BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mungkin agar proses kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan pun masih belum jelas, proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) dari masa ke masa semakin pesat. Fenomena ini mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebagai objek, sementara guru aktif mendominasi seluruh kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masyarakat Indonesia sekarang memasuki era dimana seluruh aspek kehidupan baik secara sosial, ekonomi, politik,

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 yang dinyatakan dalam pasal 1 bahwa pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hilman Sugiarto, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. adalah media cetak (diktat, modul, hand out, buku teks, majalah, surat kabar, dan

I. PENDAHULUAN. pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

dari proses maupun hasil pendidikan (Trianto, 2010:7-8).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan dan tetap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

peran dalam membantu negara untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang besar untuk menjadi alat pendidikan, khususnya dalam. menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. siswa (membaca, menulis, ceramah dan mengerjakan soal). Menurut Komala

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada. menonjolnya, terutama pada masyarakat dari negara-negara yang telah

BAB I PENDAHULUAN. di masa yang akan datang menurut UUR.I No. 2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal

BAB I PENDAHULUAN. dan teori kurikulum berbasis kompetensi (Kunandar, 2013,h.33). Kurikulum. berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Asep Tarbini, 2015 IMPLEMENTASI MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN ALAT UKUR OSCILLOSCOPE

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Komputer merupakan produk kemajuan teknologi yang mampu. melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pilar kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara komponenkomponen

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi diantara sesamanya,

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

1 BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan mulai dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) hingga SMA

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kondusif dan suksesnya transfer informasi dari guru kepada siswa. Pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. mudah, baik informasi visual, audio, maupun audio visual dan dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Proceeding of 2nd International Conference of Arts Language And Culture ISBN

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas individu baik

BAB I PENDAHULUAN. belajar, waktu yang tersedia tidak mencukupi menyebabkan penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut meliputi tujuan, materi pelajaran, metode pembelajaran, media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak dapat lepas dari peran guru.

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan seakan tidak pernah kehabisan orang untuk mereformasikan pendidikan. Pemerintah serta para pendidik untuk memperbaharui mutu pendidikan bangsa ini seolah tidak pernah lelah. Banyak hal yang telah, sedang dan belum dilakukan demi kualitas pendidikan bermutu yang persaingannya semakin ketat. Tentunya semua orang ingin menjadikan Indonesia ini agar menjadi cerdas. Program-program yang diupayakan oleh pemerintah agar semua orang dapat mengkonsumsi pendidikan setara tanpa ada perbedaan status sosial. Namun semua itu bukan tanpa kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih baik. (Kunandar, 2014 hlm. 19). Terdapat banyak sekali masalah yang terjadi dalam belajar, baik itu dari masalah intern siswa dan extern siswa. Studi awal yang di lakukan di SMK ICB Cinta Wisata Bandung, yaitu berupa hasil observasi tentang proses pembelajaran biologi di sekolah tersebut. Berdasarkan hasil diskusi dengan salah satu guru biologi di SMK ICB Cinta Wisata Bandung yang bernama Priska Yustika, S.Pd, bahwa terdapat permasalahan kegiatan belajar mengajar kurangnya pemahaman siswa di kelas X PN1 pada materi biologi. Permasalahan tersebut setelah dianalisis melihat fakta-fakta yang terjadi di kelas, maka itu terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. kurangnya minat dan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran 2. kurangnya peluang untuk mengungkapkan kejanggalan dalam proses belajar 3. kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar 4. kegiatan dalam proses belajar mengajarnya pun kurang bervariasi sedangkan anak-anak lebih menyukai kegiatan belajar yang melibatkan media pembelajaran yang menarik 5. konsep materi yang sifatnya sulit dibayangkan siswa, misalnya materi tentang sel. Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan 1

