BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dasar. Menteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan saja tetapi lebih menekankan pada proses penemuan. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR REDAKSI... ii

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya penelitian dan pengembangan, keterbatasan penelitian pengembangan,

I. PENDAHULUAN. dapat ditempatkan pada siswa kelas rendah (yaitu:siswa kelas I, II dan III) KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik) dijelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nita Awalita Sundari, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL DI SMKN 4 BANDUNG

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

Kata kunci: Model, Pembelajaran Tematik, Pengalaman

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

MASALAH-MASALAH PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS III SEKOLAH DASAR (STUDI KASUS DI SDN TANJUNGREJO 5 KOTA MALANG)

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2 Kemampuan belajar peserta didik dapat berkembang dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Mengembangkan kemampuan peserta didik dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran dengan mata pelajaran lain dalam satu tema. Alasannya adalah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS 1 SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Percaya diri membuat seseorang menjadi lebih optimis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. afektif atau perubahan perilaku dan Kompetensi yang ingin dicapai adalah

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengalaman langsung dan nyata. Model ini memberi contoh bagi guru di kelas awal SD untuk menyusun

PRAKTIKALITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA ADABIAH 2 PADANG

Oleh: Supardi SDN 2 Watulimo, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan. dipertanggungjawabkan (Rusman, 2012:251).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang berada pada tahap operasional konkret, yaitu peserta didik yang berada pada usia 7-11 tahun (Rusman, 2010:251). Pada tahap ini peserta didik memiliki karakteristik yang meliputi: (1) masih memandang segala sesuatunya secara keutuhan (holistik), (2) proses belajarnya masih dengan hal-hal konkret yang sesuai dengan apa yang dilihat dan dialaminya (konkret), dan (3) anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks (hierarkis). Pada fase operasional konkret ini peserta didik memandang segala sesuatunya masih secara keutuhan (holistik) pada proses belajaranya, sehingga peserta didik membutuhkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangannya. Pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik Sekolah Dasar adalah dengan menerapkan model pembelajaran terpadu melalui Pendekatan Pembelajaran Tematik, karena melalui pembelajaran tematik peserta didik dapat belajar memahami konsep sederhana secara utuh dan tidak terpisah-pisah. Pembelajaran tematik berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas RI) nomor 22 tahun 2006 yang tercantum pada bab II tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum yang mengatakan bahwa Pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Landasan yuridis tersebut sesuai dengan karakteristik 1

2 Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar, sehingga Peserta didik mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya melalui pembelajaran tematik. Berdasarkan informasi yang didapat dari koran Kompas online tanggal 14 Maret 2013, diketahui bahwa rencana kurukulum 2013 Peserta didik SD akan diterapkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik. Tujuan pelaksanaan kurikulum 2013 adalah untuk memperbaiki sistem pendidikan yang sudah ada dengan menitikberatkan pada ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pelaksanaan kurikulum 2013 ini dengan mengintegrasikan mata pelajaran IPA dan IPS ke dalam mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, Matematika dan Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan pembelajaran tematik (Muhammad Nuh dalam harian kompas, 14/03/2013). Dari informasi tersebut, maka semakin mendukung adanya penerapan pembelajaran tematik pada peserta didik Sekolah Dasar. Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik, karena dalam pembelajaran tematik peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari secara utuh dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Berbeda jika guru menerapkan pembelajaran berbasis mata pelajaran, karena peserta didik akan mendapatkan materi pelajaran secara terpisah-pisah. Pembelajaran tematik sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas rendah dan jika model ini diterapkan maka akan mempengaruhi kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, saat ini pembelajaran pada kelas rendah di SD Muhammdiyah 8 Dau Kabupaten Malang

