana 5. KEMASAN/PAKET KOMPETENSI KERJA 5.1. Jenis Kemasan: Klaster 5.2. Rincian Unit Kompetensi Penyidik Tindak Pidana Pertambangan adalah anggota Polri yang ditugaskan sebagai penyidik dan penyidik pembantu di bidang Tindak Pidana Pertambangan. Unit Kompetensi Penyidikan Tindak Pidana Pertambangan meliputi : NO. KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI 1. RSK.PT04.001.01 Melaksanakan Kegiatan Penyelidikan Tindak Pidana Pertambangan 2. RSK.PT04.002.01 Merencanakan Penyidikan Tindak Pidana Pertambangan 3. RSK.PT04.003.01 Melakukan Kegiatan Upaya Paksa dalam Penyidikan Tindak Pidana Pertambangan 4. RSK.PT04.004.01 Melaksanakan Pemeriksaan Saksi, Ahli dan Tersangka Tindak Pidana Pertambangan 5. RSK.PT04.005.01 Melaksanakan Penyelesaian Perkara Penyidikan Tindak Pidana Pertambangan 6. RSK.PT04.006.01 Melakukan Penyerahan Tersangka dan Barang Bukti Tindak Pidana Pertambangan. 7. RSK.PT04.007.01 Melakukan Penghentian Penyidikan Tindak Pidana Pertambangan. 7

6. PERSYARATAN 6.1. Persyaratan dasar pemohon sertifikasi 6.1.1. Memiliki SK Penyidik 6.1.2. Direkomendasikan oleh kepala satuan kerja untuk mengikuti uji kompetensi 6.1.3. Memiliki Sertifikat Kompetensi Penyidik Umumatau direkomendasikan kompetenterhadap kompetensi Penyidik Umumdari asesor. 6.1.4. Telah mengikuti Dikbangspes dan/atau pelatihan di bidang penyidikan Tindak Pidana Pertambangan. 6.2. Persyaratan asesor dalam uji kompetensi 6.2.1. Memiliki sertifikat asesor kompetensi. 6.2.2. Memiliki sertifikat kompetensi teknis. 6.2.3. Asesor Penyidik Polri yang sudah purnabakti dapat melakukan uji kompetensi dengan menyatakan kesediaannya 6.2.4. Memiliki Surat Perintah Tugas melakukan uji kompetensidari Ka LSP Polri. 7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT 7.1. Hak peserta sertifikasi 7.1.1. Peserta sertifikasi yang dinyatakan kompeten dalam asesmen pada semua unit kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi dapat dijadikan dasar penugasan sebagai penyidik/penyidik pembantu bidang Tindak Pidana Pertambangan 7.1.2. Mempunyai hak banding jika dalam proses uji kompetensi ada yang merasa dirugikan. 7.2. Kewajiban Peserta Sertifikasi 7.2.1. Memenuhi semua persyaratan administrasi asesmen. 7.2.2. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan asesmen. 7.2.3. Mematuhi peraturan dalam proses asesmen. 8

8. BIAYA SERTIFIKASI Biaya sertifikasi bersumber dari APBN atau sumber lain yang sah secara hukum dan bersifat tidak mengikat. Biaya sertifikasi mencakup: 8.1. Tahap persiapan 8.1.1. Biaya rapat persiapan. 8.1.2. Biaya ATK termasuk penggandaan soal. 8.1.3. Biaya penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan uji kompetensi. 8.2. Tahap pelaksanaan 8.2.1. Biaya akomodasi dan transportasi 8.2.2. Honor panitia dan asesor 8.2.3. Biaya rapat komite 8.2.4. Biaya cetak sertifikat 8.2.5. Biaya pendistribusian sertifikat 8.3. Tahap pembuatan laporan 8.3.1. Biaya penyusunan laporan 8.3.2. Biaya pencetakan dan penggandaan laporan 8.3.3. Biaya pengiriman laporan 9. PROSES SERTIFIKASI 9.1. Proses pendaftaran 9.1.1. Permohonan Permohonan sertifikasi dilakukan melalui surat permohonan dari kepala satuan kerja dengan melampirkan: a. Foto copy SK Penyidik b. Foto copy ijazah pendidikan umum terakhir. c. Keputusan penempatan padafungsi Reskrim. d. Foto copy ijasah/sertifikat/surat keterangan pendidikan kejuruan dan atau pendidikan dan pelatihan Tindak Pidana Pertambangan. e. Foto copy surat perintah tugas pada fungsi Reskrim sebagai penyidik dan penyidik pembantutindak Pidana Pertambangan. f. Daftar riwayat hidup. g. Surat rekomendasi dari kepala satuan kerja. h. Pas photo berwarna 3x4 = 2 lembar, 4x6 = 2 lembar. 9