2 berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Dalam penilaian autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu, yakni Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya penilaian level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL. (Kunandar, 2014 hlm. 47). Konsep materi sel diperlukan pemahaman khusus dan setidaknya bisa dianalogikan, ada gambar atau model untuk membantu dan memperkuat pemahaman siswa. Berbicara tentang sel banyak terlibat bagian organelorganelnya yang berperperan, maka dari itu siswa harus mengetahui bagaimana mekanisme kerjanya secara langsung dalam tubuh kita. Disamping itu sebagaimana kita ketahui akibat dari keadaan tersebut. Pada akhirnya kemampuan siswa untuk memahami konsep biologi sangatlah rendah karena mereka tidak membangun sendiri pengetahuannya, selain itu berdasarkan hasil belajar siswa pada konsep sel pada tahun ajaran sebelumnnya yaitu pada tahun ajaran 2016-2017 diperoleh nilai rata-rata 40% dari jumlah siswa 231 orang pada populasi kelas X PN1 dari tahun ke tahun tidak terdapat peningkatan secara signifikan pada konsep materi sel dimana siswa yang mencapai KKM yaitu 75 tidak lebih dari 40-45% mencapai ketuntasan. Oleh karena itu pendidik harus bisa mengajarkan peserta didik dan mengarahkannya kepada keberhasilan proses pembelajaran sesuai tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai keberhasilan siswa dalam mencapai KKM tersebut pada materi sel ini timbulah keinginan untuk mencoba dengan model pembelajaran baru sehingga mungkin dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan model Questioning yang berbantuan multimedia tersebut.

3 Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guruguru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep-konsep dan cara pengimplementasian model-model tersebut dalam proses pembelajaran. Aunurrahman, (2011 hlm. 34). Dewasa ini sistem pendidikan telah mengalami kemajuan sangat pesat. Laju perkembangan bidang teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang besar dibidang kehidupan termasuk bidang pendidikan. Berbagai cara telah digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga pengajaran akan lebih berkesan dan pembelajaran bagi siswa akan lebih bermakna. Sejak beberapa tahun belakangan ini teknologi informatika dan komunikasi banyak digunakan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pengaruh globalisasi semakin terasa dengan semakin banyaknya saluran informasi dalam berbagai bentuk baik elektronik maupun non elektronik seperti surat kabar, majalah, radio, video, TV, telepon, fax, komputer, internet, film yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan. Hakikat belajar biologi adalah adanya interaksi siswa dengan lingkungannya. Materi belajar biologi meliputi tumbuhan, hewan, monera, fungi, dan protista. Objek tersebut dikaji dari tingkat molekul sampai tingkat bioma. Pengkajian terhadap objek belajar yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang ataupun tidak dapat ditemukan di sekitar lingkungan belajar dapat menimbulkan kesulitan memahami konsep. Kesulitan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan media belajar sehingga materi yang abstrak dapat divisualisasikan (Riastuti, 2006 hlm. 34). Materi sel merupakan salah satu materi yang terdapat dalam pelajaran biologi. Pada tingkat sekolah, materi sel diberikan di SMK Kelas X semester ganjil. Kajian utama materi sel diantaranya adalah konsep sel, sel tumbuhan dan hewan, serta mekanisme transpor. Salah satu yang menjadi hambatan pada pembelajaran tentang sel adalah membayangkan bagaimana mempelajari sesuatu yang ukurannya sangat kecil dengan berbagai kompleksitas dan kerumitan yang

4 ada di dalamnya, sehingga tidak cukup penjelasan mengenai sel hanya dengan memberikan konsep-konsep secara teoritis. Objek materi sel yang sebenarnya bersifat nyata tetapi menjadi abstrak bagi siswa apabila hanya dibelajarkan dengan metode ceramah. Salah satu kesulitan dalam menyajikan konsep sel adalah bahwa konsep yang digambarkan berukuran mikroskopis. Keabstrakan ini menyebabkan siswa tidak dapat memahami materi struktur dan fungsi sel secara utuh. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dibutuhkan suatu perubahan dalam hal media yang digunakan maupun cara penyusunan materi. Materi disusun dengan penyajian yang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menentukan sendiri apa saja yang perlu dipahaminya. Multimedia merupakan gabungan antara teks, gambar, grafis, animasi, audio dan video serta cara penyampaian interaktif yang dapat membuat suatu pengalaman bagi siswa Winarno, (2009 hlm. 25). Manfaat dari penggunaan multimedia pembelajaran yaitu mampu membantu siswa untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan berinteraksi dengan informasi secara kreatif Wahyono, (2008 hlm. 45). Tujuan penggunaan multimedia dala pendidikan adalah melibatkan siswa dalam pengalaman multi sensori untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran. Multimedia merupakan kegiatan interaktif yang sangat tinggi, mengajak siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memilih dan mengendalikan layar diantara jendela informasi dalam penyajian media. Kegiatan tersebut akan mendorong siswa untuk belajar mandiri Anitah, (2008 hlm. 17). Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan berpengaruh terhadap psikologis siswa (Hamalik dalam Arsyad, 2004 hlm. 09 ). Media pembelajaran juga dapat memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Di mana terdapat beberapa fase diantaranya, 1) Penomoran; 2) Mengajukan pertanyaan; 3) Berpikir dan 4) Menjawab. Sejalan dengan permasalahan di atas, maka kekurangan dan kelemahan dalam proses pembelajaran yang selama ini dilakukan perlu diperbaiki untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu tinggi dan tujuan

