BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2007 sebesar 18,96 juta dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, karena angka harapan hidup merupakan salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Proyeksi Proporsi Penduduk di Indonesia (%) 0-14 Tahun Tahun > 65 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pedoman untuk rehabilitasi medik (Gallo, 1998). Kualitas hidup dipakai

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Kreitler & Ben (2004) dalam Nofitri (2009) mengatakan kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka didalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009). Menurut WHO (1994) dalam (Bangun 2008), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai lakilaki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan kepada karakteristik lingkungan

mereka. Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit, kualitas hidup dijadikan sebagai aspek untuk menggambarkan kondisi kesehatan (Wilson dkk dalam (Larasati, 2012). Adapun menurut Cohen & Lazarus dalam (Larasati,2012) kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) (1998) dalam (Larasati, 2012). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah penduduk lansia di dunia saat ini diperkirakan ada 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Bandiyah, 2009). Menurut Data Statistik Indonesia (2008) pertumbuhan jumlah penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Pada tahun 2000, Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Berdasarkan sensus penduduk yang diperoleh bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia mencapai 15,8 juta jiwa atau 7.6 %. Pada tahun 2005 diperkirakan jumlah lansia menjadi 18,2 juta jiwa atau 8,2 % dan pada tahun 2015 menjadi 24,4 juta jiwa atau 10 %. Jumlah lansia di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan, pada tahun 2000 jumlah lansia

mencapai 2,87 juta jiwa atau 9,27 persen dari seluruh penduduk Propinsi Jawa Tengah kemudian naik menjadi 3,35 juta jiwa atau sebesar 10,34 persen pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah lansia di Propinsi Jawa Tengah meningkat menjadi 3,57 juta jiwa atau sebesar 10,81 persen. Jumlah lansia di kota Salatiga setiap tahun selalu meningkat, pada tahun 2012 jumlah lansia 11.704 jiwa (BPS, 2012). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui empat tahap, yaitu kelemahan, keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua. Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam fase kehidupan. Pada umumnya warga lanjut usia menghadapi kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuan, sehingga status kesehatan dan kualitas hidup pada lanjut usia menjadi menurun. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial. Dari defenisi sehat tersebut,

maka manusia selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah aspek psikologis yang berhubungan dengan kualitas hidup. Kualitas hidup merupakan bagian dari kesehatan secara komprehensif, tidak hanya sembuh dari gangguan jiwa, tetapi kebutuhan sehat dan juga kebutuhan perasaan senang dan bahagia dapat terpenuhi. Lingkungan tempat tinggal menjadi faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Permasalahan yang mendasari baik dan buruknya derajat kesehatan lansia ialah dari lingkungan tempat tinggal mereka. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan. Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan lansia, seperti tidak ada sanak saudara yang mau mengurus masa tua mereka, tidak ingin merepotkan anak-anak, tidak menghendaki kebisingan atau membutuhkan lingkungan sosial yang lebih tenang, sebatang kara, ingin memiliki lingkungan sosial yang baru dengan orang-orang yang seusia dengannya maka pemerintah telah berupaya melaksanakan kebijakan dan program untuk

kesejahteraan lanjut usia dengan mendirikan panti-panti wredha. Dengan tujuan agar para lansia yang terlantar masuk ke dalam panti wredha dan tidak merasakan kesepian (Haryanto, 2005). Panti wredha adalah organisasi sosial atau lembaga sosial masyarakat yang membantu pemerintah dalam menampung dan merawat lansia sesuai ketentuan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Sosial (Haryanto, 2005). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2015 peneliti mendapatkan sebanyak 5 orang lansia yang mengalami masalah kesehatan seperti kebutuhan kebersihan diri pada lansia yang kurang terpenuhi, kebersihan diri yang tidak diperhatikan lagi karena lansia mengalami kelemahan fisik, lansia juga membutuhkan nutrisi berupa vitamin yang lebih dan asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi lansia. Banyak lansia yang kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti kuku panjang dan hitam, rambut tampak kotor dan berminyak. 5 orang lansia mengeluh gatal di kulit dan terdapat ada bekas gatal yang membuat kulit berubah seperti adanya koreng. Kebersihan gigi kurang dipedulikan dan didapati bau badan yang tidak enak. Masalah tersebut akan mengganggu kenyamanan lansia dalam beristrirahat dan kesehatan lansia. Menurut Khasanah & Hidayanti (2012) adapun dampak dari kesehatan yang kurang di perhatikan adalah kualitas tidur yang terganggu. Kualitas tidur yang terganggu

