1 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Melakukan Kerjasama dengan Pihak Asing Setelah Berlakunya Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Penanaman Modal di Kabupaten Karanganyar yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dalam melakukan kerjasama dalam bidang penanaman modal asing merupakan Pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang diharapkan pemerintah daerah dapat menangkap peluang dan tentang persaingan global melalui peningkatan daya saing daerah atas potensi dan keanekaragaman daerah masing-masing. Pemerintah daerah harus mampu mengembangkan potensi daerah masing-masing yang di tandai dengan peningkatan aktivitas ekonomi penduduk dan banyaknya investasi yang masuk ke daerah. Pendelegasian wewenang yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah harus mampu mempercepat palayanan kepada masyarakat terutama pelaku usaha yang akan menanamkan modalnya di daerah secara cepat, efektif, dan efesien yang di selenggarakan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Karanganyar. 2. Kendala yang timbul mengenai Koordinasi yang harmonis di antara berbagai institusi yang berkaitan dengan efektivitas teori sistem hukum yang berjalan dengan buruk mengakibatkan tidak ada kejelasan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing institusi sehingga sering terjadi konflik. 3. Perbaikan koordinasi antara instansi terkait cara meningkatkan singkronisasi dan koordinasi kelembagaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah untuk dapat memberikan kejelasan
2 pembagian wewenang dan ukuran investasi yang berhak dikelola oleh daerah dan yang menjadi wewenang pemerintah pusat sehingga tercapai satu kesatuan penafsiran dalam pelaksanaan peraturan di daerah, Di samping itu perlu dilakukan penataan secara menyeluruh terhadap aparatur negara serta reformasi pelayanan publik. Koordinasi yang harmonis di antara berbagai institusi yang berkaitan dengan efektivitas sistem hukum, akan dapat berjalan dengan baik apabila ada kejelasan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing institusi, sehingga tidak terjadi duplikasi dan bahkan konflik. Hal ini karena fungsi koordinasi adalah menyangkut kejelasan pola pelayanan terpadu serta pembagian kerja dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu, diperlukan mekanisme koordinasi yang dipahami dan mengikat bagi instansi-intansi terkait, misalnya menyangkut masalah promosi investasi, perizinan, fasilitas yang di berikan kepada para investor. B. Saran 1. Pembuatan kebijakan-kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam mendukung penanaman modal asing di daerah agar penanaman modal dapat terselenggara dengan baik, salah satu upaya pemerintah daerah dalam menyederhanakan proses perizinan penanaman modal di daerah yang memakan waktu 12 hari dapat dipercepat menjadi 7 hari selesai agar tidak banyak menelan biaya operasional yang semakin banyak bagi para penanam modal. 2. pemerintah harus memberikan perlakuan dan pelayanan bersifat non diskriminatif berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanaman modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari negara asing dengan penanam modal asing dari Negara lainnya, sehingga tidak ada lagi investor yang akan mendapatkan perlakuan khusus dalam melakukan pengurusan izin dan pelaksanaan penanaman modal di daerah.
3 3. Mengembangkan kemitraan (partnership) untuk sebuah alternatif yang paling mungkin bagi pemerintah daerah untuk menarik para investor dan juga bekerjasama yang baik dengan para investor. konsep kemitraan, katakanlah dalam bentuk public-private partnership, belum banyak dipraktekkan oleh pemerintah daerah lainnya untuk menjalin hubungan yang baik dengan para investor. Kemampuan pemerintah daerah untuk menawarkan berbagai kemudahan dan keunggulan bentuk kemitraan yang menarik perhatian yang cukup besar dari para investor. sering sekali para investor mengalami masalah yang cukup signifikan tetapi dihadapi sendiri tetapi dengan adanya kemitraan ini di harapkan dapat memupuk kedekatan dan kerjasama yang cukup baik untuk waktu yang lama.
4 DAFTAR PUSTAKA Buku Abdulkadir Muhammad. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Citra Aditya Bakti. Ana Rokhmatussa dyah dan Suratman. 2010. Hukum Investasi dan Pasar Modal. Jakarta: Sinar Grafika Dewi Aniaty, Aviani Santi, dan Baryono. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. David Kairupan. 2014. Aspek Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Hanif Nurcholis. 2005. Teori dan Praktik Pemerintah dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Herbetus Sutopo, 2006.Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press H.A.W. Widjaja. 1998. Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: ANDI. Munir Fuady. 2002. Pengantar Hukum Bisnis (Menata Bisnis Modern di Era Global). Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. Rosyidah Rakhmawati. 2003. Hukum Penanaman Modal Asing di Indonesia dalam Menghadapi Era Global. Malang: Bayumedia Publising.
5 Siswanto Sunarno. 2012. Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Soerjono Soekanto. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soetarno.Ak. 1993. Ensiklopedia Ekonomi. Semarang: Dahara Prize. Sumantoro. 1986. Hukum Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Utang Rosidin. 2010. Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Bandung: Pustaka Setia. Jurnal Jawahir Thontowi. 2009. Kewenangan Daerah dalam Melaksanakan Hubungan Luar Negeri (Studi Kasus di Propinsi Jawa Barat dan DIY ). Jurnal Hukum Nomor 2 Vol. 16, 149-168: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Noer Indriati. 2010. Perjanjian Internasional oleh Daerah sebagai Kewenangan Otonomi Daerah. Jurnal Dinamika Hukum Nomor 1 Vol.10: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jawa Tengah. Makoto Kakinaka and Koji Kotani. 2014. Foreign direct investment and infrastructure development in Indonesia: Evidence from province level data. Asian Journal of Empirical Research, 4(1)2014: 79-94: International University of Japan. Makalah Takdir Ali Mukti. 2010. Tinjauan Yuridis dan Teoritis terhadap Kerjasama Internasional Daerah Otonom: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
6 Tesya Astian Utami. 2012. Analisis Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Kaitannya dengan Kontrak Alih Teknologi dalam Rangka Pengembangan Industri: Fakultas Hukum Bisnis Universitas Trisakti program Magister Hukum Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Undang- Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penanaman Modal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 1 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karanganyar
7 Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Karanganyar Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 23 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 10 Tahun 2015 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Karanganyar Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 62 Tahun 2009 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Karanganyar Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 432 Tahun 2006 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural Pada Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar. Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 433 Tahun 2006 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan di Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Terpadu Kabupaten Karanganyar. Internet http://krjogja.com/read/240418/2014-nilai-investasi-di-karanganyar-rp-11-miliar.kr/html (diakses pada tanggal 21 Maret 2015) http://bppt.karanganyarkab.go.id/ (diakses pada tanggal 5 Mei 2015) http://agusjero.blogspot.co.id/2010/09/pengembangan-investasi-daerah-agenda.html (diakses pada tanggal 28 September 2015)