5 pembelajaran yang diharapkan pun bisa tercapai. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada konsep materi yang dianggap sulit dimengerti seperti konsep materi sel. Meningkat baik segi kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Sehingga peserta didik dapat memahami konsep materi yang disampaikan serta dapat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Tidak sampai pada kognitifnya, keterampilan siswa dalam berpikirpun lebih luas dan cara hidup bersosialnyapun lebih mantap. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan penggunaan strategi Questioning berbantuan multimedia untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa SMK kelas X pada materi sel dengan judul Penggunaan Strategi Questioning Berbantuan Multimedia untuk Meningkatkan penguasaan Konsep Siswa SMK Kelas X Pada Materi Sel. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Penggunaan Strategi Questioning Berbantuan Multimedia dapat untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa SMK Kelas X Pada Materi Sel? 2. Batasan Masalah Agar masalah dalam penelitian ini tidak melebar, untuk mempermudah atau menyederhanakan penelitian, maka dibatasi beberapa hal sebagai berikut: a. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas X SMK ICB Cinta Wisata bandung yaitu kelas X PN1. b. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model Questioning berbantuan multimedia dalam bentuk power point, video dan menampilkan gambargambar tentang sel. c. Konsep yang menjadi instrummen penilitian terbatas pada materi pokok mengenai struktur dan peranan bagian-bagian sel. d. Aspek yang diukur adalah aspek pengetahuan (kognitif).

6 e. Hasil belajar diukur dengan menggunakan test secara tertulis yaitu berupa pretest (tes awal) yang diberikan sebelum pembelajaran dan post-test (test akhir) yang diberikan setelah pembelajaran dilaksanakan. Jenjang pada ranah kognitif menurut Bloom yang digunakan adalah C1, C2 dan C3. C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan strategi questioning berbantuan multimedia dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi sel. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Guru Menambah referensi dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. b. Bagi Siswa Mendapatkan pengalaman baru dalam proses belajar dengan menggunakan model Questioning berbantuan multimedia. c. Bagi Peneliti Lain: Memberikan pengetahuan mengenai model pembelajaran Questioning berbantuan Multimedia.

7 D. Kerangka Pemikiran Rendahnya nilai hasil belajar dan minat siswa siswa pada mata pelajaran biologi konsep sel Proses Pembelajaran Model Pembelajaran Model Quesioning Multimedia pembelajaran Power point dan gambar-gambar sel Hasil Belajar Hasil Belajar Kognitif Hasil Belajar Afektif Hasil Belajar Psikomotor Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran 1. Asumsi Penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar (Zain, 2006 hlm. 46). 2. Hipotesis Berdasarkan asumsi kerangka dan asumsi penelitian di atas maka hipotesis penelitian ini : H1: Pengunaan strategi Questioning berbantuan multimedia dapat meningkatkan penguasaan konsep siwswa SMK kelas X pada materi konsep sel. H0: Pengunaan strategi Questioning berbantuan multimedia tidak dapat meningkatkan penguasaan konsep siwswa SMK kelas X pada materi konsep sel.

8 E. Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel yang di gunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya definisi oprasional untuk menghindari kekeliruan maksud dan tujuan yang ingin di capai. 1. Model pembelajaran Questioning sebenarnya merupakan pengembangan dari metode pembelajaran tanya jawab. Adapun yang di maksud metode pembelajaran tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, siswa kepada guru, atau dari siswa kepada siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudirman, (1987 hlm. 221) yang mengartikan bahwa metode taanya jawab adalah penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman, (1987 hlm. 223) menyatakan bahwa metode tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar sepeti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya. 2. Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup. Bagian dari sel meliputi membran plasma, nucleus dan sitoplasma. Sel dibedakan menjadi dua berdasarkan ada atau tidak adanya membran inti yaitu sel eukariotik yang memiliki membran inti dan sel prokariotik yang tidak memiliki membran inti, (Pratiwi, 2007 hlm. 78). 3. Hasil belajar adalah pemahaman siswa yang diperoleh dari hasil post-test.