BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEBAGAI LEMBAGA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

DAFTAR PUSTAKA. Aminudin dan Asikin, Zainal, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

KONSEP PENANAMAN MODAL MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum dalam Bisnis. Dosen Pengampu: Ahmad Munir, SH., MH.

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Kebijakan Penanaman Modal PEMERINTAH

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

P. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENANAMAN MODAL SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

DAFTAR PUSTAKA. Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Unsur-unsurnya, Jakarta, UI-Press, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

DAFTAR PUSTAKA. Buku :

KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

DAFTAR PUSTAKA. Adolf, Huala. Dasar-dasar Hukum Kontrak Internasional. Jakarta: Refika Aditama, 2007.

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM PENANAMAN MODAL DI KOTA PADANG

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

DAFTAR PUSTAKA. Buku :

PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN INVESTASI OLEH BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum. Setiap kegiatan disamping

HUBUNGAN DESENTRALISASI PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DENGAN OTONOMI DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang pribadi ( natural person) ataupun badan hukum (juridical

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan dalam

PERATURAN DAERAH JAMBI DALAM LINGKUP PERATURAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 26 TAHUN 2012

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 14

BAB V PENUTUP. Kabupaten Bantul berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS

KARAKTERISTIK REKSADANA DAN PENGATURANNYA DALAM PASAR MODAL DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir, 2005, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, PT Citra Aditya. 2013, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Repub

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kompetensi adalah kewenangan ( Kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 TAHUN 2017

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU TENTANG

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

2013, No.94 A. Latar Belakang

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG INVESTASI ASING DI BIDANG PARIWISATA. sejak tahun Pada saat itu dikeluarkan Undang-Undang No.

DAFTAR PUSTAKA. Arsyad, L Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi. Daerah, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 9 (2014) Copyright 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANJAR

4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 04 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DAFTAR PUSTAKA. Ali, H. Zainuddin. Metode Penelitian Hukum Cet. Pertama. Jakarta: Sinar Grafika

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Melakukan Kerjasama dengan Pihak Asing Setelah Berlakunya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Penanaman Modal di Kabupaten Karanganyar yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dalam melakukan kerjasama dalam bidang penanaman modal asing merupakan Pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang diharapkan pemerintah daerah dapat menangkap peluang dan tentang persaingan global melalui peningkatan daya saing daerah atas potensi dan keanekaragaman daerah masing-masing. Pemerintah daerah harus mampu mengembangkan potensi daerah masing-masing yang di tandai dengan peningkatan aktivitas ekonomi penduduk dan banyaknya investasi yang masuk ke daerah. Pendelegasian wewenang yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah harus mampu mempercepat palayanan kepada masyarakat terutama pelaku usaha yang akan menanamkan modalnya di daerah secara cepat, efektif, dan efesien yang di selenggarakan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Karanganyar. 2. Kendala yang timbul mengenai Koordinasi yang harmonis di antara berbagai institusi yang berkaitan dengan efektivitas teori sistem hukum yang berjalan dengan buruk mengakibatkan tidak ada kejelasan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing institusi sehingga sering terjadi konflik. 3. Perbaikan koordinasi antara instansi terkait cara meningkatkan singkronisasi dan koordinasi kelembagaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk dapat memberikan kejelasan

2 pembagian wewenang dan ukuran investasi yang berhak dikelola oleh daerah dan yang menjadi wewenang pemerintah pusat sehingga tercapai satu kesatuan penafsiran dalam pelaksanaan peraturan di daerah, Di samping itu perlu dilakukan penataan secara menyeluruh terhadap aparatur negara serta reformasi pelayanan publik. Koordinasi yang harmonis di antara berbagai institusi yang berkaitan dengan efektivitas sistem hukum, akan dapat berjalan dengan baik apabila ada kejelasan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing institusi, sehingga tidak terjadi duplikasi dan bahkan konflik. Hal ini karena fungsi koordinasi adalah menyangkut kejelasan pola pelayanan terpadu serta pembagian kerja dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu, diperlukan mekanisme koordinasi yang dipahami dan mengikat bagi instansi-intansi terkait, misalnya menyangkut masalah promosi investasi, perizinan, fasilitas yang di berikan kepada para investor. B. Saran 1. Pembuatan kebijakan-kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam mendukung penanaman modal asing di daerah agar penanaman modal dapat terselenggara dengan baik, salah satu upaya pemerintah daerah dalam menyederhanakan proses perizinan penanaman modal di daerah yang memakan waktu 12 hari dapat dipercepat menjadi 7 hari selesai agar tidak banyak menelan biaya operasional yang semakin banyak bagi para penanam modal. 2. pemerintah harus memberikan perlakuan dan pelayanan bersifat non diskriminatif berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanaman modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari negara asing dengan penanam modal asing dari Negara lainnya, sehingga tidak ada lagi investor yang akan mendapatkan perlakuan khusus dalam melakukan pengurusan izin dan pelaksanaan penanaman modal di daerah.