3 masih melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbasis mata pelajaran. Guru menganggap bahwa pembelajaran dengan berbasis mata pelajaran lebih mudah dan lebih efisien, sehingga peserta didik lebih banyak mendapatkan materi pelajaran secara spesifik dan juga lebih memudahkan guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Guru mengatakan pernah mencoba melaksanakan pembelajaran tematik, namun hasilnya tidak sesuai dengan KKM yang diharapkan. Guru mengalami hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, sehingga guru kembali menerapkan kegiatan pembelajaran dengan berbasis mata pelajaran. Guru kelas rendah di SD Muhammadiyah 8 Dau Kabupaten Malang juga menggunakan buku modul dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) mata pelajaran yang berisi ringkasan materi dan kumpulan soal yang dibeli dari penerbit, bukan LKS yang disusun mandiri oleh guru. Hal ini dikarenakan guru menganggap bahwa dengan menggunakan LKS mata pelajaran maka dapat mempermudah peserta didik untuk menguasai konsep mata pelajaran. Penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran tematik pada kelas rendah di Sekolah Dasar pernah dilakukan oleh Sri Wahyuni (2012) dengan judul Penerapan Metode Berdagang untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar IPA pada Pembelajaran Tematik Peserta didik Kelas II SD Muhammadiyah 08 Dau Kabupaten Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan kemampuan belajar IPA pada siklus I dengan nilai rata-rata 80% menjadi 100% pada siklus II. Sedangkan nilai rata-rata hasil tes kemampuan bahasa adalah 66,4% pada siklus I meningkat menjadi 94,5% pada siklus II. Faktor keberhasilan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu adalah penggunaan metode yang sesuai serta media yang mendukung. Sri

4 Wahyuni (2012) dalam penelitianya menggunakan media Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai media yang mendukung kegiatan pembelajaran. LKS yang digunakan dalam penelitiannya adalah LKS mata pelajaran yang disusun secara mandiri oleh peneliti tersebut, bukan LKS yang berisi beberapa mata pelajaran yang mendukung tema. Meskipun LKS yang digunakan sudah relevan dan mampu meningkatkan hasil pembelajaran tematik, namun peserta didik menerima materi pelajaran secara terpisah karena peneliti menyusun LKS berdasarkan mata pelajaran. Oleh karena itu perlu adanya LKS yang mampu menggabungkan beberapa mata pelajaran sekaligus, sehingga peserta didik mendapatkan materi pelajaran secara utuh (holistik). Rusman (2011:260) mengatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh sejauh mana guru membuat perencanaan pembelajaran yang berkenaan dengan penentuan tema, pemilihan metode dan penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus mendukung kegiatan peserta didik, karena peserta didik membutuhkan objek nyata dalam kegiatan pembelajaran agar mendapatkan pengalaman langsung. Media alternatif yang dapat digunakan adalah Lembar Kegiatan Siswa yang dapat dijadikan panduan dalam kegiatan pembelajaran. Lembar Kegiatan Siswa (student worksheet) merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan terprogram (Depdikbud dalam Trianto, 2009:212). Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teori dan atau praktik. Suyitno dalam Pengembangan LKS (2012:3) juga menerangkan bahwa Lembar kegiatan

5 Siswa (LKS) adalah bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menunjang kepada pencapaian indikator melalui Berbuat (Hands on Activity) dan Berfikir (Minds on Activity) sehingga peserta didik memperoleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS), maka peserta didik akan lebih mudah dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada kelas rendah di Sekolah Dasar juga membutuhkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk memperlancar proses pembelajaran. LKS yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik adalah LKS terpadu atau LKS terintegrasi. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:801) mengatakan bahwa terintegrasi adalah sesuatu yang dipadukan menjadi satu kebulatan yang utuh. Dari pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) terintegrasi adalah LKS yang berisi panduan belajar peserta didik dari gabungan beberapa materi pelajaran, sehingga menjadi lembar kegiatan yang bermakna. Alasan penggunaan LKS terintegrasi ini adalah karena pembelajaran tematik merupakan penggabungan dari beberapa materi pelajaran dengan tema tertentu, sehingga LKS yang akan digunakan juga harus mendukung guru dan peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik yang disebut LKS terintegrasi tersebut. Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan LKS terintegrasi dapat meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Penelitian ini menerapkan pembelajaran tematik pada kelas IIA di SD Muhammadiyah 08 Dau Kabupaten Malang, agar peserta didik mendapatkan