9.1.2. Verifikasi a. Panitia sertifikasi melakukan penelitian terhadap berkas/ persyaratan yang diajukan oleh pemohon meliputi : - Keaslian - Kecukupan - Kesesuaian dokumen persyaratan dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan. b. Apabila dokumen persyaratan calon peserta sertifikasi belum memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan atau tidak sesuai dengan ruang lingkup uji kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan ditolak sebagai peserta sertifikasi. c. Apabila dokumen persyaratan calon peserta sertifikasi sesuai dengan ruang lingkup kompetensi yang diajukan maka yang bersangkutan diterima sebagai peserta sertifikasi. 9.1.3. Persiapan uji kompetensi a. Penentuan Tempat Uji Kompetensi (TUK). b. Penunjukan asesor kompetensi dan panitia uji kompetensi. LSP Polri menugaskan Tim Asesor untuk melakukan uji kompetensi sesuai dengan skema dan rencana uji kompetensi. c. Penyiapan Materi Uji Kompetensi (MUK). 9.2. Proses Asesmen 9.2.1. Proses asesmen dilaksanakan berdasarkan jadwal yang ditetapkan, menerapkan metoda dan prosedur asesmen sesuai yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2.2. Apabila ada perubahan skema sertifikasi yang mengharuskan asesmen tambahan, LSP Polri mendokumentasikan dan tanpa diminta menyediakan akses publik tentang metoda dan prosedur yang diperlukan untuk melakukan verifikasi agar para pemegang sertifikat memenuhi persyaratanyang diubah. 10

9.2.3. Untuk menjamin verifikasi persyaratan skema sertifikasi, asesmen direncanakan dan disusun secara obyektif dan sistematis dengan bukti terdokumentasi untuk memastikan kompetensi peserta. 9.2.4. Untuk menjamin setiap asesmen sah dan adil, LSP Polri melakukan verifikasi metoda untuk asesmen peserta sertifikasi. 9.2.5. LSP Polri melakukan verifikasi dan menyediakan kebutuhan khusus peserta sertifikasi, dengan alasan dan sepanjang integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan aturan yang berlaku di lingkungan Polri. 9.2.6. LSP Polri akan mempertimbangkan hasil penilaian dari badan atau lembaga lain berkaitan dengan portofolio peserta sertifikasi, LSP Polri menjamin bahwa tersedia laporan, data dan rekaman yang menunjukkan bahwa hasil-hasilnya setara, dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam skema sertifikasi. 9.2.7. Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti Valid, Asli, Terkini dan Memadai (VATM), direkomendasikan kompeten dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM direkomendasikan untuk mengikuti uji kompetensi. 9.3. Proses uji kompetensi 9.3.1. Pengisian formulir asesmen mandiri dan konsultasi pra asesmen. 9.3.2. Penilaian uji kompetensi dapat dilakukan dengan cara: tertulis, lisan, simulasi/praktek di tempat kerja atau Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang disimulasikan seperti tempat kerja. 9.3.3. Uji kompetensi dilaksanakan di TUK tempat kerja atau ditempat lain yang telah diverifikasi sesuai dengan skema sertifikasi. 9.3.4. Uji kompetensi dilaksanakan oleh asesor kompetensi yang kompeten sesuai dengan ruang lingkup skema sertifikasi. 9.3.5. Rekomendasi hasil uji kompetensi diputuskan oleh asesor kompetensi dan dilaporkan ke LSP. 9.3.6. Pembuatan rekomendasi dan laporan a. Setelah melakukan uji kompetensi maka asesor memberikan rekomendasi terhadap hasil pelaksanaan asesmen. 11

