BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Kreitler & Ben (2004) dalam Nofitri (2009) mengatakan kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka didalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009). Menurut WHO (1994) dalam (Bangun 2008), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai lakilaki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan kepada karakteristik lingkungan
mereka. Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit, kualitas hidup dijadikan sebagai aspek untuk menggambarkan kondisi kesehatan (Wilson dkk dalam (Larasati, 2012). Adapun menurut Cohen & Lazarus dalam (Larasati,2012) kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) (1998) dalam (Larasati, 2012). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah penduduk lansia di dunia saat ini diperkirakan ada 500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan di perkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Bandiyah, 2009). Menurut Data Statistik Indonesia (2008) pertumbuhan jumlah penduduk lansia di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Pada tahun 2000, Indonesia merupakan negara urutan ke-4 dengan jumlah lansia paling banyak sesudah Cina, India dan USA. Berdasarkan sensus penduduk yang diperoleh bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia mencapai 15,8 juta jiwa atau 7.6 %. Pada tahun 2005 diperkirakan jumlah lansia menjadi 18,2 juta jiwa atau 8,2 % dan pada tahun 2015 menjadi 24,4 juta jiwa atau 10 %. Jumlah lansia di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan, pada tahun 2000 jumlah lansia
mencapai 2,87 juta jiwa atau 9,27 persen dari seluruh penduduk Propinsi Jawa Tengah kemudian naik menjadi 3,35 juta jiwa atau sebesar 10,34 persen pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2012, jumlah lansia di Propinsi Jawa Tengah meningkat menjadi 3,57 juta jiwa atau sebesar 10,81 persen. Jumlah lansia di kota Salatiga setiap tahun selalu meningkat, pada tahun 2012 jumlah lansia 11.704 jiwa (BPS, 2012). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini akan membawa dampak terhadap berbagai kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia ini adalah peningkatan ketergantungan lansia. Ketergantungan ini disebabkan oleh kemunduran fisik, psikis, dan sosial lansia yang dapat digambarkan melalui empat tahap, yaitu kelemahan, keterbatasan fungsional, ketidakmampuan, dan keterhambatan yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran akibat proses menua. Proses menua merupakan suatu kondisi yang wajar dan tidak dapat dihindari dalam fase kehidupan. Pada umumnya warga lanjut usia menghadapi kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuan, sehingga status kesehatan dan kualitas hidup pada lanjut usia menjadi menurun. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) mendefenisikan bahwa sehat adalah keadaan yang ideal atau sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial. Dari defenisi sehat tersebut,
maka manusia selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik), meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah aspek psikologis yang berhubungan dengan kualitas hidup. Kualitas hidup merupakan bagian dari kesehatan secara komprehensif, tidak hanya sembuh dari gangguan jiwa, tetapi kebutuhan sehat dan juga kebutuhan perasaan senang dan bahagia dapat terpenuhi. Lingkungan tempat tinggal menjadi faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Permasalahan yang mendasari baik dan buruknya derajat kesehatan lansia ialah dari lingkungan tempat tinggal mereka. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan. Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan lansia, seperti tidak ada sanak saudara yang mau mengurus masa tua mereka, tidak ingin merepotkan anak-anak, tidak menghendaki kebisingan atau membutuhkan lingkungan sosial yang lebih tenang, sebatang kara, ingin memiliki lingkungan sosial yang baru dengan orang-orang yang seusia dengannya maka pemerintah telah berupaya melaksanakan kebijakan dan program untuk
kesejahteraan lanjut usia dengan mendirikan panti-panti wredha. Dengan tujuan agar para lansia yang terlantar masuk ke dalam panti wredha dan tidak merasakan kesepian (Haryanto, 2005). Panti wredha adalah organisasi sosial atau lembaga sosial masyarakat yang membantu pemerintah dalam menampung dan merawat lansia sesuai ketentuan dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Sosial (Haryanto, 2005). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2015 peneliti mendapatkan sebanyak 5 orang lansia yang mengalami masalah kesehatan seperti kebutuhan kebersihan diri pada lansia yang kurang terpenuhi, kebersihan diri yang tidak diperhatikan lagi karena lansia mengalami kelemahan fisik, lansia juga membutuhkan nutrisi berupa vitamin yang lebih dan asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi lansia. Banyak lansia yang kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti kuku panjang dan hitam, rambut tampak kotor dan berminyak. 5 orang lansia mengeluh gatal di kulit dan terdapat ada bekas gatal yang membuat kulit berubah seperti adanya koreng. Kebersihan gigi kurang dipedulikan dan didapati bau badan yang tidak enak. Masalah tersebut akan mengganggu kenyamanan lansia dalam beristrirahat dan kesehatan lansia. Menurut Khasanah & Hidayanti (2012) adapun dampak dari kesehatan yang kurang di perhatikan adalah kualitas tidur yang terganggu. Kualitas tidur yang terganggu