6 pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangannya. pada penelitian ini menerapkan pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPA yang diintegrasikan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan SBK ke dalam sebuah tema yaitu tentang Gejala Alam yang disesuaikan dengan kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran yang diintegrasikan tersebut pada tahun ajaran semester genap kelas II. Meskipun dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA, namun juga memfokuskan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran lain yang dipadukan dalam satu tema. Pelaksanaan pembelajaran tematik ini akan lebih efektif dan efisien karena guru dapat menyampaikan beberapa mata pelajaran pada waktu yang bersamaan. Pembelajaran tematik mengarahkan peserta didik untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik dapat belajar sambil melakukan (learning by doing). Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada media yang digunakan. Peneliti menggunakan media LKS terintegrasi yang berisi gabungan beberapa mata pelajaran yang dikemas secara utuh dan menarik. Penggunaan LKS terintegrasi memang sesuai diterapkan dalam pembelajaran tematik kelas rendah di Sekolah Dasar, karena dalam pembelajaran tematik peserta didik diajari untuk berperan aktif dan mengamati langsung objekobjek yang akan dipelajari. Peserta didik akan mendapatkan materi dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan menjadi satu keutuhan dalam satu LKS, sehingga LKS terintegrasi mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik. Penelitian ini menggunakan LKS terintegrasi sebagai panduan peserta didik untuk mengerjakan tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam

7 melakukan pengamatan/percobaan sederhana pada materi IPA dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi kenampakan matahari pada pagi, siang dan sore hari. Penelitian ini tidak hanya memfokuskan pada peningkatan hasil belajar IPA, namun juga mengintegrasikan mata pelajaran yang lain yaitu Bahasa Indonesia dan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) agar terjadi kepaduan yang utuh pada satu kegiatan pembelajaran tematik yang diharapkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk menerapkan pembelajaran tematik dengan materi utama pelajaran IPA yang berjudul Penggunaan LKS Terintegrasi dalam Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas II A di SD Muhammadiyah 08 Dau Kabupaten Malang. B. Fokus Masalah Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang pendeskripsian penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan LKS Terintegrasi untuk meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik kelas IIA SD Muhammadiyah 08 Dau Kabupaten Malang. C. Rumusan Masalah Berdasarkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran Tematik yang telah di uraikan pada latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pembelajaran menggunakan LKS terintegrasi dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada peserta didik kelas II A SD Muhammadiyah Dau Kabupaten Malang?

8 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menggunakan LKS terintegrasi dalam pembelajaran tematik pada peserta didik kelas II A SD Muhammadiyah 8 Kabupaten Malang? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan penggunaan LKS terintegrasi dalam pembelajaran tematik untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada peserta didik kelas II A SD Muhammadiyah Dau Kabupaten Malang. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada peserta didik kelas II A SD Muhammadiyah 08 Kabupaten Malang melalui penggunaan LKS terintegrasi dalam pembelajaran tematik. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Peneliti mendapatkan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran tematik materi IPA dengan menggunakan LKS terintegrasi serta dapat meningkatkan kompetensi sebagai calon pendidik 2. Bagi Guru SD Dapat dijadikan sebagai pengalaman dan bahan pengajaran dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran model tematik menggunakan LKS terintegrasi. 3. Bagi Sekolah Dapat digunakan sebagai referensi dan pengambilan kebijakan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006.

9 4. Bagi peserta didik Peserta didik dapat memperoleh materi pembelajaran secara holistik yang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya, sehingga dapat memahami konsep materi secara sederhana F. Batasan Istilah 1. Lembar Kegiatan Siswa (student worksheet) merupakan lembaran yang berisi pedoman bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan terprogram (Depdikbud dalam Trianto, 2009:212). Sedangkan Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:801) mengatakan bahwa terintegrasi adalah sesuatu yang dipadukan menjadi satu kebulatan yang utuh. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) terintegrasi adalah LKS yang berisi panduan belajar peserta didik dari gabungan beberapa materi pelajaran, sehingga menjadi lembar kegiatan yang bermakna. 2. Pembelajaran Tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (Depdiknas, 2006: 5). Pada penelitian ini mengintegrasikan mata pelajaran IPA, Bahasa Indonesia, Matematika dan SBK dalam satu tema yaitu gejala alam, namun peneliti hanya memfokuskan mata pelajaran IPA. 3. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan (Soediarto dalam Solihatin, 2012:6)

10 4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2010: 136-137)