b. Berdasarkan hasil uji kompetensi yang dilaksanakan oleh asesor kompetensi peserta direkomendasikan atau tidak direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. c. Asesor kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen kepada panitia uji kompetensi. d. Panitia mengecek kelengkapan berkas uji kompetensi. e. Panitia uji kompetensi melaporkan hasil pelaksanaan asesmen kepada Ka LSP Polri. 9.4. Keputusan Sertifikasi 9.4.1. Keputusan sertifikasi kepada peserta sertifikasi dilakukan oleh LSP Polri melalui rapat komite sertifikasi yang dilaksanakan oleh komite sertifikasi LSP Polri. 9.4.2. LSP Polri akan melakukan verifikasi dokumen rekaman asesmen berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses asesmen dan menetapkan status kompetensi sesuai skema sertifikasi. 9.4.3. LSP Polri memberikan sertifikat kepada semua peserta yang dinyatakan kompeten sesuai dengan skema sertifikasi. 9.4.4. Sertifikat kompetensi kerja berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal penerbitannya dan dapat diperpanjang, selama pemegang sertifikat masih bertugas di fungsi reskrim Polri (Penyidikan). 9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat 9.5.1. Pembekuan dan pencabutan sertifikat dilakukan kepada pemegang sertifikat bilamana: a. Melanggar ketentuan pemegang sertifikat. b. Melanggar ketentuan disiplin, kode etik profesi Polri dan melakukan tindak pidana. c. Sudah tidak bertugas pada fungsi Reskrim Polri(Penyidikan). 9.5.2. Selama pembekuan sertifikat, pemegang sertifikat diwajibkan mengikuti program pembinaan yang ditetapkan oleh satuan kerja pada fungsi Reskrim Polri (penyidikan). 12

9.5.3. Setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak berhak menggunakan sertifikat tersebut. 9.6. Pemeliharaan sertifikasi/surveillance 9.6.1. Surveillance minimal dilakukan sekali dalam jangka waktu masa berlaku sertifikat kompetensi. 9.6.2. Surveillance dilaksanakan dengan memonitor kinerja pemegang sertifikat. 9.7. Proses Sertifikasi Ulang/Perpanjangan 9.7.1. Persyaratan sertifikasi ulang. Sertifikat kompetensi dapat diperpanjang sebelum masa berlakunya berakhir dengan persyaratan: a. Dua bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir, kasatker mengajukan surat permohonan perpanjangan sertifikat kompetensi. b. Melampirkan surat rekomendasi dari kepala satuan kerja pemegang sertifikat kompetensi. c. Melampirkan sertifikat kompetensi asli yang akan diperpanjang. d. Melampirkan fotocopy Logbook (catatan penugasan selama memegang sertifikat) dilampiri bukti pendukung. e. Pas photo berwarna 3x4 = 2 lembar, 4x6 = 2 lembar. 9.7.2. Persyaratan sertifikasi ulang sama dengan persyaratan awal sertifikasi. 9.7.3. Proses sertifikasi ulang dilaksanakan dengan cara melakukan asesmen yang didasarkan pada laporan kinerja. 9.8. Penggunaan Sertifikat 9.8.1. Sertifikat hanya berlaku di lingkungan Polri. 9.8.2. Sertifikat dapat digunakan sebagai dokumen pendukung usulan promosi ke tingkat jabatan berikutnya. 9.8.3. Penyidik atau Penyidik pembantu Tindak Pidana Pertambangan yang disertifikasi harus menandatangani pernyataan untuk: 13

9.8.3.1. mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema sertifikasi; 9.8.3.2. membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan; 9.8.3.3. tidak menggunakan sertifikasi yang dapat mencemarkan LSP Polri, dan tidak membuat pernyataan terkait sertifikasi yang dianggap menyesatkan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan; 9.8.3.4. menghentikan penggunaan semua pengakuan atas sertifikasi apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan mengembalikan sertifikat ke LSP Polri; 9.8.3.5. tidak menggunakan sertifikat dengan cara yang menyesatkan. 9.9. Banding 9.9.1. LSP Polri akan menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan kajian, dan membuat keputusan terhadap banding secara konstruktif, tidak berpihak dan tepat waktu. 9.9.2. Penjelasan mengenai keputusan hasil penanganan banding dapat diketahui publik. 14