BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kulon Progo yang memiliki 8 dukuh, yaitu Dhisil, Giyoso, Kidulan,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. diastolic (Agrina, et al., 2011). Hipertensi sering dijumpai pada orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MANAJEMEN HIPERTENSI: AKTIVITAS FISIK DAN DIET DASH PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SALAMREJO

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.


BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. 1


BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pola penyakit yang ada di Indonesia saat ini telah. mengalami pergeseran atau sedang dalam masa transisi

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

KOSALA JIK. Vol. 1 No. 2 September 2013

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami peningkatan tekanan. Tekanan darah dihasilkan dari kekuatan darah dalam mendorong dinding pembuluh darah arteri yang dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan, semakin keras jantung harus memompa. Hipertensi yang dibiarkan tidak terkendali dapat menyebabkan serangan jantung, pembesaran jantung, dan akhirnya gagal jantung (World Health Organization, 2013). Menurut WHO (2013) angka prevalensi hipertensi di dunia dengan batasan berusia 25 tahun terdiagnosa hipertensi mengalami peningkatan dari 600 juta pada tahun 2008 menjadi 1 miliar pada tahun 2013. Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) mengalami penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% pada tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan (RISKESDAS, 2013). Data survei dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 menunjukkan bahwa Provinsi Yogyakarta masuk dalam lima besar provinsi dengan kasus hipertensi terbanyak dengan jumlah 35,8% diatas rata-rata seluruh Indonesia yaitu 31,7% (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 1

2012). Data laporan dari Survailans Terpadu Penyakit (STP) ditingkat puskesmas di Yogyakarta pada tahun 2013, hipertensi menempati urutan kedua setalah influenza dalam sepuluh distribusi penyakit dengan kunjungan terbanyak (Dinkes Provinsi DIY, 2015). Menurut RI SKESDAS (2013), prevalensi kejadian hipertensi di Kabupaten Kulon Progo pada usia 18 tahun berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan, minum obat dan wawancara memiliki angka yang paling tinggi diantara 4 kabupaten lainnya di DIY. Kejadian hipertensi di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kulon Progo dari tahun 2012 sampai 2014, insiden hipertensi mengalami kenaikan dari 31.561 kasus pada tahun 2012 menjadi 35.938 kasus pada tahun 2013, kemudian naik menjadi 49.286 kasus pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kulon Progo, 2015). Prevalensi hipertensi yang meningkat menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang semakin tinggi karena hipertensi merupakan penyebab utama peningkatan risiko penyakit stroke dan jantung (Puspita & Haskas, 2014). Sejak tahun 1997 data menunjukkan bahwa pola kematian di rumah sakit di DIY mulai menunjukkan pergeseran dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, dan penyakit tidak menular tersebut Kejadian hipertensi di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan kasus hipertensi dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kulon Progo dari tahun 2012 sampai 2014, insiden hipertensi mengalami kenaikan dari 31.561 kasus pada tahun 2012 menjadi 35.938 kasus pada tahun 2

2013, kemudian naik menjadi 49.286 kasus pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kulon Progo, 2015). Prevalensi hipertensi yang meningkat menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang semakin tinggi karena hipertensi merupakan penyebab utama peningkatan risiko penyakit stroke dan jantung (Puspita & Haskas, 2014). Sejak tahun 1997 data menunjukkan bahwa pola kematian di rumah sakit di DIY mulai menunjukkan pergeseran dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular, dan penyakit tidak menular tersebut menjadi dominasi penyebab kematian di DIY. Analisis tiga tahun terakhir dari data seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan penyakit-penyakit kardiovaskuler seperti penyakit hipertensi, jantung, dan stroke menempati urutan paling tinggi penyebab kematian dan jumlah kematiannya juga meningkat dari tahun ke tahun (Dinas Kesehatan DIY, 2015). Manajemen hipertensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara non farmakologi. Cara mengontrol hipertensi secara non farmakologi diantaranya adalah mengontrol pola makan, mengurangi asupan garam, melakukan manajemen stres, serta melakukan aktivitas fisik (Sudjaswandi, et al., 2003 dalam Khomarun, et al., 2014). Aktivitas fisik apapun yang dilakukan akan melatih kerja jantung dan pernafasan, sehingga tercapai kondisi yang rileks. Kondisi yang rileks dihasilkan dari senyawa beta endorphin yang dihasilkan saat kecepatan detak jantung dan pernafasan meningkat. Aktivitas fisik yang sederhana, seperti berjalan selama 10 menit setiap hari dapat menurunkan tekanan darah 3