dapat membuat keadaan seseorang individu menjadi tidak segar dan tidak bugar ketika terbangun. Dari hasil wawancara ini juga didapatkan bahwa lansia yang tidak memperhatikan kebersihan dirinya mengatakan tidak merasa bersemangat dan akan lebih banyak menghabiskan tidak melakukan aktifitas apapun. Hal ini terjadi pada sebagian lansia yang tinggal di Panti Wredha Salib Putih Salatiga karena belum banyak yang tahu tentang pentingnya memelihara kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Hubungan Antara Perilaku Hidup Sehat Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih, Salatiga. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini fokus penelitian adalah menganalisis bagaimana Hubungan Antara Perilaku Hidup Sehat Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia khususnya di Panti Wredha Salib Putih, Salatiga? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup sehat dan kualitas hidup pada lansia di panti wredha. 2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya adalah: a. mendiskripsikan perilaku hidup sehat pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga, b. mendiskripsikan kualitas hidup pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga, c. mendiskripsikan hal yang dilakukan perawat atau petugas panti saat menemukan lansia yang tidak melakukan perilaku hidup sehat. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Tenaga Pendidik Keperawatan Penelitian ini dapat menambah wawasan atau informasi pada pengajar dan mahasiswa tentang kondisi masyarakat lansia dan juga sebagai pengembangan terhadap ilmu keperawatan khususnya keperawatan gerontik. Secara akademis teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi kepustakan sebagai sumber data bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Bagi Petugas Panti Wredha Salib Putih Salatiga Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas untuk menentukan strategi peningkatan perilaku hidup sehat pada lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia. 3. Bagi Lansia

Diharapkan lansia terpenuhi kebutuhnnya dan dapat meningkatkan status kesehatan. 4. Bagi peneliti Diharapkan dapat menjadi pengalaman belajar mengenai perilaku hidup sehat dan hubungannya dengan kualitas hidup serta meningkatkan pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang kesehatan psikologi dan gerontik. E. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Penelitian 1 Ariyuda faktor-faktor (2007) yang mempengaru hi kualitashidup penduduk lanjut usia dikelurahan Jogotrunan 2 Kuswand ari (2009) Lumajang. gambaran peranan keluarga terhadap perilaku hidup sehat lansia di wilayah kerja puskesmas Darussalam kecamatan Medan Petisah Desain Penelitian metode eksplanatori survey deskriptif Variabel Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada lansia. seluruh keluarga yang mempunyai lansia berumur 60 tahun keatas dan sampel sebanyak 106 yang diambil secara simple random sampling Hasil Penelitian kualitas hidup pada lansia di pengaruhi oleh beberapa faktor. dari 106 keluarga lansia, sebanyak 93,4% berpeilaku baik. Dari hasil penelitian diharapkan adanya peningkatan penyuluhan kesehatan lansia dan keluarga lansia serta mengadakan kegiatan konseling yang berkaitan dengan

3 Putri (2008) 4 Supraja, Hidayat, dan Aisyah (2010) 5 Asminatil ia (2008) Gambaran Kualitas Hidup Lansiayang tinggal di unit Budi Luhur Yogyakarta. Hubungan antara Peran Keluarga dengan Kemampuan ADL (Activity Daily Living) pada lansia di Kelurahan Mojo Kecamatan GubengSura baya penelitian kualitatif dengan metode deskriptif eksploratif. cross sectional Kualitas hidup berhubungan dengan lingkungan. peran keluarga dan variabel dependent kemampuana DL (Activity Daily Living) pada lansia Hubungan deskriptif Bersosialisasi Status analitik dan kualitas Interaksi korelasional hidup pada Sosial dengan lansia Dengan pendekatan Tingkat cross Depresi sectional Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Pakem Yogyakarta Tabel 1.1 Keaslian Penelitian kesehatan reproduksi lansia. responden bisa menjalankan perannya sebagai anggota keluarga dan responden puas dengan kehidupannya. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai signifikan ρ = 0.000 α = 0.05 yang berarti ada hubungan peran keluarga dengan kemampuan ADL (Activity Daily Living) pada lansia di Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya. tidak ada hubungan antara interaksi sosial dengan depresi.