3 3. Mengembangkan kemitraan (partnership) untuk sebuah alternatif yang paling mungkin bagi pemerintah daerah untuk menarik para investor dan juga bekerjasama yang baik dengan para investor. konsep kemitraan, katakanlah dalam bentuk public-private partnership, belum banyak dipraktekkan oleh pemerintah daerah lainnya untuk menjalin hubungan yang baik dengan para investor. Kemampuan pemerintah daerah untuk menawarkan berbagai kemudahan dan keunggulan bentuk kemitraan yang menarik perhatian yang cukup besar dari para investor. sering sekali para investor mengalami masalah yang cukup signifikan tetapi dihadapi sendiri tetapi dengan adanya kemitraan ini di harapkan dapat memupuk kedekatan dan kerjasama yang cukup baik untuk waktu yang lama.

4 DAFTAR PUSTAKA Buku Abdulkadir Muhammad. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Citra Aditya Bakti. Ana Rokhmatussa dyah dan Suratman. 2010. Hukum Investasi dan Pasar Modal. Jakarta: Sinar Grafika Dewi Aniaty, Aviani Santi, dan Baryono. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. David Kairupan. 2014. Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Hanif Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintah dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Herbetus Sutopo, 2006.Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press H.A.W. Widjaja. 1998. Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI. Munir Fuady. 2002. Pengantar Hukum Bisnis (Menata Bisnis Modern di Era Global). Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Rosyidah Rakhmawati. 2003. Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam Menghadapi Era Global. Malang: Bayumedia Publising.

5 Siswanto Sunarno. 2012. Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soetarno.Ak. 1993. Ensiklopedia Ekonomi. Semarang: Dahara Prize. Sumantoro. 1986. Hukum Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Utang Rosidin. 2010. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: Pustaka Setia. Jurnal Jawahir Thontowi. 2009. Kewenangan Daerah dalam Melaksanakan Hubungan Luar Negeri (Studi Kasus di Propinsi Jawa Barat dan DIY ). Jurnal Hukum Nomor 2 Vol. 16, 149-168: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Noer Indriati. 2010. Perjanjian Internasional oleh Daerah sebagai Kewenangan Otonomi Daerah. Jurnal Dinamika Hukum Nomor 1 Vol.10: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jawa Tengah. Makoto Kakinaka and Koji Kotani. 2014. Foreign direct investment and infrastructure development in Indonesia: Evidence from province level data. Asian Journal of Empirical Research, 4(1)2014: 79-94: International University of Japan. Makalah Takdir Ali Mukti. 2010. Tinjauan Yuridis dan Teoritis terhadap Kerjasama Internasional Daerah Otonom: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6 Tesya Astian Utami. 2012. Analisis Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Kontrak Alih Teknologi dalam Rangka Pengembangan Industri: Fakultas Hukum Bisnis Universitas Trisakti program Magister Hukum Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Undang- Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penanaman Modal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 1 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karanganyar

7 Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Karanganyar Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 10 Tahun 2015 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karanganyar Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 432 Tahun 2006 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Pada Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar. Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 433 Tahun 2006 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar. Internet http://krjogja.com/read/240418/2014-nilai-investasi-di-karanganyar-rp-11-miliar.kr/html (diakses pada tanggal 21 Maret 2015) http://bppt.karanganyarkab.go.id/ (diakses pada tanggal 5 Mei 2015) http://agusjero.blogspot.co.id/2010/09/pengembangan-investasi-daerah-agenda.html (diakses pada tanggal 28 September 2015)