sebanyak 12,9 poin pada orang dengan hipertensi (Kurniadi & Nurrahmani, 2014). Aktivitas fisik yang baik dan rutin akan melatih otot jantung dan menurunkan tahanan perifer, merangsang pelepasan hormon endorfin yang menimbulkan efek euphoria dan relaksasi otot sehingga tekanan darah tidak meningkat (Sase, 2013). Manajemen hipertensi secara non farmakologi lainnya adalah diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yaitu diet yang terbukti bisa menurunkan tekanan darah. Diet DASH adalah diet rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, dan menekankan pada konsumsi sayur, buah, dan susu rendah lemak. Diet DASH di Amerika terbukti dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 8-14 mmhg (Kamal, et al., 2013). Diet DASH tidak hanya terbatas pada mengurangi garam pada makanan tetapi juga merupakan pola makan lengkap tinggi serat untuk penderita hipertensi (Adibah, 2014). Angka penderita hipertensi yang semakin meningkat dapat disebabkan oleh pengetahuan masyarakat tentang hipertensi yang masih kurang sehingga terwujud pula perilaku memanajemen hipertensi yang kurang baik. Perilaku dapat terbentuk dari pengetahuan dan perubahan sikap, yang kemudian dilaksanakan dalam suatu perilaku. Secara umum individu yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang suatu obyek, maka individu tersebut akan mempunyai sikap yang kurang baik serta perilaku yang kurang baik juga terhadap obyek tersebut, begitu pula sebaliknya (Kristanto & Prasetyo, 2013). Menurut Notoamodjo (2003) dalam Kristanto & Prasetyo (2013) menjelaskan bahwa pembentukan perilaku individu dimulai dari adanya 4

pengetahuan yang membentuk nilai yang diyakini dan sikap terhadap suatu hal atau obyek. Pengetahuan dan sikap ini kemudian mengkristal dan secara sadar maupun tidak sadar akan membentuk suatu perilaku atau tindakan. Tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan. Hasil peneltian menunjukkan bahwa perilaku mengontrolkan tekanan darah dimulai dari pengetahuan yang memadai, kemudian setelah individu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hipertensi seperti komplikasi hipertensi, maka secara pelan-pelan mulai melakukan perilaku pencegahan komplikasi yaitu dengan mengontrol tekanan darah. Data dari penelitian Hastuti & Lestari (2007) dalam Firmawati, et al. (2014) pengetahuan pasien tentang hipertensi masih dalam kategori kurang (61.6%), begitu pula perilaku penderita hipertensi yang masih kurang baik. Berdasarkan penelitian Yusuf (2013) menunjukkan bahwa sebanyak 60,4% penderita hipertensi memiliki perilaku yang kurang baik dalam melakukan manajemen hipertensi. Perilaku penderita hipetensi dalam melaksanakan aktivitas fisik dan diet hipertensi secara teratur dan rutin dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang maupun perilaku penderita hipertensi itu sendiri. Pengetahuan penderita hipertensi yang kurang dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh oleh penderita, baik dari petugas kesehatan maupun media cetak atau elektronik. Perilaku penderita hipertensi yang kurang patuh dikarenakan kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi untuk menjalankan aktivitas fisik dan diet hipertensi, yang disebabkan oleh budaya 5

responden itu sendiri yang sudah melekat sejak lahir sehingga sangat sulit sekali untuk dihilangkan (Agrina & Hairitama, 2011). Studi pendahuluan yang peneliti lakukan diawali dengan mencari data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulon Progo tentang puskesmas yang memiliki prevalensi pasien hipertensi tertinggi. Dinkes Kulon Progo menyebutkan Puskesmas Wates I merupakan puskesmas dengan prevalensi pasien hipertensi tertinggi, namun karena terdapat data yang hilang, maka peneliti disarankan untuk meneliti di wilayah kerja Puskesmas Sentolo II yang merupakan puskesmas dengan prevalensi pasien hipertensi tertinggi kedua. Data bulan September sampai Oktober 2015 di Puskesmas Sentolo II menyebutkan Desa Salamrejo merupakan desa dengan tingkat hipertensi tertinggi dengan 104 penderita hipertensi dan dusun Dhisil merupakan dusun yang tingkat hipertensinya tertinggi dibandingkan delapan dusun yang lain di Salamrejo dengan jumlah penderita hipertensi sebanyak 20 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 13 November 2015 yang dilakukan terhadap 5 warga penderita hipertensi di Dusun Dhisil melalui wawancara, terdapat 3 penderita hipertensi yang mengetahui tentang manajemen hipertensi berupa aktivitas fisik dan diet DASH, dan 2 penderita hipertensi yang tidak mengetahui. Penderita hipertensi sejumlah 3 penderita hipertensi yang mengetahui manajemen hipertensi berupa aktivitas fisik dan diet DASH didapatkan sejumlah 2 penderita hipertensi yang melakukan manajemen hipertensi berupa aktivitas fisik dan diet DASH. Alasan inilah yang membuat penulis tertarik melakukan penelitian hubungan pengetahuan 6