dapat membuat keadaan seseorang individu menjadi tidak segar dan tidak bugar ketika terbangun. Dari hasil wawancara ini juga didapatkan bahwa lansia yang tidak memperhatikan kebersihan dirinya mengatakan tidak merasa bersemangat dan akan lebih banyak menghabiskan tidak melakukan aktifitas apapun. Hal ini terjadi pada sebagian lansia yang tinggal di Panti Wredha Salib Putih Salatiga karena belum banyak yang tahu tentang pentingnya memelihara kesehatan. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Hubungan Antara Perilaku Hidup Sehat Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih, Salatiga. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini fokus penelitian adalah menganalisis bagaimana Hubungan Antara Perilaku Hidup Sehat Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia khususnya di Panti Wredha Salib Putih, Salatiga? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup sehat dan kualitas hidup pada lansia di panti wredha. 2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah: a. mendiskripsikan perilaku hidup sehat pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga, b. mendiskripsikan kualitas hidup pada lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga, c. mendiskripsikan hal yang dilakukan perawat atau petugas panti saat menemukan lansia yang tidak melakukan perilaku hidup sehat. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Tenaga Pendidik Keperawatan Penelitian ini dapat menambah wawasan atau informasi pada pengajar dan mahasiswa tentang kondisi masyarakat lansia dan juga sebagai pengembangan terhadap ilmu keperawatan khususnya keperawatan gerontik. Secara akademis teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi kepustakan sebagai sumber data bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Bagi Petugas Panti Wredha Salib Putih Salatiga Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas untuk menentukan strategi peningkatan perilaku hidup sehat pada lansia sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia. 3. Bagi Lansia
Diharapkan lansia terpenuhi kebutuhnnya dan dapat meningkatkan status kesehatan. 4. Bagi peneliti Diharapkan dapat menjadi pengalaman belajar mengenai perilaku hidup sehat dan hubungannya dengan kualitas hidup serta meningkatkan pengetahuan peneliti khususnya dalam bidang kesehatan psikologi dan gerontik. E. Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Penelitian 1 Ariyuda faktor-faktor (2007) yang mempengaru hi kualitashidup penduduk lanjut usia dikelurahan Jogotrunan 2 Kuswand ari (2009) Lumajang. gambaran peranan keluarga terhadap perilaku hidup sehat lansia di wilayah kerja puskesmas Darussalam kecamatan Medan Petisah Desain Penelitian metode eksplanatori survey deskriptif Variabel Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada lansia. seluruh keluarga yang mempunyai lansia berumur 60 tahun keatas dan sampel sebanyak 106 yang diambil secara simple random sampling Hasil Penelitian kualitas hidup pada lansia di pengaruhi oleh beberapa faktor. dari 106 keluarga lansia, sebanyak 93,4% berpeilaku baik. Dari hasil penelitian diharapkan adanya peningkatan penyuluhan kesehatan lansia dan keluarga lansia serta mengadakan kegiatan konseling yang berkaitan dengan
3 Putri (2008) 4 Supraja, Hidayat, dan Aisyah (2010) 5 Asminatil ia (2008) Gambaran Kualitas Hidup Lansiayang tinggal di unit Budi Luhur Yogyakarta. Hubungan antara Peran Keluarga dengan Kemampuan ADL (Activity Daily Living) pada lansia di Kelurahan Mojo Kecamatan GubengSura baya penelitian kualitatif dengan metode deskriptif eksploratif. cross sectional Kualitas hidup berhubungan dengan lingkungan. peran keluarga dan variabel dependent kemampuana DL (Activity Daily Living) pada lansia Hubungan deskriptif Bersosialisasi Status analitik dan kualitas Interaksi korelasional hidup pada Sosial dengan lansia Dengan pendekatan Tingkat cross Depresi sectional Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Pakem Yogyakarta Tabel 1.1 Keaslian Penelitian kesehatan reproduksi lansia. responden bisa menjalankan perannya sebagai anggota keluarga dan responden puas dengan kehidupannya. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai signifikan ρ = 0.000 α = 0.05 yang berarti ada hubungan peran keluarga dengan kemampuan ADL (Activity Daily Living) pada lansia di Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya. tidak ada hubungan antara interaksi sosial dengan depresi.