manajemen hipertensi berupa aktivitas fisik dan diet DASH dengan perilaku manajemen hipertensi berupa aktivitas fisik dan diet DASH penderita hipertensi di Desa Salamrejo. B. Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku manajemen hipertensi: aktivitas fisik dan diet DASH penderita hipertensi di Desa Salamrejo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan pengetahuan dengan perilaku manajemen hipertensi: aktivitas fisik dan diet DASH penderita hipertensi di Desa Salamrejo. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui data demografi responden (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, riwayat keluarga, pengalaman mendapat informasi, sumber informasi, dan pendapatan per bulan) b. Untuk mengetahui pengetahuan manajemen hipertensi: aktivitas fisik dan diet DASH penderita hipertensi di Desa Salamrejo c. Untuk mengetahui perilaku manajemen hipertensi: aktivitas fisik dan diet DASH penderita hipertensi di Desa Salamrejo 7

d. Untuk mengetahui keeratan dan arah hubungan pengetahuan dengan perilaku manajeman hipertensi: aktivitas fisik dan diet DASH penderita hipertensi di Desa Salamrejo D. Manfaat Penelitian 1. Praktek Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengetahuan dan perilaku manajemen hipertensi berupa aktifitas fisik dan diet DASH penderita hipertensi sehingga dapat mengembangkan asuhan keperawatan dalam manajemen hipertensi. 2. Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi penting, khususnya bagi ilmu keperawatan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan penderita hipertensi terkait dengan perilaku manajemen hipertensi berupa aktivitas fisik dan diet DASH. 3. Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu penderita hipertensi dalam mengingat kembali wawasan mengenai pengetahuan dan kesadaran untuk berperilaku dalam manajemen hipertensi berupa aktivitas fisik dan diet DASH. 4. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, pertimbangan, dan acuan bagi penelitian lainnya dalam melakukan 8

penelitian selanjutnya terkait pengetahuan dengan perilaku manajemen hipertensi. E. Penelitian Terkait 1. Kristanto & Prasetyo, (2013), dengan judul Hubungan Antara Pengetahuan tentang Hipertensi dengan Tindakan Mengontrol Tekanan Darah pada Warga Dukuh Bantulan Desa Jembungan Kecamatan Banyudono Boyolali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan tindakan/perilaku untuk mengontrol tekanan darah. Subjek penelitian ini adalah penduduk di Dukuh Bantulan. Pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan total responden adalah 292 orang. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi 18 pertanyaan yang dilakukan selama bulan April-Mei 2013. Data diproses dengan menggunakan tes statistik chi-square, dengan level signivikansi α = 0,03. Hasil penelitian adalah terdapat hubungan antara pengetahuan hipertensi dan tindakan untuk mengontrol tekanan darah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah rancangan penelitian menggunakan cross sectional, pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan variabel bebas berupa pengetahuan dan variabel terikat berupa perilaku. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah teknik pengambilan sampel peneliti akan menggunakan teknik total sampling. 9

2. Taukhit, (2014), dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Komplikasi pada Penderita Hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan komplikasi pada penderita hipertensi di Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah warga Kecamatan Salam yang terdiagnosa hipertensi. Pengambilan sampel dengan cara simple radom sampling dengan total sampel 89 orang. Data mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku diambil dengan kusioner. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan komplikasi hipertensi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah desain penelitian, yaitu deskriptif korelasional dengan cross sectional, selain itu variabel bebas dan terikat juga sama, yaitu pengetahuan dan perilaku penderita hipertensi, dan juga cara pengambilan data menggunakan kuesioner. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah teknik pengambilan sampel, peneliti akan mengunakan teknik total sampling, tempat dan waktu penelitian. 10